Pembelajaran Matematika Berbasis Kolaborasi dan Pemahaman Konseptual
Pembelajaran Matematika seringkali diasosiasikan dengan hafalan rumus dan latihan soal yang monoton. Namun, suasana yang berbeda terlihat di kelas XI IPA A SMA Sumbangsih Jakarta pada Selasa, 27 Mei 2025, ketika guru Matematika, Pak Adit, menerapkan pendekatan pembelajaran yang interaktif, kolaboratif, dan berorientasi pada pemahaman konsep. Dalam sesi yang membahas materi refleksi, proses belajar berlangsung aktif dan partisipatif, dengan siswa terlibat penuh dalam diskusi dan pemecahan masalah.
Kegiatan dimulai pada pukul 08.42 dengan pembacaan doa. Setelah itu, guru melakukan recall terhadap materi sebelum UTS untuk mengaktifkan pengetahuan awal siswa. Topik refleksi kemudian diperkenalkan melalui contoh visual dan penalaran intuitif sebelum siswa diarahkan pada definisi formal dan rumus. Strategi ini sejalan dengan pendekatan pembelajaran konseptual, dimana pemahaman ide dasar didahulukan daripada prosedur mekanis. Rittle-Johnson & Schneider (2015) menunjukkan bahwa pemahaman konsep yang kuat mendukung kemampuan siswa dalam menerapkan prosedur secara fleksibel.
Setelah siswa memahami konsep awal, guru memandu mereka untuk mencatat poin penting dan mengerjakan contoh soal bersama. Sekitar pukul 09.10, guru memberikan latihan lanjutan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Pada tahap ini, siswa diperbolehkan berdiskusi dengan teman sekelas untuk saling bertukar cara penyelesaian. Suasana kelas pun terlihat hidup dengan siswa yang mengajukan pertanyaan, menuliskan langkah penyelesaian di papan tulis, dan membandingkan strategi berpikir.
Strategi pembelajaran ini mencerminkan penerapan collaborative learning dan instructional scaffolding. Guru memberikan bimbingan bertahap sesuai dengan kebutuhan siswa, tidak terlalu cepat dan juga tidak membiarkan siswa terhenti lama. Penelitian oleh Van de Pol et al. (2019) menegaskan bahwa scaffolding yang efektif dapat meningkatkan kemandirian, keterlibatan, serta pemahaman jangka panjang siswa. Selain itu, OECD (2021) juga mencatat bahwa pembelajaran kolaboratif dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi siswa.
Selama pembelajaran berlangsung, interaksi antara guru dan siswa tampak natural. Guru berkeliling kelas, memeriksa catatan, menjawab pertanyaan secara personal, dan memberi ruang bagi siswa untuk bertanya tanpa rasa takut salah. Pendekatan ini mencerminkan student-centered learning, dimana guru berperan sebagai fasilitator proses berpikir, bukan hanya penyampai materi. Darling-Hammond et al. (2020) menekankan bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri, motivasi belajar, dan kemampuan refleksi.
Menjelang akhir sesi, guru memberikan satu soal singkat untuk memeriksa pemahaman akhir siswa dan merangkum inti pembelajaran yang telah dilakukan. Bel istirahat pun berbunyi pada pukul 09.45, menandai berakhirnya kegiatan belajar yang berlangsung efektif namun tetap nyaman.
Secara keseluruhan, observasi ini menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran konseptual, kolaboratif, dan berpusat pada siswa yang dilakukan oleh Pak Adit berhasil menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan bermakna. Melalui scaffolding yang tepat, siswa tidak hanya memahami materi refleksi secara teoritis, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan kemandirian belajar. Pendekatan ini sejalan dengan tujuan pendidikan abad ke-21 serta arah Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran yang relevan, dialogis, dan berpusat pada proses.
Artikel ini ditulis oleh: Levina Aulia Manuadi, Melody Keisha Widjaja, Muhammad Hariz Tri Wardhana, Carolin Wie, Maria Pawestri Lamarian, Mikha Aurelia Wiranata dengan dosen Pembimbing: Muhamad Nanang Suprayogi, S.Psi., M.Si., Ph.D.
Referensi
Darling-Hammond, L., Flook, L., Cook-Harvey, C., Barron, B., & Osher, D. (2020). Implications for educational practice of the science of learning and development. Applied Developmental Science, 24(2), 97–140.
OECD. (2021). 21st-Century Teaching and Learning: Collaborative Strategies in the Classroom. OECD Publishing.
Rittle-Johnson, B., & Schneider, M. (2015). Developing conceptual and procedural knowledge in mathematics. Oxford University Press.
Van de Pol, J., Mercer, N., & Volman, M. (2019). Scaffolding in teacher–student interaction: A decade of research. Learning, Culture and Social Interaction, 22, 100–110.



Comments :