Pada 27 Oktober 2017, Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara menggelar tradisi akademik tahunannya, yakni Dialog Psikologi Nusantara, atau disingkat DPN. Kali ini, Psikologi BINUS yang berada di bawah Fakultas Humaniora BINUS bekerjasama dengan (1) Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina, dan (2) Asosiasi Psikologi Indigenous dan Kultural.

Tema Dialog Psikologi Nusantara 2017 adalah “Pendidikan Karakter Dalam Penggunaan Media Sosial: Menanggapi Gagasan Presiden tentang Pendirian Fakultas Media Sosial“. Acara dilangsungkan di Gedung Tempo, Paramadina Graduate School, Jalan Palmerah Barat no. 8, Jakarta. Dialog Psikologi Nusantara yang mengambil format Diskusi Panel ini dilatarbelakangi oleh orasi ilmiah Presiden RI Joko Widodo pada Dies Natalis ke-60 Universitas Padjadjaran bahwa Universitas perlu menyiapkan Fakultas atau Jurusan yang berkaitan dengan media sosial sebagai antisipasi atas perubahan yang sangat cepat dan menyeluruh. Dikutip dari Kompas.com, September 2017 : Media sosial, menurut hemat Presiden Jokowi, sudah sangat berpengaruh dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Mestinya, saat ini, perumpunan ilmu mesti lebih kreatif dan tidak hanya bertumpu pada berbagai jurusan dan fakultas konvensional yang terus mendominasi kehidupan kampus. Bisa jadi fakultas yang baru yang mesti dibidani oleh institusi pendidikan adalah Fakultas Media sosial Jurusan Meme atau Animasi misalnya.

Adapun Panelis untuk DPN 2017 adalah sebagai berikut:

1) Doni Koesoema A. M.Ed.
Beliau merupakan Founder and Director of Pendidikan Karakter Education Consulting dan Board of Advisor of Federasi Serikat Guru Indonesia. Beliau pernah memperoleh penghargaan dari Mendikbud RI sebagai The most productive educational writer published on media 2008-2009, dan meraih Educational Writers Appreciations. Buku-buku tulisan beliau, diantaranya: Pendidikan karakter – strategi mendidik anak di zaman global (2007), Pendidikan karakter – di zaman keblinger (2008), Pendidikan karakter – utuh dan menyeluruh (2013), dan Strategi pendidikan karakter – Revolusi mental dalam lembaga pendidikan (2015).

Panelis Doni menyampaikan paparan berjudul “Pendidikan Karakter di Era Media Digital“. Ia memaparkan bahwa Pendidikan tidak tumpang tindih (redundant) dengan Pendidikan Karakter, karena Pendidikan Karakter memiliki teori, struktur, dan riset-riset. Beliau menyampaikan relevansi pendidikan karakter, yakni bahwa manusia adalah penghayat nilai yang bertanggungjawab atas hidupnya sendiri, komunitas, masyarakat dan dunianya. Manusia menjadi pelaku perubahan melalui nilai-nilai yang dipeluknya. Tantangan Pendidikan Karakter di Era Digital adalah (1) Nilai-nilai individual dan komunitas (subjektif dan objektif), (2) Fokus pada partisipasi, (3) Disiplin diri belajar (self-learning), dan (4) Reflektif dan evaluatif (berpikir kritis). Beliau juga menyampaikan bahwa dalam hal Kewargaan di era digital, individu dan masyarakat hendaknya mempergunakan media digital secara cerdas, produktif, dalam kepentingan pengembangan komunitas yang lebih besar, bertindak secara bertanggungjawab, sehat, dan menjadi warga yang produktif di tingkat lokal dan global.

2) Andreas W. Djiwandono.
Beliau merupakan Director of Service Innovation at Samsung R&D Indonesia (SRIN). Alumnus Civil Engineering Bachelor’s degree dari Parahyangan Catholic University (Bandung, Indonesia) dan MBA in Information Management dari Leeds University (Leeds, UK).Saat ini beliau merupakan mahasiswa program Doctor of Research in Management (DRM) BINUS.

Panelis Andy menyampaikan paparan dari sudut pandang praktisi IT, bahwa teknologi bertujuan untuk memahami dan membantu manusia. Dalam konteks pendidikan karakter, menurutnya, pemain sektor IT juga memiliki tanggungjawab untuk memperbaiki cara manusia berinteraksi.

3) Alfikalia, M.Si.
Beliau merupakan Dosen Tetap Psikologi Universitas Paramadina, serta alumnus Universitas Indonesia.

Panelis Alfikalia menyampaikan paparan berjudul “Media Sosial dan Pendidikan“. Dalam paparannya, beliau menyampaikan bahwa, dengan menerapkan Teori Ekologi Bronfenbrenner, media sosial merupakan bagian dari ekosistem manusia. Dalam konteks pendidikan, media sosial dapat mempengaruhi 3 aspek: (1) Belajar-mengajar, (2) Aktivitas pengembangan diri (social presence, keterlibatan, dan eksplorasi identitas sosial), serta (3) interaksi sosial.

