Optimalisasi Pembelajaran dengan Pendekatan Engaged, Study, Activate (ESA) di Sahabat Anak Grogol
Pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang. Dalam proses belajar mengajar, pengajar memainkan peran yang sangat signifikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan paradigma dalam pendidikan, di mana guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing. Oleh karena itu, penting bagi pengajar untuk memiliki keterampilan dan strategi yang tepat dalam mengajar.
Sahabat Anak Grogol adalah salah satu lembaga yang berdedikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama bagi anak-anak yang berada di bawah bimbingan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, Sahabat Anak Grogol telah mengembangkan berbagai program dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dan meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah salah satu faktor penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, Sahabat Anak Grogol telah mengembangkan pendekatan pembelajaran yang berbasis ESA untuk meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan hasil belajar, dan meningkatkan kualitas pendidikan. Pendekatan ESA ini terdiri dari tiga komponen, yaitu engaged yang berfokus pada partisipasi siswa, study yang berfokus pada proses belajar, dan active yang berfokus pada hasil belajar. Dengan menggunakan pendekatan ESA, guru dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Sahabat Anak Grogol dan meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, observasi ini dilakukan untuk memahami bagaimana pendekatan ESA dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Sahabat Anak Grogol dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Teori pembelajaran menggunakan Engaged, Study, Active (ESA) dikembangkan oleh Jeremy Harmer (1998) sebagai metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. ESA terdiri dari tiga komponen:
- Engaged: Guru membangkitkan ketertarikan siswa dan memperhatikan perhatian siswa dalam proses Guru juga membangkitkan emosi siswa dengan menggunakan media yang menarik dan interaktif.
- Study: Guru memberikan contoh dan latihan untuk memperbaiki kemampuan
- Activate: Siswa menggunakan apa yang telah dipelajarinya dengan mengerjakan latihan- latihan, atau juga permainan yang bertujuan untuk melihat hasil belajar
Temuan dan pembahasan hasil observasi yang dibahas dalam artikel ini didapatkan dari implementasi penelitian tindakan yang meliputi keterlibatan para siswa, strategi, serta teknik yang dilakukan oleh para pengajar selama proses pembelajaran di kelas. Pembahasan ini akan berfokus pada pencarian solusi dari manajemen siswa di kelas, strategi insttruksi dari pengajar, dan cara belajar siswa. Pembahasan akan dibahas dalam 2 bagian berdasarkan waktu, yakni 1 jam awal pembelajaran dan 1 jam akhir pembelajaran.
1 jam awal pembelajaran (14.00 – 15.00)
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, siswa dipersilakan untuk mengambil satu buah meja lipat yang sudah disediakan oleh Sahabat Anak Grogol dan duduk di lantai, sementara para pengajar melakukan persiapan seperti menuliskan materi di papan tulis dan mempersiapkan bahan untuk melakukan permainan. Kegiatan pembelajaran mulai efektif pada pukul 14.20, diawali dengan sapaan dari pengajar. Terdapat tiga orang pengajar yang bertanggungjawab di dalam kelas.
Terdapat kontrol kelas yang baik dari para pengajar. Kelas yang sebelumnya riuh dan berisik menjadi hening. Sebelum mulai masuk ke materi, pengajar menjelaskan terkait sistem reward yang berlaku di kelas, dimana setiap siswa akan mendapatkan satu bintang apabila membawa buku dan alat tulis, mengikuti instruksi yang diberikan pengajar, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pengajar, dan bersikap baik ke sesama teman serta pengajar selama proses belajar. Hal ini terbilang efektif karena terbukti meningkatkan engagement anak dengan pengajar, terbukti dari siswa dapat mengikuti instruksi dari pengajar dengan baik. Selain itu, terdapat pembiasaan berdoa sebelum kelas dimulai. Doa dipimpin oleh dua orang anak di depan kelas. Pembiasaan baik ini berhasil membuat setiap anak hafal doa sebelum belajar.
