Serunya Belajar Matematika Dengan Metode Student Active Learning
Pendidikan inklusif ada tantangan tersendiri dalam menemukan metode pembelajaran yang efektif untuk siswa. Terutama pada mata pelajaran seperti Matematika, guru perlu merancang strategi yang dapat mengakomodasi kebutuhan beragam siswa dalam satu kelas. Untuk memahami penerapan metode pembelajaran di sekolah inklusif, mahasiswa Psikologi Binus University melakukan observasi langsung ke Sekolah Merdeka Belajar Persada dengan fokus pada efektivitas metode yang digunakan dalam pembelajaran Matematika.
Observasi dilakukan pada hari Kamis, 2 Oktober 2025 pukul 10.15-12.00 WIB di Sekolah Merdeka Belajar Persada, mengamati pembelajaran Matematika tingkat SMA kelas XII. Terdapat tujuh siswa yang mengikuti pembelajaran dengan materi permutasi sebagai latihan untuk TKA, diampu oleh guru berinisial Ms. N. Menerapkan metode Student Active Learning, siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal dan mempresentasikan hasil pengerjaan di depan kelas, untuk menjelaskan bagaimana cara mereka mengerjakan atau mendapatkan hasil yang telah mereka dapatkan. Observasi dimulai saat siswa telah duduk berkelompok. Setelah penjelasan materi, mereka diberikan kertas latihan TKA untuk dikerjakan secara berkelompok
Untuk penerapan metodenya, seluruh siswa dibagi menjadi tiga kelompok: dua kelompok beranggotakan dua siswa dan satu kelompok beranggotakan tiga siswa. Ms. N menerapkan adanya pembagian peran pada setiap kelompok yang telah tentukan, setiap kelompok memiliki tanggung jawab, ada yang bertugas mengerjakan soal dan mempresentasikan hasil di depan kelas. Sebagai contoh, dalam kelompok yang terdiri dari siswa berinisial C dan M, siswa M mengerjakan latihan soal sementara siswa C bertugas mempresentasikan hasil pengerjaan. Metode ini sejalan dengan Cooperative Learning dari Vygotsky, yang menjelaskan bahwa belajar lebih efektif ketika siswa saling berinteraksi dan membantu dalam kelompok. Dalam hal tersebut, timbulnya kerja sama dimana ada bagian mengerjakan dan bagian untuk mempresentasi, alhasil yang mendapat bagian presentasi akan menanyakan bagaimana cara pengerjaanya supaya paham bagaimana konsep pengerjaanya. Metode ini dirancang untuk memfasilitasi pemahaman materi bagi seluruh siswa, termasuk satu siswa berkebutuhan khusus dengan diagnosis ADHD yang berada di salah satu kelompok.
Metode pembelajaran tersebut terbukti efektif dalam mendorong keterlibatan siswa. Siswa yang biasanya pasif menjadi lebih aktif karena adanya pembagian peran dalam kelompok. Ms. N menjelaskan bahwa ketika satu anggota kelompok maju untuk mempresentasikan hasil kerja, anggota lain terdorong untuk memahami materi agar dapat membantu atau melengkapi penjelasan teman mereka. Hal ini juga membantu membangun kerja sama, tanggung jawab, dan kepercayaan diri siswa dalam belajar. Metode pembelajaran tersebut selaras dengan teori Social Learning Bandura, karena siswa belajar dengan mengamati dan meniru teman yang mempresentasikan hasil kerja. Saat satu siswa menjelaskan di depan kelas, yang lain mengamati dan memahami langkah-langkahnya, sehingga terjadi proses modeling dan penguatan sosial.
Yang menarik dari metode ini, siswa tidak dibiarkan kaku fokus pada buku dan kertas, namun diperbolehkan menggunakan teknologi sebagai alat bantu belajar. Siswa diperkenankan mengakses Google sebagai referensi dan aplikasi AI untuk memahami konsep. Hasil observasi terlihat bahwa beberapa siswa memanfaatkan teknologi secara produktif, seperti membuka aplikasi AI untuk memahami materi saat Ms. N menjelaskan. Meskipun di sisi lain terkadang siswa juga sesekali membuka sosial media seperti Instagram, TikTok dan WhatsApp, namun mereka menunjukkan kesadaran dengan segera menutup aplikasi tersebut ketika Ms. N mendekat untuk memberikan bimbingan. Hal ini adanya respect dalam pembelajaran kelas. Ms. N menegaskan teknologi hanya sarana saja, tujuan utamanya adalah siswa bukan hanya menghafal rumus, melainkan memahami konsep pada materi dan soal secara independen.
Sekolah Merdeka belajar persada merupakan sekolah inklusi di Bekasi. Guru-guru memberikan pengajaran yang sesuai dengan perhatian dan cara menghadapi anak yang memiliki kebutuhan khusus sehingga anak tersebut dapat mengikuti proses belajar dengan baik sesuai kemampuan masing-masing. Setiap guru berupaya memahami karakter dan gaya belajar setiap siswa, baik memiliki hambatan belajar maupun tidak, agar seluruh siswa dapat berkembang secara optimal di lingkungan yang sama. Pendekatan inklusif ini terlihat dari bagaimana siswa berkebutuhan khusus ditempatkan dalam kelompok reguler dan dapat berpartisipasi aktif tanpa ada pembedaan perlakuan yang membuat mereka merasa terisolasi.
Selama proses observasi, suasana kelas di Sekolah Merdeka Belajar Persada terlihat aktif dan penuh dukungan. Siswa saling bantu satu sama lain saat kerja kelompok, dan gurunya juga tidak hanya diam di depan papan tulis, tapi keliling ke setiap kelompok untuk membimbing dan memastikan semua anak ikut terlibat, juga saat guru mengelilingi tiap muridnya beliau juga menanyakan yang mereka kerjakan untuk lebih memastikan lagi mereka memahami apa yang mereka kerjakan. Cara mengajar seperti ini bikin kelas menjadi lebih hidup dan tidak monoton. Dari hal tersebut terlihat kalau proses belajar di Sekolah Merdeka Belajar Persada tidak cuma fokus ke nilai akademik saja, tapi juga ke pembentukan sikap sosial, toleransi, kerja sama, dan tanggung jawab antar siswa. Selain itu, pendekatan yang dipakai gurunya juga sesuai sama prinsip teori konstruktivisme dan humanistik, dimana siswa diajak untuk aktif berpikir, berinteraksi, dan belajar sesuai kemampuan serta kebutuhannya masing-masing.
Artikel ini ditulis oleh: Shabrina Salma Ammaria, Hawari Mutiara Sya’bani, Cyntia, Leila Bunga Agustia Islamy, Dengan dosen pembimbing: Muhammad Nanang Suprayogi S.Psi., M.Si. Ph.D.
Referensi
Martha J. Bradshaw, Beth L. Hultquist, Debra Hagler (2019). Strategi Pengajaran Inovatif dalam Keperawatan dan Profesi Kesehatan Terkait. Burlington: Jones & Bartlett Learning



Comments :