Kisah berikut ini sebagian besar merupakan hasil wawancara Panitia Musyawarah Wilayah Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta (termasuk Bapak Wing Ispurwanto dan saya), tahun 2011, dengan Bapak Johannes Adriaan Arnoldus Rumeser, atau yang akrab dipanggil Jo Rumeser, Pak Jo; yang ditambahkan informasi terkini. Semoga dapat menjadi salah satu ingatan mengenai tokoh Psikologi BINUS kita.

Perjalanan hidup Jo Rumeser (7 November 1949 – 6 Desember 2020) mencerminkan perannya sebagai inspirator dan pemimpin yang kaya dengan pengalaman dalam berbagai lapangan kehidupan.

Dalam Tim Nasional Softball Indonesia, Jo pernah merupakan Kapten Tim Nasional Indonesia. Prestasi timnya waktu itu menjadi Nomor 2 sesudah Filipina. Selanjutnya, ia menjadi Pelatih Tim Nasional Putri Indonesia. Saat itulah, pertama kalinya Tim Putri Indonesia mengalahkan raksasa softball Asia dan dunia “The Blue Girl” alias Tim Nasional Filipina.

Kegemaran olahraga membawanya mendalami Psikologi Olahraga, dan menjadi Konsultan Psikologi Olahraga pada berbagai cabang olahraga. Kontribusinya membawa Indonesia sukses memperoleh medali emas satu-satunya di Bulutangkis Ganda Putra Olimpiade Beijing 2008. Di samping sebagai praktisi dalam bidang ini, Jo merupakan seorang pemikir yang kritis dalam pengembangan psikologi olahraga, hingga menjadi Dewan Pembina Ikatan Psikologi Olahraga (IPO-HIMPSI). Tidak berlebihan, Prof. Dr. Moch. Enoch Markum, Mantan Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, mengusulkan dalam ungkapan euologinya pada 7 Desember 2020–satu hari setelah kepergian Jo–agar Jo dapat diangkat sebagai Pelopor Psikologi Olahraga Indonesia, di samping Alm. Prof. Dr. Singgih Dirgagunarsa.

Sebagai aktivis sosial, Jo pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi UI, dan selanjutnya Sekjen Dewan Mahasiswa UI. Saat itulah, ia sempat ditahan dalam Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari 1974), setelah sebelumnya berlari-lari, bersembunyi di rumah rekan-rekan mahasiswa, menghindari kejaran aparat. Sampai suatu saat, ia diminta Rektor UI segera menyerahkan diri via Rektor sehingga tidak ditangkap oleh unsur lain.

Karir Jo sebagai pendidik dimulai sejak mahasiswa, sebagai Asisten Bidang Eksperimen di Fakultas Psikologi UI.

Selanjutnya, Jo menjadi Koordinator Program Studi Psikologi SDM Pasca Sarjana Psikologi UI. Bersama Rudy Siahaan, ahli Teknologi Informasi, Jo mengusulkan dan sekaligus mendirikan Program Studi Strata-2 Knowledge Management UI. Inilah satu-satunya Prodi KM di dunia (menurut Prof Nonaka, pakar Manajemen Pengetahuan yang pernah datang ke UI) yang berada di bawah bidang studi Psikologi. Masih terkait dengan urusan SDM dan Organisasi, Jo menjadi Direktur Utama sebuah usaha konsultan yang berdiri sampai sekarang sejak 1982. Dedikasinya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi sangat besar, hingga Jo menjadi Anggota Dewan Pakar Asosiasi Psikologi Industri & Organisasi (APIO-HIMPSI). Di BINUS, beliau lah yang dengan gigih menghadirkan pakar goal setting berkelas dunia, Prof. Gary P. Latham pada tahun 2019, juga dengan dukungan sahabatnya, Ibu Dra. Corina Deborah Riantoputra, M.Com.,  Ph.D. dari Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, termasuk dalam rangkaian acara 3rd ICOP (International Conference of Psychotechnology) 2018 dan 1st ICOBAR 2019 (International Conference on Biospheric Harmony).

