Sahabatku Putus dan Depresi, HELP!
Emosi negatif memang wajar dialami sesekali dalam hidup ini. Apalagi pasca kejadian yang memang menyakitkan seperti patah hati. Kecewa karena usaha yang udah dilakukan buat mempertahankan hubungan gagal. Marah karena disakiti sama mantan, kehilangan cinta, harapan, mimpi dan cita-cita bersama. Terlebih buat kamu-kamu yang sudah sempat berencana menikah. Sampai rasa tak berdaya menahan semua peristiwa itu. Total ouch!
Emosi-emosi tersebut wajar kamu rasakan. Bahkan beberapa orang mengalami sulit tidur dan konsentrasi sampai dua hari setelah persistiwa putus.
Sampai batas mana sih rasa gak berdaya alias depresi ini wajar dialami?
Kalau kamu mengalami patah hati, atau punya teman dekat yang patah hati, coba deh perhatikan, ada gak tanda-tanda berikut ini:
- Perasaan sedih sepanjang hari
Tersenyum, padahal bersedih. Photo from Pexel. |
Perasaan sedih ini kadang tidak tampak di depan umum. Bisa saja ia tersenyum, padahal hatinya sedang bersedih.
2. Kehilangan minat pada aktivitas yang disukai
Kehilangan minat. Photo from Pexel |
Mungkin ia menyembunyikan kesedihannya, tapi kamu melihat ia menjadi jarang posting di media sosial. Padahal kamu tahu sekali bahwa ia sangat menyukai fotografi dan sering posting hasil fotonya. Atau, ketika ditanya tentang episode terbaru serial Korea yang kalian ikuti, ia bilang belum nonton. Padahal, biasanya, ia selalu update dengan serial favorit kalian berdua tersebut.
3. Perubahan jam tidur
Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur. Photo by Ivan Obolensky from Pexels. |
Biasanya, sahabat kalian tidur 6 jam sehari. Tapi sudah beberapa hari ini ia tampak lunglai dan kuyu. “Tidak bisa tidur“, katanya. Atau, mungkin saja, ia jadi sering terlambat masuk kelas, karena sulit bangun, padahal sudah tidur 12 jam.
4. Perubahan berat badan yang drastis
Perubahan berat badan. Photo from Pexels. |
Kamu memang mengetahui kalau si sahabat sedang program diet untuk menjaga berat badan. Tapi kalau dalam seminggu ia sudah turun 3-5 kg, maka hal ini perlu jadi perhatian. Atau, ia malah jadi tidak bisa berhenti makan. Sehingga berat badannya naik drastis.
5. Pikiran berulang tentang kematian dan usaha untuk bunuh diri
Terpikir untuk mengakhiri hidup. Photo by Milada Vigerova on Unsplash |
Gejala ini juga seringkali tidak kelihatan langsung. Tapi ada gejala-gejala yang bisa membuatmu lebih waspada. Misalnya, ia tiba-tiba menitipkan barang favoritnya ke dirimu, menitipkan keluarganya dan ‘pamit’ dari kehidupanmu. Kalau melihat tanda-tanda ini, coba ajak bicara dan ingatkan dia bahwa kamu peduli padanya. Kalau kamu pernah mengetahui cita-citanya, ingatkan dia akan cita-cita tersebut. Terakhir, coba buat perjanjian dengannya untuk tidak menjauhkan diri dari benda tajam dan tidak menyakiti dirinya, sampai besok. Usahakan untuk mengecek kembali keadaannya besok.
- Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan hampir setiap hari
Photo by Kat Jayne from Pexels |
Ia merasa gagal, tidak punya harapan masa depan dan merasa bersalah. Hal ini bisa kelihatan dari cara ia memandang kehidupan. Ia cenderung pesimis dalam melihat situasi kehidupannya, dan merasa bahwa kondisi tersebut akan terjadi terus menerus.
- Kurang konsentrasi selama dua minggu berturut-turut
Sulit konsentrasi saat mengerjakan tugas. Photo by Brooke Lark on Unsplash |
Kalau kebetulan satu kantor atau satu kelas dengan sahabatmu, coba perhatikan, apakah ia kesulitan konsentrasi? Apakah ia sulit menangkap penjelaskan atasan/dosen? Apakah ia sulit menangkap isi pembicaraan denganmu?
- Kelelahan dan kehilangan energi hampir setiap hari
Lelah karena bergulat dengan perasaan sedih. Photo by Úrsula Madariaga from Pexels. |
Apakah ia merasa lelah, padahal tidak melakukan aktivitas fisik yang berat?
- Menjadi lebih aktif atau menjadi pasif, dibandingkan biasanya
Terkadang “keceriaan” menutupi kesedihan mendalam. Photo from Pexel. |
Kalau sahabatmu tadinya aktif dan ceria, berubah menjadi pasif, mungkin ia sedang mengalami mood depresi. Atau bisa saja, tadinya ia pendiam, tiba-tiba menjadi senang berpesta, banyak bicara, bertingkah berlebihan. Sebagai sahabat, kamu mulai merasa “dia bukan seperti dirinya“.
Bagaimana kalau sahabatku menunjukkan gejala depresi?
Kalau sahabatmu menunjukkan 5 dari 9 gejala di atas (wajib ada: no 1 dan 2) setiap hari selama 2 minggu, dan kehidupannya sudah mulai terganggu, maka kamu perlu waspada. Coba dekati dan tanyakan bagaimana kabarnya. Ingatkan dia bahwa kamu ada jika ia butuh bercerita.
Sesekali, coba ajak si sahabat melakukan kegiatan ringan seperti nonton video lucu bersama, jalan pagi di taman, atau sekedar duduk dan mengobrol bersama di teras rumah sambil minum teh/kopi. Buat si sahabat merasakan bahwa kamu peduli. Tanpa harus menasihati apalagi “menguliahinya” tentang bagaimana seharusnya mensyukuri kehidupan. Itu malah akan membuatnya tambah tertekan.
Kamu juga tidak perlu memaksanya untuk bercerita tentang perasaannya. Kalau dia siap, dia juga akan cerita kok. Just be a friend, do simple things together.
Jika ia mulai bolos kuliah/kerja, terlihat sangat kurus, mulai bicara soal mengakhiri kehidupan, ada baiknya kamu temani mencari psikolog/psikiater. Jelaskan padanya bahwa depresi itu seperti sakit flu, bisa dirawat dan ditangani. Tapi kalau dibiarkan, ia bisa menjadi tambah parah dan mengganggu. Jadi, lebih baik dirawat sedini mungkin.
Curhat ke sahabat: pertolongan pertama pada depresi. Photo by Ryan Dam on Unsplash |
Jadi, apa kabar sahabatmu? Yuk, tanya kabar sahabatmu hari ini! 🙂
*Artike ini juga dimuat di blog penulis, yaitu https://pingkanrumondor.blogspot.com/2018/05/sahabatku-putus-dan-depresi-help.html
Comments :