4) Juneman Abraham, M.Si.
Beliau merupakan dosen Program Studi Psikologi sejak 2008, dan Koordinator bidang studi Psikologi Komunitas di Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara. Saat ini merupakan Anggota Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia dan Anggota World Association of Personality Psychology. Memperoleh sertifikasi internasional Certified Webmaster Professional di bidang website building pada 2002 dan menjadi Anggota Penyunting buku Psikologi dan Teknologi Informasi yang diterbitkan oleh Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) pada 2016. Pernah memberikan sharing & discussion mengenai Pendidikan Berbasis Karakter kepada Guru-guru Pembimbing Siswa-siswi Peserta Olimpiade Ilmu Sosial di FISIP Universitas Indonesia pada 2011.

Panelis Juneman menyampaikan paparan berjudul “Dua Ayat Cinta Hidup Digital“. Kedua ayat itu, yakni (1) Daya lenting digital, dan (2) Apropriasi digital, diletakkan dalam konteks jawaban atas “kegegaran” dalam penggunaan media sosial. Beliau memaparkan (1) alasan dibutuhkannya daya lenting digital, dan (2) bagaimana apropriasi digital berada pada taraf hermeneutik atas fakta-fakta teknologi digital, yang pada akhirnya bersifat emansipatoris bagi perkembangan hidup manusia di era digital. Paparan beliau mengenai kedua ayat cinta itu sebelumnya telah ditulis diantaranya dalam sebuah Chapter in Book berjudul “Technopsychology of IoT Optimization in Business World” (ISBN 9781522521044) dan dapat diakses secara bebas oleh masyarakat melalui tautan ini . Gagasan Presiden Jokowi tentang Pendirian Fakultas Media Sosial dapat dipandang sebagai undangan untuk mengadakan percepatan peningkatan daya lenting digital dan apropriasi digital dalam rangka mengambil bagian meningkatkan daya lenting/resiliensi nasional dan daya saing bangsa. Beliau juga menyerukan agar eksposisi-eksposisi tentang pengaruh media sosial “Kembali kepada Sains“.

5) Dr. Frederikus Fios, S.Fil., M.Th.
Beliau merupakan dosen Character Building Development Center di BINUS University, Direktur Institut Pendidikan Agama Katolik Parung Panjang Bogor, serta Anggota Direktorat Humas & Publikasi Vox Point Indonesia Jakarta. Beliau menamatkan pendidikan S1 Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero-Flores (2001), S2 Teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero (2004), dan Doktor (S3) Filsafat dari Universitas Indonesia (2016).

Panelis Fios menyampaikan paparan berjudul “Media Sosial Dalam Perspektif Filsafat Ilmu“, yang terbagi dalam tiga uraian, yakni Filosofi Keilmuan, Social Media, dan Upaya Sintesis. Dalam paparannya, beliau menyampaikan bahwa “Fakultas Media Sosial” memiliki sejumlah dimensi, yakni (1) Dimensi teleologis untuk mencapai kebenaran epistemologis, (2) Dimensi Eko-Humanis, yang menyentuh sisi kemanusiaan dari media sosial, (3) Dimensi Sosio-hiolistik, yakni bertujuan agar media sosial mendukung sistem dan struktur masyarakat yang lebih baik, (4) Kolaborasi lintas ilmu, (5) Dimensi Etis-filosofis, yakni media sosial yang pro kehidupan, kebaikan bersama, keadilan, kebijaksanaan kebangsaan, (6) Dimensi Intersubjektivitas dalam jaringan. Gagasan Presiden Jokowi tentang pendirian Fakultas Media Sosial, menurutnya, telah menimbulkan “tsunami epistemologis” di kalangan akademik Perguruan Tinggi.

Adapun Komentator terhadap Panelis dalam paparan kali ini adalah:

1) Letjen M. Munir
Jabatan-jabatan yang pernah diembannya antara lain Pangdam III/Siliwangi (2011), Pangkostrad (2012), Wakasad (2013-2015), Pati Mabes TNI (2015), dan Sekjen Wantannas (2015-2016).


Komentator Munir menyampaikan bahwa media sosial yang membawa globalisasi, regionalisasi, dan hubungan-hubungan khusus yang cepat dan kooperasi-kooperasi yang hendaknya mampu mengasah sejumlah karakter bangsa Indonesia dan mencapai nawa cita yang dicanangkan Presiden Jokowi.

2) Hendri Satria.
Beliau merupakan pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia).


Komentator Hendri menyampaikan bahwa (1) penetrasi media sosial akan tetap tinggi, (2) Seseorang dapat menjadi Presiden diantaranya karena media sosial, (3) Internet adalah media sosial itu sendiri, dan bahwa (4) ada pergeseran literasi dan perubahan sosial pada Generasi Milenial yang “lebih kritis, lebih berani nawar”,

3) Yulius Denny Prabowo, ST, MTI
Beliau merupakan dosen Kalbis Institute.


Komentator Deni menyoroti dua hal. Pertama, adanya semacam “delusi” ketika orang-orang tertarik menggunakan media sosial karena merasa anonimitasnya terlindungi, padahal tidak. Kedua, adanya perasan bahwa pengetahuan ada di media sosial. Padahal pemahaman dan pengetahuan membutuhkan refleksi manusia dan “suprastruktur” yang tidak mungkin dilakukan oleh mesin.