 

Pada suatu waktu, pada perayaan hari Ulang Tahun Pak Jo, bertempat di halaman BINUS Kampus Kijang

Jo menjadi Dekan Fakultas Psikologi Bina Nusantara University sekaligus salah seorang Pendirinya pada 2007. Disebut ‘salah seorang’ karena pada masa pendirian, terlibat sejumlah pihak, seperti Prof. Dr. Ir. J. S. Harjanto Prabowo, M.M. (sekarang Rektor Universitas Bina Nusantara), Dr. Wilman Dahlan Mansoer, M.Org.Psy., dan Dr. Rudolf Woodrow Matindas (Budi Matindas). Dua nama yang disebut terakhir merupakan ahli-ahli Psikologi Industri & Organisasi dari Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, kawan-kawan dari Pak Jo, yang sering disebut oleh Pak Jo sendiri sebagai yang berperan dalam diskusi pendirian Fakultas Psikologi BINUS University. Pak Jo, Pak Wilman, dan Pak Enoch (yang disebutkan sebelumnya), juga sama-sama pernah cukup lama aktif di Akademi Wiraswasta Dewantara (AWD) atau Entrepreneurship Academy, baik sebagai fasilitator dan dosen, bahkan dewan kurator (Pak Enoch), yang merupakan cikal bakal Universitas Mercu Buana Jakarta.

Selanjutnya, Jo menjabat sebagai Dekan Fakultas Humaniora BINUS University yang mengkoordinasikan kegiatan 7 (tujuh) jurusan: Jurusan Psikologi, Sastra Inggris, Sastra Jepang, Sastra China, Hukum Bisnis, Hubungan Internasional, dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, sebelum menjadi Senior Advisor BINUS Higher Education. Pada masa kepemimpinannya, Jo mengajak Reza Indragiri Amriel, S.Psi., M.Crim. (2007-2011) dan kemudian Raymond Godwin, S.Psi., M.Si. (2011-sekarang), untuk mengelola Jurusan Psikologi, sebagai Ketua-ketua Jurusan Psikologi. Menurut Jo, karier akademik/fungsional dosen, sebagaimana struktural, sekaligus menjadi hal yang khas di Fakultas/Jurusan Psikologi. Yaitu, dosen/faculty members (FM)-nya umumnya tumbuh, berproses, dan berkembang di BINUS, sejak dari Tenaga Pengajar–Asisten Ahli–Lektor–Lektor Kepala, sampai dengan Guru Besar. Bukan mengedepankan untuk menarik mereka yang “karier akademiknya sudah jadi” dari lembaga-lembaga lain. Para dosen Psikologi BINUS diharapkan dapat efektif membina (fostering & empowering) masyarakat Nusantara.

Bersamaan itu, atas kecintaannya terhadap organisasi profesi psikologi Indonesia, Jo bersama teman-temannya menyusun buku Dialog Psikologi Indonesia: Doeloe, Kini dan Esok (2007) serta Direktori Psikolog & Ilmuwan Psikologi di Jakarta dan Sekitarnya (2010) – cikal bakal Sistem Informasi Keanggotaan HIMPSI (SIK-HIMPSI), juga menjadi Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta (Periode 2008-2011 dan 2012-2016), kemudian Majelis Psikologi Wilayah DKI sejak 2017 hingga mendukung Rancangan Undang Undang Praktik Psikologi, sampai berpulangnya.

Dalam sebuah kegiatan bertajuk “HUMANIORA BINUS UNTUK NUSANTARA: Menanamkan Nilai-nilai Humaniora Untuk Pembangunan Bangsa Indonesia“ (2015), Jo menyampaikan sebuah pesan tentang Kepemimpinan yang berasal dari hasil studinya:

Ada 4 ciri pemimpin yang baik.

Pertama, mengorangkan orang (me-‘wongke‘), sebagai sesama.

Kedua, mampu menciptakan atmosfer di mana orang dapat produktif dan mau bekerjasama (tidak dominan).

Ketiga, mampu mendelegasikan hal-hal yang bisa dikerjakan bawahannya (tetapi bukan ‘abdicate‘/melepaskan); kalau ada kesalahan, tanggungjawabnya tetap ada di pemimpin.

Keempat, secara teratur memberikan umpan balik (Double loop learning: orang belajar dari pengalaman).”

Mengenai kurikulum Psikologi BINUS, Jo menyampaikan tentang hal yang semestinya dikembangkan oleh Jurusan ini. Kalimat beliau, tidak persis, namun kira-kira seperti demikian: “Kita tidak perlu seolah-olah tahu dan bisa mengurusi psikologi semua orang. Kita fokus saja pada psikologi masyarakat di mana BINUS University berada. BINUS ‘kan adanya di perkotaan. Mari kita kembangkan Psikologi Perkotaan (Urban Psychology). Inilah yang mengkhaskan kita, misalnya, bila disandingkan dengan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. FPsi UGM dekat dengan masyarakat pedesaan; mereka mengembangkan Psikologi Pedesaan (Rural Psychology). Kita juga tidak perlu memasukkan mahasiswa kita jauh lebih dalam ke bidang-bidang psikologi yang lebih tradisional, yang sudah banyak digarap oleh Fakultas-fakultas Psikologi yang telah established sejak lama, puluhan tahun. Tentu bukan berarti bahwa mahasiswa kita sama sekali buta dengan bidang-bidang itu. Nyatanya, kurikulum kita mengikuti standar nasional, yang dirumuskan oleh Kolokium Psikologi Indonesia. Mahasiswa kita pasti dapat kuliah yang baik tentang bidang-bidang itu. Akan tetapi, mari kita perkaya mahasiswa kita dengan pilihan 3 (tiga) bidang peminatan, yaitu Psikologi Industri/Organisasi, Psikologi Sosial/Komunitas, dan Psikologi Pendidikan. Tiga bidang ini lah yang perlu menjadi stream Peminatan Psikologi BINUS.”

