Nama: Rifka Anissa Putri
NIM: 2440115331
Kelas: LF64


Perasaan menjadi seseorang yang merasa dirinya tidak memiliki kelebihan untuk ditunjukkan kepada individu lain merupakan suatu perasaan yang menyakitkan. Sebab, hal tersebut menimbulkan perasaan bahwa kita tidak memiliki tujuan dan
worth atas kehidupan yang kita jalani saat ini. Hal tersebut dialami oleh banyak orang saat ini, terutama pada individu yang sedang berada di dalam Quarter Life Crisis. Quarter Life Crisis merupakan suatu kondisi dimana seorang individu merasa tidak memiliki kepercayaan diri untuk melanjutkan kehidupannya karena berbagai permasalahan kehidupan yang sedang dialami, baik dari segi percintaan, finansial, hingga hubungan dengan individu lain (Sari et al., 2021). Kondisi ini menyebabkan banyak individu merasa demotivasi untuk melanjutkan kehidupannya atau bahkan memperbaiki kekurangan diri sendiri (Afnan et al., 2020).

Saat ini, aku mengetahui bahwa orang-orang disekitar lingkunganku, dan bahkan juga diri aku sendiri sedang memasuki masa-masa Quarter Life Crisis. Terkadang, aku berpikir bahwa aku tidak memiliki tujuan hidup dan kehilangan semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena aku tidak tahu apakah keputusan yang aku ambil saat ini merupakan pilihan yang tepat untuk kedepannya. Aku juga tidak mengetahui apakah nantinya aku dapat mencapai kesuksesan layaknya beberapa publik figur yang merupakan panutanku. Berbagai pemikiran negatif kerap muncul di benakku. Namun, aku kembali berpikir, bahwa apakah seharusnya aku terus membandingkan diri dengan individu lain, atau ini saatnya aku memperbaiki diriku sendiri.

Pastinya, seseorang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Kegagalan dan kesuksesan merupakan sesuatu yang normal terjadi dalam mengambil keputusan di kehidupan sehari-hari. Proses tersebut dapat membantu individu memiliki pemikiran yang lebih matang dan mendalam, sehingga dapat membiasakan individu untuk menjadi bijak dalam berpikir (Marliyah et al., 2004). Hal tersebut membuat perlu adanya kesadaran diri untuk terbiasa melakukan proses decision making, Proses tersebut dapat membantu individu untuk berpikir lebih dalam mengenai konsekuensi apa saja yang akan didapat dari tiap pilihan, dan hal tersebut dapat membantu individu untuk melatih pemikiran yang lebih mendalam (Winarso, 2014). Dalam melakukan decision making, masukan dari orang lain juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan karena individu lain dapat saja memiliki pandangan yang tidak terpikirkan oleh kita, sehingga kita dapat berdiskusi dengan orang lain dan mengambil keputusan yang lebih matang.

Selain itu, kita juga perlu untuk mengetahui perasaan kita sendiri dan apa yang kita mau. Hal tersebut dikarenakan, banyak individu yang merasa dirinya tertinggal dengan kesuksesan yang didapatkan oleh teman di umur yang sama. Setiap manusia tentunya memiliki peluang yang berbeda-beda dalam mencapai keberhasilan. Tentunya, kita harus mengetahui apa saja yang kita ingin gapai, dan bukan terpengaruhi oleh pencapaian dari orang lain. Kita dapat menjadikan kesuksesan orang lain itu menjadi motivasi untuk kita menggapai kesuksesan yang serupa, tetapi tidak perlu berkecil hati apabila belum meraih kesuksesan tersebut. Ada baiknya untuk tidak selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain, dan tetap berfokus pada diri sendiri dalam mencapai kesuksesan yang diinginkan.

Kita juga perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan yang kita miliki, dan mengembangkan potensi yang saat ini kita miliki. Hal tersebut dikarenakan, mengetahui kelebihan dan kekurangan dapat menjadi hal utama yang perlu diperhatikan apabila ingin mencapai tujuan hidup. Dengan meng-upgrade kelebihan dan memperbaiki kekurangan yang dimiliki, kita dapat menggunakan aspek tersebut untuk menunjang keinginan kita. Pastinya memperbaiki diri merupakan suatu hal yang sulit dilakukan, tetapi hal tersebut dapat dioptimalkan dengan lingkungan yang mendukung. Keluarga, pertemanan, hingga bagaimana kita melakukan aktivitas sehari-hari dapat menjadi faktor utama yang menunjang kesuksesan kita. Hal tersebut dikarenakan, ruang lingkup yang positif dapat membantu individu dalam memiliki motivasi untuk berkembang menjadi individu yang lebih baik.

Pengembangan diri tersebut juga dapat dilakukan dengan mengeksplorasi hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya, seperti mengembangkan minat baru atau melanjutkan kembali minat lama yang sudah tertunda. Hal tersebut dapat membantu penambahan wawasan dan referensi terkait hal apa saja yang menjadi kelebihan/worth yang kita miliki, sehingga kita tidak merasa rendah diri ketika berada di dalam kondisi Quarter Life Crisis. Selain itu, pengembangan minat tersebut dapat menghindarkan kita dari rasa jenuh, dan membuat kita lebih semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari (Sirait, 2016). Hal tersebut aku rasakan sendiri karena aku memiliki hal baru yang mengalihkan perhatian dari berpikir negatif tentang masa depan. Aku merasa lebih produktif setelah menemukan minat baruku, yaitu menulis. Aku merasa dapat melatih kemampuan menulis dan public speaking, yang kedepannya dapat aku gunakan dalam dunia pekerjaan.

Quarter Life Crisis merupakan perasaan yang lumrah dirasakan oleh individu ketika sedang dalam jenjang kehidupan yang krusial untuk menentukan masa depan. Tentunya, kita tidak boleh berdiam diri dan pasrah dalam menghadapi masa depan tersebut. Perlu adanya perencanaan hidup yang matang agar dapat membuat kita lebih siap dalam menghadapi masa depan, dan ada baiknya jika kita meminta masukan positif dari orang di sekitar untuk memantapkan perencanaan kita. Sehingga, kita dapat lebih percaya diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari, serta mengetahui lebih dalam terkait worth yang kita miliki. Aku mencoba untuk menerapkan beberapa prinsip dan pemikiran berdasarkan tulisan di atas. Hasilnya, aku menjadi lebih percaya diri untuk menjalani kehidupan sehari-hari karena aku yakin bahwa aku memiliki lingkungan positif yang mendukung perkembangan diriku, dan juga aku selalu memastikan untuk mengambil keputusan secara matang. Demikian, aku dapat lebih terarah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, dan hal lainnya aku serahkan kepada Tuhan untuk merestui perjalanan hidupku nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Afnan, A., Fauzia, R., & Tanau, M. U. (2020). Hubungan efikasi diri dengan stress pada mahasiswa yang berada dalam fase quarter life crisis. Jurnal Kognisia, 3(1), 23-29.
Marliyah, L., Dewi, F. I. R., & Suyasa, P. T. (2004). Persepsi terhadap dukungan orang tua dan pembuatan keputusan karir remaja. Jurnal Provitae, 1(1), 59-82.
Sari, M. A. P., & Prastiti, W. D. (2021). Quarter Life Crisis pada Kaum Millenial (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Sirait, E. D. (2016). Pengaruh minat belajar terhadap prestasi Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1).
Winarso, W. (2014). Problem solving, creativity dan decision making dalam pembelajaran matematika. Eduma: Mathematics Education Learning and Teaching, 3(1).