4) Totok Amin Soefijanto, Ed.D.
Deputi Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Universitas Paramadina. Pernah memperoleh Alumni Award Winners dari Boston University.
Komentator Totok menyampaikan agar kita tidak berpandangan pesimistis terhadap social media, karena yang terpenting adalah, “How to get the most of it?“. Kenyataan bahwa manusia itu tidak singular membawa kita untuk mengusahakan agar masyarakat cerdas melalui media sosial, misalnya mampu menempatkan latar depan dan latar belakang dalam penggunaan media sosial. Teknologi disruptif memiliki efek edukatif, dan memberdayakan masyarakat. Fakultas Media Sosial menunjukkan bahwa Pemerintah sudah mengantisipasi segalanya, dan Fakultas ini dapat bersifat interdisipliner seperti halnya Prodi Kajian Ilmu Kepolisian di Universitas Indonesia.

Moderator sekaligus Ketua Panitia Dialog Psikologi Nusantara kali ini adalah Dr. Yosef Dedy Pradipto, L.Th., M.Hum., Beliau merupakan Lecturer Specialist Jurusan Psikologi BINUS, Ketua Asosiasi Psikologi Indigenous dan Kultural, Doktor Antropologi dari Universitas Indonesia, dan Kandidat Doktor Psikologi di Universitas Persada Indonesia YAI.

Dialog Psikologi Nusantara (DPN) merupakan “tradisi akademik tahunan”, karena Dialog Psikologi Nusantara sendiri sudah berlangsung selama 7 (tujuh) tahun. Embrio DPN dimulai dengan sebuah acara pada 3 Desember 2008 bertajuk Dialog Psikologi Nusantara “The 1st National Discussion on Indigenous Psychology: Mutilation Case-Indonesian Perspective“, dengan narasumber: Prof. Dr. Djamaluddin Ancok, Prof. Dr. Moch. Enoch Markum, Prof. Johana E. Prawitasari, Komisaris Helmy Santika, dr. Munim Indris, dan Reza Indragiri Amriel (Dosen Jurusan Psikologi BINUS). Selanjutnya, Dialog Psikologi Nusantara berlangsung sebagai berikut:

1) Industrial Showcase Psychology Edition “Solutions to Sharpen The Nation’s Character pada 20 Mei 2010. Kala itu, Prof. Drs. Koentjoro (Psikolog Sosial Universitas Gadjah Mada) serta Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro (Academic Advisor BINUS) menjadi pembicara dengan topik “Developing a National Character from The Perspective of Indonesian Psychology”, sementara Dr. Seto Mulyadi (Ketua Komnas Perlindungan Anak) dan Drs. Johannes A. A. Rumeser (Dekan Fakultas Psikologi BINUS) membahas topik “Young People’s Character: Are We Improving?“.

2) Dialog Psikologi Nusantara “Kita dan Televisi” pada 10 Desember 2013, dengan pemateri Arist Merdeka Sirait (Komnas Perlindungan Anak), Moondore Madalina Ali, Ph.D. (Dosen Jurusan Psikologi BINUS), dan Prawita Arumdini (SINDO TV).

3) Dialog Psikologi Nusantara “Pengukuran Psikologi Untuk Dunia Industri” pada 3 Juni 2015, dengan pemateri Dra. Tuti Indrawati, M.Psi. (CEO Iradat Consultant), Ir. Tonny Warsono (Pamong Utama Wikasatrian), dan Dr. Istiani (Dosen Jurusan Psikologi BINUS).

4) Dialog Psikologi Nusantara “Psikoteknologi Sebagai Sarana Hidup Manusia Modern” pada 1 Desember 2016, dengan pembicara: Dr. Nani Nurrachman (Unika Atma Jaya), Letkol Zamzani (Dinas Psikologi Angkatan Udara), Raymond Godwin, M.Si. (Dosen Jurusan Psikologi BINUS).

5) Dialog Psikologi Nusantara “Pendidikan Karakter Dalam Penggunaan Media Sosial: Menanggapi Gagasan Presiden tentang Pendirian Fakultas Media Sosial” pada 27 Oktober 2017, dengan panelis: (1) Doni Koesoema, M.Ed., (2) Andreas W. Djiawandono, ST, MBA, (3) Alfikalia, M.Si., (4) Juneman Abraham, S.Psi, M.Si. (Dosen Jurusan Psikologi BINUS), dan (5) Dr. Federikus Fios, S.Fil., M. Th.

Adapun sejumlah gambar dari DPN 2017 adalah sebagai berikut:

       

MoU antara Fakultas Humaniora BINUS-Fakultas Falsafah dan Peradaban Paramadina-Asosiasi Psikologi Indigenous dan Kultural
MoU antara Fakultas Humaniora BINUS (diwakili Dr. Johannes A. A. Rumeser) -Fakultas Falsafah dan Peradaban Paramadina (diwakili Tia Rahmania, M.Psi.)-Asosiasi Psikologi Indigenous dan Kultural (diwakili Y. Dedy Pradipto)