 

I was smiling yesterday, I am smiling today and I will smile tomorrow.  

Simply because life is too short to cry for anything.”

(Santosh KalwarQuote Me Everyday)

Inilah sebuah kutipan kesenangan Jo, yang tentunya tengah tersenyum di atas sana.

Selamat jalan, Bung!

Juneman Abraham

 


Sekilas tentang Psikologi Nusantara 

 

Dalam euologinya, Rektor Universitas Bina Nusantara, Prof. Dr. Harjanto Prabowo, mengenang bahwa

“Istilah Psikologi Nusantara beliau sampaikan kepada saya dan teman-teman, waktu saya tanya, Psikologi BINUS mau bagaimana?  [Pak Jo menjawab:] Ini Psikologi Nusantara. Kan Bina Nusantara….  Sederhana, tapi, wah, iya ya, bagus sekali.”  (menit ke 2:17:00)

Saya termasuk salah seorang yang diajak berdiskusi oleh Pak Jo, lebih khusus untuk pendirian Jurnal Ilmiah Psikologi “Psikologi Nusantara” dan kami bersama-sama menyusun sebuah ajuan. Proposal kerjasama antara Himpsi Jaya dengan Psikologi BINUS kami serahkan kepada Pak Hery Harjono Muljo (waktu itu dari Research Office BINUS), melalui surat elektronik, pada bulan Agustus 2009.

Bunyi proposal ini kiranya baik sebagai sebuah artefak di sini, karena (1) mencerminkan kepedulian Pak Jo terhadap pengembangan dunia riset dan publikasi psikologi, khususnya Psikologi BINUS; (2) dalam perjalanan berikutnya, proposal ini bergulir dan berbuah dengan lahirnya Jurnal Psikologi Ulayat Vol 1 No 1. Penyunting-penyunting pertama dari Jurnal Psikologi Ulayat (Indonesian Journal of Indigenous Psychology) diantaranya Yosef Dedy Pradipto dan Juneman Abraham, dari Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara.

Sisipan Kisah Berdirinya Jurnal Psikologi Ulayat –

Kira-kira Maret/April 2011, Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI, mencetuskan gagasan didirkannya sebuah jurnal psikologi bersama Himpsi Wilayah DKI Jakarta (HIMPSI Jaya), sehingga Prof. Sarlito menghubungi Ketua HIMPSI Jaya saat itu, Bapak Jo Rumeser.

Maksud didirikannya jurnal ini, dari pihak FPsi UPI YAI, adalah menyediakan forum menulis yang lebih luas bagi dosen-dosennya. Dengan menggandeng HIMPSI Jaya sebagai partner, diharapkan terjadi simbiosis mutualistik, di mana setiap anggota HIMPSI Jaya yang aktif (membayar iuran anggota) akan turut menerima update ilmu melalui jurnal ini sebagai salah satu benefit-nya.

Dalam pikiran Prof Sarlito, nama jurnal ini adalah Journal of Indigenous Psychology, atau Jurnal Psikologi Ulayat. Adapun istilah “ulayat” dicetuskan oleh Prof. Sarlito sejak masih menjadi Dekan di Fakultas Psikologi UI, pada 1999. Ketika itu diselenggarakan Kongres IPS (Ikatan Psikologi Sosial) di FPsi UI Depok, sekaligus seminar tentang Psikologi Lintas Budaya (pembicaranya antara lain Prof. Dr. Bernadette Setiadi, psikolog, dan Prof. Dr. Subyakto Atmosiswoyo, MPA, antropolog, serta Prof. Sarlito). Ketika itu dibahas tentang Cultural psychology (Psikologi Budaya), Cross-cultural Psychology (Psikologi Lintas Budaya) dan Indigenous Psychology (Psikologi Ulayat). Prof Sarlito meminjam istilah “Ulayat” dari ilmu Antropologi, yang artinya adalah hal-hal yang menyangkut adat setempat yang khas untuk etnis tertentu, seperti hak ulayat, tanah ulayat. Istilah tersebut dianggap Prof Sarlito lebih sesuai sebagai padanan kata indigineous, ketimbang misalnya istilah “Psikologi Asli” (UGM) yang konotasinya lebih kepada “asli versus palsu”. Begitu juga dengan psikologi “indijines“, terasa lebih tidak asli lagi, karena hanya mengubah ejaan ke bahasa Indonesia (sementara kata aslinya tetap dari bahasa Inggris). Menurut Prof Sarlito, kata “Ulayat” dalam konteks Jurnal Psikologi Ulayat diharapkan ditafsirkan secara longgar, dalam arti setiap laporan penelitian psikologi yang dihasilkan dari tanah air sendiri dapat disebut sebagai “Ulayat”.