Selama proses pembelajaran bagian 1, pengajar menjelaskan materi bangun datar kepada anak-anak menggunakan media papan tulis dan spidol. Pengajar dan anak menunjukkan interaksi dan dinamika yang baik. Sebagian besar interaksi ditunjukkan melalui tanya-jawab terkait materi yang disampaikan. Pengajar memberikan contoh- contoh pertanyaan yang meningkatkan pemahaman siswa dan siswa dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan secara bergantian.
Namun, terdapat satu orang pengajar yang sedang mempersiapkan bahan untuk melakukan permainan. Hal ini membuat beberapa anak menjadi terdistraksi. Selain itu, di tengah-tengah proses pembelajaran, terdapat dua orang anak yang bertengkar dan membuat anak-anak lain terdistraksi. Para pengajar langsung mengambil alih kontrol dan berusaha mengembalikan konsentrasi anak-anak dengan cara menerapkan “tepuk diam”. Hal ini dinilai berhasil, karena anak-anak menuruti instruksi yang dikatakan oleh pengajar dan kembali fokus ke kegiatan pembelajaran, kemudian kegiatan pembelajaran berlangsung kembali secara efektif.
Berdasarkan observasi proses pembelajaran bagian 1, diketahui bahwa proses pembelajaran berjalan secara efektif dengan pengajar yang memiliki kontrol penuh di kelas, serta engagement yang baik dari pengajar dan anak di kelas. Permasalahan yang ada pada proses pembelajaran bagian 1 ialah terdapat pengajar yang sedang menyiapkan bahan untuk kegiatan bermain, sehingga pengajar tidak bisa fokus secara penuh kepada siswanya. Bantuan dari pengajar kedua ini sangat diperlukan, terutama dalam pencegahan konflik yang terjadi di kelas dan membantu anak tetap fokus pada pengajar yang menyampaikan materi. Saran dari kami sebagai solusi penyelesaian masalah ini adalah dengan pengajar menyiapkan bahan untuk bermain sebelum kelas dimulai, agar tidak ada anak yang terdistraksi dengan pengajar dan pengajar dapat benar- benar memberikan fokus sepenuhnya kepada anak-anak.
1 Jam akhir pembelajaran (15.00 – 16.00)
Pada 1 jam terakhir proses pembelajaran, diadakan kegiatan bermain. Anak-anak dipecah menjadi beberapa kelompok untuk bermain permainan ini. Konflik yang muncul adalah ada beberapa anak yang ingin memilih teman kelompoknya sendiri, namun para pengajar mengingatkan untuk tidak pilih-pilih teman, dan sang anak menuruti perkataan para pengajar.
Permainan yang dilakukan menggunakan media kertas origami yang digunting sesuai dengan bentuk baru datar yang dipelajari, kemudian disebar di lantai. Pertama- tama, pengajar membagi siswa ke dalam 3 kelompok dengan berhitung 1-3. Kedua, pengajar meminta satu orang untuk menjadi ketua di masing- masing kelompok, lalu pengajar memberikan instruksi kepada masing- masing ketua kelompok mengenai cara bermain dan bangun datar yang harus diinjak pada saat melewati lantai. Ketiga, ketua kelompok menginstruksikan kembali kepada anggota kelompoknya, kemudian permainan dapat dimulai. Permainan ini mengajarkan anak untuk dapat bekerja sama dalam satu tim, dan membuat anak tidak hanya aktif secara kognitif, namun juga secara fisik. Anak-anak terlihat sangat antusias dalam bermain permainan ini dan menunjukkan engagement yang baik terhadap kegiatan permainan yang dilaksanakan. Melakukan strategi bermain setelah belajar juga meningkatkan fokus, perhatian, dan retensi pada anak. Anak jadi tidak merasa bosan karena proses pembelajaran tidak monoton dan anak terlibat secara langsung saat bermain permainan.
