Perspektif Teori ZPD Dalam Pembelajaran TIK
Pada hari Rabu, 5 November 2025, mahasiswa Psikologi Binus University melakukan kunjungan ke SMK Al-Mafatih untuk mengobservasi proses belajar dan mengajar di kelas 10. Kegiatan ini bertujuan untuk mengamati proses belajar mengajar di kelas X, pada kesempatan kali ini kami mengobservasi mata pelajaran Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) dengan materi membuat kop surat. Melalui kegiatan observasi ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami secara langsung bagaimana interaksi antara guru dan siswa berlangsung di lingkungan sekolah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran.
Kegiatan observasi dilakukan di salah satu ruang lab SMK Al-Mafatih yang diikuti oleh kurang lebih 20 siswa. Proses pembelajaran dimulai dengan membaca doa bersama untuk menenangkan suasana kelas dan membantu siswa agar lebih fokus. Setelah berdoa, Pak Rais selaku guru mata pelajaran TIK melakukan pembahasan kembali terkait materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya.
Di tengah kegiatan pembelajaran, guru mengadakan ice breaking berupa kuis lempar, di mana siswa saling melempar giliran untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Aktivitas ini menciptakan suasana kelas yang interaktif dan menyenangkan, serta membantu meningkatkan keterlibatan, partisipasi, konsentrasi dan semangat belajar siswa.
Setelah sesi kuis selesai, guru memandu siswa dalam menyelesaikan tugas membuat kop surat menggunakan komputer. Guru tampak aktif mendampingi siswa satu per satu, memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami kesulitan dalam mengatur tata letak maupun format penulisan. Pendekatan yang digunakan guru bersifat komunikatif dan sabar, sehingga siswa merasa nyaman untuk bertanya dan berdiskusi selama proses belajar.
Secara umum, sebagian besar siswa terlihat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran, meskipun beberapa siswa masih memerlukan arahan tambahan untuk menjaga fokus. Fasilitas belajar di SMK Al-Mafatih juga tergolong baik dengan ruang kelas dilengkapi oleh pendingin udara (AC), proyektor (infocus), serta sirkulasi udara yang memadai. Kondisi ini mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif dan nyaman bagi siswa.
Hasil observasi ini dapat dikaitkan dengan Teori Zone of Proximal Development (ZPD) dari Lev Vygotsky. Menurut teori ini, setiap individu memiliki dua tingkat kemampuan, yaitu kemampuan yang dapat dicapai secara mandiri dan kemampuan yang dapat dicapai dengan bantuan orang yang lebih ahli. Bantuan yang diberikan disebut scaffolding, yaitu dukungan sementara yang membantu siswa bergerak dari belum mampu menjadi mampu secara mandiri.
Dalam pembelajaran TIK di SMK Al-Mafatih, guru tidak hanya memberikan penjelasan di depan kelas, tetapi juga memberikan pendampingan langsung dengan mendatangi siswa satu per satu. Siswa yang mengalami kesulitan dibimbing langkah demi langkah sampai mereka dapat melanjutkan sendiri. Hal ini menunjukkan penerapan scaffolding di mana guru menyesuaikan bantuan berdasarkan tingkat pemahaman setiap siswa.
Selain itu, kegiatan quiz lempar juga mencerminkan aspek pembelajaran sosial yang ditekankan oleh Vygotsky. Melalui interaksi antar siswa, mereka saling belajar dengan cara mengamati, meniru, dan memperbaiki jawaban teman. Aktivitas ini memperkuat pemahaman konsep melalui pengalaman sosial dan kerja sama.
Dengan demikian, pembelajaran yang diamati menunjukkan penerapan prinsip-prinsip Zone of Proximal Development, siswa tidak dibiarkan bekerja sendiri tanpa arahan, namun juga tidak sepenuhnya bergantung pada guru. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mencapai potensi mereka melalui dukungan yang terarah dan interaksi sosial yang konstruktif.
kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran di SMK Al-Mafatih menunjukkan penerapan metode pengajaran yang komunikatif, aktif, dan menyenangkan. Guru mampu mengelola kelas dengan baik melalui penggunaan ice breaking dan pendampingan individual terhadap siswa. Pendekatan ini selaras dengan teori Vygotsky tentang Zone of Proximal Development, di mana dukungan guru berperan penting dalam membantu siswa mengembangkan kemampuan yang belum dapat dicapai secara mandiri. Selain itu, fasilitas belajar yang memadai turut mendukung terciptanya suasana belajar yang efektif, kondusif, dan partisipatif.
Ditulis oleh: Andara Khashia Novarina, Callista Nazwa Heryadi, Muhammad Alfarizi, Muhammad Basyuni dengan dosen pembimbing Muhamad Nanang Suprayogi, S.Psi., M.Si., Ph.D.
Referensi
Cristofano, S., Marsico, M., Sterbini, A., & Temperini, M. (2016). Improved computation of individual zpd in a distance learning system., 1-8. https://doi.org/10.1109/ithet.2016.7760750
Karki, T. and Karki, R. (2024). Contextualizing socio-cultural theory on language teaching and learning in nepal. Pragyaratna, 6(1), 52-59. https://doi.org/10.3126/pragyaratna.v6i1.64533
Lantolf, J. and Poehner, M. (2010). Dynamic assessment in the classroom: vygotskian praxis for second language development. Language Teaching Research, 15(1), 11-33. https://doi.org/10.1177/1362168810383328



Comments :