Pada waktu selanjutnya, diadakanlah rapat perdana pada April 2011 antara HIMPSI Jaya dan FPsi UPI YAI. Bapak Jo Rumeser pada saat itu menugasi Juneman Abraham (saya) dan Bapak Wing Ispurwanto (Wakil Ketua HIMPSI Jaya). Sementara itu, Fakultas Psikologi UPI YAI diwakili oleh Prof Sarlito, Bapak Bonar Hutapea, Ibu Rilla Sovitriana (Ka. LPM), Ibu Erdina Indrawati, dan Bapak Zainun Mu’tadin. Dalam rapat tersebut disepakati struktur Mitra Bestari dan Penyunting dari Jurnal Psikologi Ulayat. Rapat kedua dilakukan dengan personil yang sama namun bersama dengan sebuah penerbit nasional. Dalam rapat ini, Bapak Wing Ispurwanto yang juga merupakan dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara melontarkan keinginan yang kuat dari BINUS University untuk turut bergabung dalam simbiosis ini. Prof Sarlito mengatakan, “Boleh!“.

Lontaran keinginan oleh Pak Wing ini bukanlah lontaran yang tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena Dekan Fakultas Psikologi BINUS, Pak Jo bersama Juneman Abraham, telah sejak 2009 merancang sebuah jurnal psikologi pula, yang sedianya hendak diberi nama “Jurnal Psikologi Nusantara” (lihat tajuk Jurnal Ilmiah Psikologi “Psikologi Nusantara” di bawah ini).

Oleh karena itu, rapat awal 2011 di UPI YAI sebagaimana tersebut di atas, dapat dipandang sebagai pertemuan antarpihak yang sama-sama memiliki cita-cita sejak lama untuk mendirikan sebuah jurnal ilmiah psikologi, dengan menggandeng organisasi profesi HIMPSI Jaya . Forum itu kemudian diberi nama “TRIPARTIT” (HIMPSI Jaya, FPsi BINUS University, FPsi UPI YAI). Dalam prosesnya, kesulitan terbesar pendirian jurnal ini adalah mengenai sumber pendanaan. Sampai dengan awal 2012, kendala dana ini nampak belum terpecahkan. Muncullah gagasan mengenai “Konsorsium” jurnal oleh Eko Meinarno dan Idhamsyah Eka Putra yang disampaikan kepada Prof Sarlito, dan kurasi calon-calon Anggota Konsorsium turut dibantu dengan tekun oleh Bapak Bonar Hutapea. Gagasan ini dibawa oleh Prof Sarlito dan disambut baik oleh Prof Irmawati (ketika itu mengajak beberapa sejawat psikolog sosial dari USU) dari Universitas Sumatera Utara, serta Bapak Jo Rumeser, yang mewakili sekaligus dua institusi, sebagai refleksi dari dukungan yang besar dari Pak Jo akan pengembangan Psikologi yang bertumbuh dan berkembang dari Tanah Air Indonesia sendiri, yakni FPsi BINUS University dan HIMPSI Jaya.

Peluncuran Jurnal Psikologi Ulayat dipanitiai oleh Universitas Bina Nusantara, dikoordinasikan oleh Dr. Yosef Dedy Pradipto, yang turut menghadirkan pembicara Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan turut dihadiri oleh Pak Jo.

 

Jurnal Ilmiah Psikologi “Psikologi Nusantara”

Proposal Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta

Disusun oleh:
Johannes A.A. Rumeser dan Juneman Abraham

 

Pendahuluan

Pada tahun 2006, Universitas Bina Nusantara tercatat sebagai satu diantara “50 Promising Indonesian Universities” dari 2684 institusi pendidikan di Indonesia versi Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas RI, dengan kriteria umum memiliki kredibilitas nasional dan mempunyai keinginan untuk bekerjasama secara internasional. Selanjutnya, pada tahun 2008, Universitas Bina Nusantara termasuk dalam jajaran 69 perguruan tinggi di Indonesia yang dinilai memiliki praktik yang baik (good practices) dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dari 3100 institusi pendidikan yang ada, yang mengarahkannya pada September 2009 mendatang untuk ditindaklanjuti oleh Ditjen Pendidikan Tinggi dengan intensive technical assistance (ITA) guna mencapai status berkelas dunia (world class university).