Di akhir waktu pembelajaran, anak-anak diminta untuk merapikan Kembali alat tulis dan meja yang dipakai untuk belajar. Kemudian, anak-anak diinstruksikan untuk berbaris di depan ‘papan bintang’, yaitu sebuah papan yang berfungsi untuk mencatat dan merekam seberapa banyak bintang yang didapat di setiap kali sesi pembelajaran. Pada proses ini, strategi reward untuk anak diterapkan dengan baik dan adil, dimana, anak-anak yang mendapatkan bintang dengan kelipatan lima akan mendapatkan reward, sementara anak yang tidak mendapatkan sedikitnya lima bintang tidak mendapatkan reward. Penggunaan sistem modifikasi perilaku dalam proses pembelajaran di sini dapat membuat anak termotivasi dan terpacu untuk meningkatkan kedisiplinan dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Setelah anak-anak mendapatkan reward, anak-anak dipersilakan pulang.
Berdasarkan observasi pembelajaran pada bagian 2, diketahui bahwa menambahkan kegiatan bermain dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan fokus, perhatian, dan retensi pada anak terkait materi yang didapatkan. Secara umum, kegiatan bermain berjalan secara efektif dengan manajemen kelas dan kontrol yang baik dari para pengajar. Permasalahan yang ada pada bagian 2 adalah tidak adanya koordinasi dan instruksi yang jelas dari para pengajar kepada anak- anak apabila sudah dipersilakan pulang, sehingga banyak anak yang tidak mengetahui apakah sudah diperbolehkan untuk pulang atau belum dan anak-anak menjadi ribut dan seperti tidak terarah karena tidak ada instruksi lanjutan. Saran dari kami sebagai solusi permasalahan ini adalah, alangkah baiknya jika setelah berbaris menerima reward, anak-anak Kembali diminta untuk duduk di tempatnya masing-masing, dan berdoa sebelum pulang terlebih dahulu, mengingat kelas dibuka dengan cara berdoa. Setelah berdoa, barulah anak anak dipersilakan untuk pulang ke rumahnya masing-masing sebagai tanda waktu pembelajaran telah berakhir. Menerapkan hal ini dapat menjaga dan meningkatkan kedisiplinan dan ketertiban di dalam kelas.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan analisis dengan pendekatan “ESA (Engaged, Study, Active)”, proses pembelajaran di Sahabat Anak Grogol sudah terbilang dinamis dan efektif dimana pengajar melakukan komponen- komponen pada pendekatan ESA tersebut. Pertama, komponen engaged dimana pengajar membangkitkan minat dan antusiasme siswa untuk belajar, seperti menjelaskan sistem reward pada awal kegiatan pembelajaran dimulai. Kedua, komponen study dimana pengajar memberikan contoh- contoh latihan dan kegiatan tanya jawab yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa, Ketiga, komponen active. Pengajar menerapkan metode pembelajaran kolaboratif, dimana pengajar membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan siswa diminta untuk menyelesaikan sebuah tugas tertentu, dimana siswa dapat berbagi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mereka untuk mencapai tujuan, serta metode pembelajaran berbasis game, yakni materi pembelajaran disajikan dalam bentuk permainan atau aktivitas yang menarik. Melalui metode ini, siswa dapat belajar melalui interaksi, kompetisi, dan tantangan dalam lingkungan yang santai dan menyenangkan.
Secara keseluruhan, sistem dan strategi pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas telah terbukti cukup efektif dan efisien. Pengajar memiliki kontrol dan manajemen kelas yang baik, serta anak-anak menunjukkan engagement dan ketertarikan untuk belajar yang baik. Namun, terdapat beberapa saran yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di Sahabat Anak Grogol untuk kelas 1-2 SD, yakni pengajar harus lebih fokus kepada siswa saat proses pembelajaran dimulai dan pengajar harus membiasakan ketertiban dan kedisiplinan siswa hingga kelas berakhir. Kendati demikian, dinamika proses pembelajaran dan fasilitas pembelajaran di Sahabat Anak Grogol telah terbilang layak untuk para siswa. Hasil observasi ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk proses pembelajaran di Sahabat Anak Grogol agar kualitas pembelajaran semakin meningkat.
Comments :