Pada Jumat, 17 Oktober 2025 pukul 10.00 pagi, kelompok kami melakukan observasi pembelajaran di SMP Islam Darussalam. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat bagaimana guru menerapkan inovasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) agar menjadi lebih menarik, interaktif, dan bermakna bagi siswa.

Hasil observasi bertepatan pada hari Jumat yang memiliki jam pembelajaran relatif lebih singkat dibandingkan hari-hari lainnya. Sebelum memasuki kelas, Bu Nunk selaku guru IPS yang menjadi pengajar terlihat mempersiapkan bahan ajar dan media pembelajaran di ruang guru. Beliau memastikan seluruh perangkat dan materi pendukung sudah siap agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Kelas yang diamati dipandu langsung oleh Bu Nunk,  yang dikenal sebagai guru kreatif dan inovatif dalam mengajar. Pada kesempatan tersebut, beliau menggunakan pendekatan studi kasus dan gamifikasi, di mana siswa diajak untuk menganalisis permasalahan sosial melalui permainan serta diskusi kelompok. Pendekatan ini berhasil membuat siswa terlihat lebih aktif, antusias, dan mudah memahami materi yang disampaikan.

Selain itu, Bu Nunk juga menerapkan prinsip operant conditioning dengan memberikan pujian dan apresiasi setiap kali siswa berpartisipasi atau memberikan jawaban yang tepat. Dalam teori operant conditioning yang dikemukakan oleh B. F. Skinner, hal ini disebut positive reinforcement. Positive Reinforcement merupakan konsekuensi positif yang diberikan setelah suatu perilaku dengan tujuan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut terulang kembali (Skinner, 1953, dikutip dalam Feist, Roberts, & Feist, 2021). Pemberian penguatan positif (positive reinforcement) ini terbukti efektif meningkatkan motivasi belajar dan rasa percaya diri siswa selama proses belajar berlangsung. Suasana kelas pun terasa hidup dan menyenangkan, jauh dari kesan membosankan yang sering melekat pada pelajaran IPS.

 

Menariknya, Bu Nunk juga memberikan kesempatan kepada kami untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Kami diminta membantu mengoreksi hasil tugas siswa yang telah dikerjakan sebelumnya. Proses kegiatan ini dilakukan secara interaktif, di mana kami bersama-sama membacakan soal, melempar pertanyaan ke murid lain untuk menebak jawabannya, lalu mendiskusikan hasilnya bersama di ruang kelas. Setiap kali jawaban muncul, tiap siswa diberi kesempatan dengan diminta menyampaikan pendapat mereka, apakah mereka setuju dengan jawaban yang diberikan. Cara ini tidak hanya melatih partisipasi aktif dan kemampuan berpikir kritis siswa, namun juga menciptakan suasana kelas yang kolaboratif dan menyenangkan. Setelah proses koreksi selesai, salah satu dari kami membantu mencatat nilai siswa berdasarkan jumlah jawaban benar yang diperoleh. Dengan cara ini, seluruh proses belajar tidak hanya menjadi lebih interaktif, tetapi juga tetap berjalan terarah, terukur, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Setelah sesi diskusi studi kasus selesai, Bu Nunk mengadakan ice breaking berupa permainan kelompok yang melibatkan seluruh siswa di kelas. Kegiatan ini mendorong kerja sama tim, komunikasi, serta kekompakan antar siswa, sehingga menciptakan suasana kelas yang terasa ramai dan penuh tawa. Meskipun bersifat santai, kegiatan ini tetap memiliki nilai edukatif karena memperkuat hubungan sosial dan rasa saling mendukung antar peserta didik. Dalam kegiatan ice breaking ini, Bu Nunk kembali menerapkan penguatan positif dengan memberikan nilai tambahan untuk kelompok yang menang. Pendekatan ini menunjukkan konsistensi beliau terutama pada konsep teori operant conditioning, untuk menjaga motivasi dan keterlibatan siswa selama kegiatan berlangsung.

Secara keseluruhan, kegiatan observasi ini menunjukkan bahwa kreativitas seorang guru memiliki peran penting dalam menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. Melalui penerapan metode gamifikasi, studi kasus, dan penguatan positif, Bu Nunk berhasil menghadirkan suasana belajar yang aktif, kolaboratif, dan menyenangkan. Pembelajaran IPS pun tidak lagi sebatas penyampaian teori, namun juga menjadi proses interaktif yang mendorong siswa berpikir kritis dan berpartisipasi secara penuh.

 

Artikel ini ditulis oleh: Fachri Ardra Raditya, Nayyara Fitri Ramadhani , Reva Amalia, Wera Zikra Ramadhan, dengan dosen Pembimbing: Muhamad Nanang Suprayogi, S.Psi., M.Si, Ph.D.

 

Referensi:

Feist, G. J., Roberts, T.-A., & Feist, J. (2021). Theories of personality (10th ed.). McGraw-Hill Education.