Dalam upaya mencapai perguruan tinggi yang berkelas dunia, maka menjadi suatu urgensi bagi staf akademik Universitas Bina Nusantara, diantaranya pada Fakultas Psikologi, untuk meningkatkan komunikasi ilmiahnya, antara lain berupa publikasi jurnal ilmiah bermutu yang diakui secara nasional, bahkan regional hingga internasional.

Hal di atas dilandasi dengan suatu pemikiran bahwa peran perguruan tinggi dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak saja berasal dari kontribusi lulusannya yang bermutu, akan tetapi juga dari publikasi hasil penelitiannya yang relevan terhadap pengembangan keilmuan dan kebutuhan pembangunan. Menurut data Ditjen Pendidikan Tinggi (2006), dalam 10 tahun terakhir, kegiatan penelitian di perguruan tinggi meningkat cukup tajam, yang dicerminkan dari jumlah judul penelitian dan pendanaan yang terserap. Hasil-hasil penelitian baik berupa paten, artikel ilmiah, teknologi tepat guna, atau buku ajar disebarluaskan kepada dosen atau peneliti lain maupun masyarakat pengguna, termasuk industri yang langsung dapat memanfaatkannya. Khusus untuk publikasi artikel ilmiah, salah satu sistem komunikasi ilmiah yang sangat penting ditingkatkan adalah via jurnal ilmiah yang diterbitkan baik oleh organisasi profesi, perguruan tinggi, maupun lembaga-lembaga ilmiah lainnya.

 

Inisiasi Kerjasama Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta dengan Fakultas Psikologi Binus University

Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta (Himpsi Jaya) merupakan satu-satunya organisasi profesi psikologi di wilayah DKI Jakarta Raya, yang beranggotakan lebih dari 2500 orang lulusan pendidikan psikologi baik dari dalam maupun luar negeri yang memiliki kartu tanda penduduk DKI Jakarta.

Sebagai sebuah organisasi atau himpunan profesi (himpro), Himpsi Jaya sangat diharapkan dan didukung oleh Pemerintah untuk menerbitkan jurnal ilmiah. Hal ini antara lain merupakan refleksi dari kriteria penilaian instrumen akreditasi jurnal ilmiah dari Ditjen Pendidikan Tinggi, dalam hal mana skor organisasi profesi, seperti Himpsi Jaya, pada dimensi kelembagaan penerbit adalah 5 (lima) atau skor tertinggi (dari rentang 0 sampai dengan 5), dengan penjelasan dalam instrumen bahwa semakin independen afiliasi kelembagaan penerbit, semakin tinggi nilai sebuah jurnal ilmiah. Apabila kelembagaan penerbit jurnal adalah perguruan tinggi, misalnya Universitas Bina Nusantara atau Program Studi Psikologi, maka skor pada dimensi ini adalah 2 (dua), yang diperhitungkan sebagai “satuan organisasi teknis lembaga”, dengan pertimbangan bahwa, bila dibandingkan dengan organisasi profesi, satuan organisasi ini lebih terpengaruh oleh adanya perubahan reorganisasi lembaga.

Di samping itu, pada tahun 2005, Ditjen Pendidikan Tinggi, dalam hal ini Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, menyatakan bahwa sampai akhir tahun 2004, dari lebih-kurang 1800 jurnal ilmiah di seluruh Indonesia, baik dari perguruan tinggi negeri, swasta, lembaga ilmiah dan himpro, telah terakreditasi sejumlah 655 jurnal ilmiah, namun diantaranya hanya 18 yang diterbitkan oleh organisasi profesi.

Melihat realitas tersebut, Ditjen Pendidikan Tinggi mensinyalir bahwa masing-masing perguruan tinggi (sampai ke tingkat jurusan dan program studi) berlomba-lomba untuk dapat menerbitkan jurnalnya, yang dimaknai Ditjen Dikti bahwa loyalitas terhadap institusi ternyata lebih dominan daripada terhadap bidang ilmunya. Hal ini disebabkan karena, pada umumnya, tulisan seorang pengarang hanya disunting dan dibaca oleh rekan sejawatnya di jurusan atau program studinya sendiri. Dengan demikian, jangkauan diseminasinya sangat terbatas ditinjau dari manfaatnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk dapat muncul pada tingkat kompetitif, baik nasional maupun internasional, suatu jurnal harus banyak dikutip oleh masyarakat ilmiah.

