Psikologi Tertutup: Mengapa Banyak Orang Tidak Menegur Kesalahan?
Kesalahan terjadi sering di depan mata kita, mulai dari pelanggaran kecil hingga tindakan yang jelas merugikan orang lain. Kita sering memilih untuk diam, berpaling, atau pura-pura tidak melihat. Fenomena ini bukan hanya masalah keberanian atau perhatian; itu lebih dekat dengan mekanisme psikologis seseorang dan dampak lingkungan sosial. Ketidakpedulian bukanlah satu-satunya faktor psikologis yang memengaruhi keputusan untuk diam; itu adalah hasil dari proses kognitif, emosional, dan sosial yang kompleks. Individu sering menghadapi dilema antara keinginan moral untuk menegur kesalahan mereka dan ketakutan akan konsekuensi sosial seperti konflik, penolakan, atau kerusakan hubungan interpersonal. Sikap menghindari konfrontasi sering kali lebih penting daripada kritik terbuka dalam masyarakat yang mengutamakan keharmonisan.
Selain itu, konsep-konsep psikologi sosial seperti pengaruh orang lain, konformitas, tekanan norma sosial, dan ketidakefektifan diri dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena ini. Keberanian seseorang untuk menyampaikan teguran juga dipengaruhi oleh orang lain, posisi mereka di hierarki, dan cara mereka melihat otoritas. Akibatnya, tanggung jawab moral seringkali dibagi dan dikurangi, sehingga kesalahan dibiarkan berulang tanpa perbaikan.
Salah satu penjelasan psikologis paling populer adalah teori bystander effect ini, kemungkinan seseorang untuk bertindak berkorelasi negatif dengan jumlah orang yang menyaksikan kesalahan atau masalah. Individu cenderung percaya bahwa orang lain akan membantu, melemahkan tanggung jawab pribadi. Oleh karena itu, semua orang menunggu, tetapi tidak ada yang melakukan apa-apa.
Sikap diam terhadap kesalahan dapat menyebabkan toleransi sosial terhadap perilaku menyimpang dan penurunan kontrol sosial. Selain itu, ada kemungkinan konflik batin, rasa bersalah, dan ketidaksesuaian antara nilai pribadi dan perilaku yang ditunjukkan oleh orang yang memilih diam. Akibatnya, penting untuk memahami komponen psikologis yang melatarbelakangi sikap diam agar dapat membuat rencana yang mendorong keberanian untuk bersikap asertif dan bertanggung jawab secara sosial. Lalu hal ini juga berkaitan dengan keberadaan figur otoritas atau norma sosial yang sudah mapan membuat orang enggan menegur. Ketika kesalahan dilakukan oleh orang yang lebih tua, lebih berkuasa, atau mayoritas kelompok, tekanan psikologis untuk menyesuaikan diri menjadi semakin kuat. Individu takut dianggap melawan aturan tidak tertulis atau hierarki sosial.
Referensi
Syaf, A., Ramadhani, R., & Putra, A. A. (2025). Benarkah empati dapat menurunkan Bystander Effect pada remaja? Psychopolytan: Jurnal Psikologi, 7(1). https://jurnal.univrab.ac.id/index.php/psi/article/view/3888
Universitas Medan Area. (2025, 26 Mei). Peran pengaruh sosial dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Psikologi UMA. Diakses dari https://psikologi.uma.ac.id/peran-pengaruh-sosial-dalam-pembentukan-sikap-dan-perilaku-individu
Halodoc. (2024, 28 Mei). Mengenal FOPO, Fear of Other People’s Opinions. Halodoc. Diakses dari https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-fopo-fear-of-other-people-s-opinions
https://unsplash.com/photos/woman-in-black-long-sleeve-shirt-npCKJAjGHwM

Comments :