Quiet Covering

Quiet covering adalah kondisi di mana karyawan sengaja menyembunyikan atau menyesuaikan sebagian dari identitas asli mereka agar lebih mudah diterima di lingkungan kerja. Misalnya, mereka bisa mengubah cara bicara, mengurangi kebiasaan tertentu, atau bahkan menyembunyikan latar belakang budaya agar tidak menimbulkan perbedaan yang menonjol. Menurut Jiang, Hu, dan Wang (2019), ketika suasana kerja tidak mendukung keberagaman, orang yang harus menutupi identitas mereka sering mengalami tekanan mental dan merasa kurang bahagia.

Meski terlihat seperti cara yang praktis untuk menyesuaikan diri, quiet covering sebenarnya bisa menyebabkan stres dan beban psikologis yang cukup berat. Karyawan yang tidak bisa menjadi diri sendiri secara utuh di tempat kerja cenderung merasa kurang puas dan sulit berkembang secara profesional. Di sisi lain, organisasi pun dirugikan karena mereka kehilangan potensi kreativitas dan inovasi yang seharusnya muncul dari keberagaman ide dan pengalaman yang berbeda.

Untuk mengatasi hal ini, perusahaan perlu menciptakan budaya kerja yang inklusif, di mana setiap individu merasa aman dan dihargai tanpa harus menyembunyikan siapa mereka sebenarnya. Dengan begitu, karyawan bisa bekerja dengan lebih nyaman, terlibat sepenuhnya, dan memberikan kontribusi terbaiknya bagi organisasi. Membangun lingkungan seperti ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan, tapi juga mendorong produktivitas dan inovasi dalam jangka panjang.

Selain itu, penting bagi perusahaan untuk memberikan pelatihan dan sosialisasi terkait keberagaman dan inklusi. Dengan pemahaman yang lebih baik, seluruh anggota organisasi dapat menghargai perbedaan dan menciptakan ruang yang ramah untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang atau identitas pribadi. Ini juga membantu mencegah munculnya diskriminasi atau prasangka yang menjadi penyebab utama munculnya perilaku quiet covering.

 

Referensi:

Jiang, Z., Hu, X., & Wang, Z. (2019). Open workplace climate and LGB employees’ psychological experiences: The roles of self-concealment and self-acceptance. Journal of Employment Counseling, 56(1), 2–19. https://doi.org/10.1002/joec.12111

 

Penulis

Yosef Dedy Pradipto   D4671

Wita Anindya Maharani   NIM 2502034811