Kepentingan lain publikasi dalam jurnal ilmiah adalah untuk meningkatkan budaya meneliti, menghindari penelitian yang duplikatif, plagiat, serta lebih memacu ke arah peningkatan kualitas dan pemanfaatan informasi. Demikianlah, dengan penerbitan jurnal ilmiah oleh organisasi/himpunan profesi, keterisolasian para pakar yang sering terjadi dapat dikurangi.

Sampai kini penerbitan jurnal ilmiah banyak yang terkendala oleh ketersediaan naskah dan dana, dan umumnya diterbitkan oleh perguruan tinggi. Naskah jurnal ilmiah sangat terbatas karena kontributor naskah hanya berasal dari perguruan tinggi yang bersangkutan. Maka, tidak mengherankan bahwa dalam publikasi WBI tahun 2008, jumlah publikasi internasional dari para peneliti Indonesia baru mencapai 0,8 publikasi per juta penduduk, sementara Malaysia mencapai 27 publikasi per juta penduduk. Kuantitas dan kualitas publikasi yang rendah terjadi antara lain karena kurangnya interaksi pakar melalui pertemuan dan penulisan ilmiah. Seyogianya, peneliti dari perguruan tinggi bergabung dalam himpunan profesi/ilmiah (himpro) agar peneliti dan hasil penelitiannya benar-benar memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih bermakna. Himpunan profesi sebagai kumpulan para pakar dan profesional sejenis juga dapat menentukan arah dan tema riset dalam bidang profesi atau keilmuan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Melalui jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh organisasi profesi, penyebaran hasil-hasil penelitian akan lebih tepat sasaran dan mendekatkan hasil karya penelitian dari laboratorium di perguruan tinggi menuju aplikasi di bidang yang sesuai.

Seperti dikemukakan di atas, salah satu kendala yang dihadapi himpunan profesi untuk mengembangkan iklim ilmiah dan profesional adalah kendala pendanaan untuk menerbitkan jurnal ilmiah yang berkualitas secara teratur. Untuk itu, Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara menyampaikan kepada kami rasa keterpanggilannya untuk memfasilitasi agar Himpunan Psikologi Indonesia menjadi lebih kuat dan berfungsi dalam pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang ilmu psikologi.

Panggilan tersebut memang tidak altruistis murni, melainkan simbotis. Tidak altruistis murni, karena Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara akan mengambil manfaat ke dalam. Hal ini dilandaskan pada 2 (dua) pemikiran yang dapat saling terkait, yakni: (1) motivasi dosen untuk menulis dengan memadai di jurnal ilmiah masih rendah, dan (2) wahana komunikasi yang pantas di kalangan masyarakat ilmiah psikologi masih terbatas.

Sebagaimana diketahui, bahwa setiap kali kenaikan jabatan akademik dosen dari satu tingkat ke tingkat berikutnya mulai Asisten Ahli sampai dengan Lektor Kepala, dosen disyaratkan harus memiliki minimal 1 (satu) karya ilmiah yang dipublikasikan, yaitu antara lain dalam artikel dalam majalah ilmiah (baik yang sudah terakreditasi maupun non-akreditasi). Khusus untuk kenaikan jabatan dosen ke Guru Besar bagi yang berpendidikan Doktor (S3), baik kenaikan dalam kurun waktu 1-3 tahun atau lebih, disyaratkan harus memiliki minimal satu (1) artikel ilmiah hasil penelitian yang ditulis dalam jurnal ilmiah terakreditasi.

Berdasar pada uraian sebelumnya, cukup jelas kiranya bahwa artikel jurnal ilmiah yang ditulis oleh dosen Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara akan memiliki bobot atau nilai yang lebih rendah sekiranya dimuat dalam jurnal yang diterbitkan oleh Binus University sendiri, dibandingkan dengan apabila diterbitkan dalam jurnal yang dikelola oleh himpunan profesi seperti Himpsi Jaya. Hal ini dapat memiliki implikasi motivasional-ironis, yakni menurunkan semangat dosen untuk menulis dalam jurnal sendiri, padahal Universitas telah menyediakan wahana dengan investasi dana yang tidak sedikit. Status jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Bina Nusantara akan kurang bermartabat apabila kebanyakan penulisnya berasal dari dalam lingkungan fakultas psikologi/universitas sendiri.

Sementara itu, Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta sebagai himpunan profesi psikologi merupakan representasi otoritas ilmiah dalam bidang ilmu psikologi yang memiliki tanggungjawab moral inheren yang sangat tinggi untuk menyelenggarakan dan memelihara wahana komunikasi ilmiah psikologi yang pantas di komunitasnya, yang diakui reputasinya pada tingkat provinsial maupun nasional, karena kedudukannya sebagai ibukota Negara, dengan jangkauan diseminasi dan potensi sitasi yang jauh lebih tinggi. Hal terakhir ini juga berimplikasi bahwa langkah menuju akreditasi jurnal ilmiah diduga akan lebih mulus, oleh karena tim akreditor jurnal sebuah bidang ilmu biasanya direkrut oleh Pemerintah dari kalangan pakar dari organisasi profesi dalam bidang ilmu itu sendiri, dalam hal mana para pakar tersebut sesungguhnya merupakan sebagian sampel dari populasi pakar psikologi yang direkrut oleh Jurnal Ilmiah Psikologi yang dikelola Himpsi Jaya sebagai mitra bestarinya. Dalam kaitannya dengan angka kredit (kum) dosen, seluruh hal tersebut memiliki pengaruh nyata untuk mendorong tim penilai angka kredit (PAK), baik pada tingkat universitas maupun Kopertis, untuk tidak segan memberikan skor maksimum atau pun mendekati penuh terhadap artikel jurnal dosen Fakultas Psikologi Binus University yang dimuat dalam jurnal ilmiah psikologi yang diterbitkan oleh Himpsi Jaya, yakni 25 (duapuluh lima) apabila jurnal itu terakreditasi atau 10 (sepuluh) apabila belum terakreditasi. Skor maksimum ini mempercepat dosen memperoleh kenaikan jabatan akademik, sehingga meningkatkan pula motivasi para dosen Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara sesuai dengan kompetensinya untuk berlomba-lomba melakukan penelitian psikologi terapan dan mempublikasikannya (jadi, penyedia naskah) pada jurnal ilmiah psikologi yang dikelola Himpsi Jaya.

Format Kerjasama Himpsi Jaya & Binus University

Berdasar pada rationale di atas, maka format kerjasama yang ditawarkan oleh Himpsi Jaya adalah: (1) Pendanaan jurnal oleh Binus University; serta (2)  Kepemilikan dan manajemen isi jurnal oleh Himpsi Jaya.

Pendanaan jurnal oleh Binus University dapat dipandang sebagai investasi dalam rangka: (1) Membangun hubungan akrab, emosional dan kemesraan yang baik, serta simbiotis-mutualistis dengan Himpsi Jaya sebagai organisasi profesi  psikologi dan komunitasnya; (2) Membangun iklim yang mendorong timbulnya semangat meneliti dan menulis dosen dalam jurnal ilmiah bereputasi, sesuai dengan salah satu misi Fakultas Psikologi Binus University.

Dalam kaitannya dengan pendanaan, pun diproyeksikan bahwa berangsur-angsur beban Binus University akan berkurang, yakni dari sebagai penyedia dana utama menjadi dana pendamping. Hal ini secara potensial sangat dimungkinkan. Pertama, karena Ditjen Pendidikan Tinggi menyediakan bantuan pendanaan bagi pengembangan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh himpunan profesi, yang dapat dimanfaatkan oleh Himpsi Jaya, melalui hibah kompetitif. Dana ini dapat menjadi dana utama, dengan syarat komitmen Binus University untuk menyediakan dana pendamping. Sebagai ilustrasi, dalam skema Ditjen Dikti tahun 2005, program bantuan penerbitan Jurnal Ilmiah Himpunan Profesi berlangsung selama 3 (tiga) tahun. Bantuan yang diberikan oleh Ditjen Pendidikan Tinggi adalah sebesar Rp 25 juta pada tahun pertama, Rp 10 juta pada tahun kedua, dan Rp 5 juta pada tahun ketiga. Sedangkan, dari sumber dana Himpunan Profesi (dalam hal ini, Binus University untuk Himpsi Jaya) harus ada kesediaan pendanaan minimal Rp 5 juta pada tahun pertama, Rp 10 juta pada tahun kedua dan Rp 15 juta pada tahun ketiga, apabila memperoleh hibah. Kedua, jurnal yang mendapat bantuan selama tiga tahun tersebut akan memiliki waktu dan kesempatan berharga untuk menyediakan dana setara dengan biaya bantuan pada tahun I, II dan III yang bersumber dari himpunan profesi itu sendiri. Dengan demikian, dalam rentang waktu tiga tahun itu, Himpsi Jaya dan Binus University dapat melakukan perencanaan bersama untuk program self-financing melalui iklan dan pembayaran para pelanggan.

Terdapat tiga kontraprestasi yang paling langsung dan paling kelihatan atas pendanaan Binus University. Pertama, pencantuman nama dan alamat Fakultas Psikologi Binus University sebagai nama dan alamat kantor sekretariat Dewan Editor pada halaman depan sebelah dalam dari Jurnal. Kedua, apabila dikehendaki, Drs. Johannes A.A. Rumeser, M.Psi., Dekan Fakultas Psikologi Binus University, dalam kapasitasnya selaku Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta dapat mengambil peran dan posisi sebagai Penyunting Kepala/Penyelia dalam Dewan Editor Jurnal Ilmiah Psikologi ini, meskipun  perlu diingatkan bahwa ini tidak berarti Dekan Fakultas Psikologi Binus University secara dengan sendirinya ex-officio sebagai Penyunting Penyelia, karena, sekali lagi, manajemen isi merupakan domain Himpsi Jaya; namun hal ini berdasarkan kualifikasi kompetensi yang bersangkutan dan konteks situasi yang ada dewasa ini. Ketiga, penggunaan kata “Nusantara”, nama belakang dari “Bina Nusantara” sebagai penciri Binus University dalam jurnal yang akan diberi nama “Psikologi Nusantara” ini.

Ketiga hal di atas menjadi social marketing tersendiri dalam rangka pengukuhan eksistensial Fakultas Psikologi Binus University sebagai lembaga pendidikan tinggi psikologi yang terpandang serta berpengaruh. Kendati demikian, sekali lagi perlu kita ingat bersama, bahwa manfaat yang diterima Fakultas Psikologi Binus University—sebagaimana tergambar pada seluruh uraian di atas—jauh lebih kompleks dan luas daripada kedua hal itu.

Perkenalan Nama Jurnal “Psikologi Nusantara”

Terminologi “Psikologi Nusantara” sebagai nama jurnal mengambil inspirasi dari sedikitnya dua tulisan, yakni: (1) “Psikologi Nusantara: Kesanakah kita Menuju?” (Johana E. Prawitasari, dalam Buletin Psikologi, Vol. 14 No. 1, Juni 2006), dan (2) “Peranan Psikologi Lintas-Budaya dalam Mengembangkan Psikologi di Indonesia” (Bernadette N. Setiadi, dalam Pengantar buku Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi, Gramedia, 1999).

Secara ringkas, mengutip Prawitasari (2006), Psikologi Nusantara merupakan  hasil dekonstruksi (pembongkaran) terhadap kemapanan teori-teori utama psikologi yang ditulis oleh ahli-ahli dari Eropa dan Amerika, dan selanjutnya konstruksi (pembangunan) teori-teori psikologis berdasarkan pengalaman, pemikiran, kearifan lokal orang Indonesia.

Pengamatan mengenai penduduk Indonesia yang tersebar di seluruh Kepulauan Nusantara menunjukkan adanya keanekaragaman yang sangat kaya, baik dalam hal budaya, bahasa, tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian, agama, kepercayaan, gaya hidup, maupun tingkat kontak dengan dunia luar (Setiadi, 1999). Keanekaragaman ini memungkinkan Indonesia untuk menjadi lahan yang subur bagi penelitian psikologi ulayat (indigenous psychology)-nya orang Indonesia, atau kita sebut saja, “Psikologi Nusantara”.

Sejauh ini, belum ada Jurnal Psikologi yang menspesialisasikan diri dalam cabang psikologi keperibumian Indonesia ini, sehingga merupakan peluang, tantangan, dan keunggulan tersendiri dari jurnal yang dikelola oleh Himpsi Jaya dan didanai oleh Binus University. Dalam jurnal ini, Himpsi Jaya menawarkan suatu “diferensiasi produk” dari Jurnal ini, dengan menambahkan isi hal-hal sebagai berikut, di samping hasil penelitian dan pemikiran mengenai psikologi Nusantara:

  • Rubrik tinjauan buku baru, baik dari dalam maupun luar negeri, seputar Indigenous Psychology dan Cross-cultural Psychology;
  • Pemuatan obituari tokoh ilmuwan dan praktisi Indigenous Psychology dan Cross-cultural Psychology;
  • Ringkasan abstrak artikel jurnal ilmiah terkemuka di seluruh dunia mengenai Indigenous Psychology dan Cross-cultural Psychology;
  • Adanya kesatuan tema jurnal berdasarkan populasi dalam tiap-tiap kali penerbitan, misalnya, penerbitan pertama: populasi orang Jawa (“Psikologi Jawa”, meminjam istilah Prof. Darmanto Jatman), penerbitan kedua: populasi orang Bali, dan seterusnya (dengan catatan, apabila hal ini memungkinkan dan tidak justru menjadi kendala penerbitan jurnal).

Penutup

Demikian proposal kerjasama ini kami sampaikan.

Semoga kerjasama Himpsi Jaya dengan Fakultas Psikologi Binus University dapat tergalang dan semakin mendekatkan Fakultas Psikologi Binus University kepada misi dan visinya.

 

Jakarta, 18 Agustus 2009

 

ttd.

 

Johannes A.A. Rumeser

Juneman Abraham