Pada hari Senin, 20 Oktober 2025, beberapa mahasiswa jurusan Psikologi BINUS University dengan peminatan Educational Psychology melakukan observasi di SDN 21 Pagi Jakarta Barat untuk dapat mengamati keberlangsungan proses belajar mengajar yang terjadi di kelas 6B. Dengan Ibu Lucy selaku wali kelas, pembelajaran dimulai pada pukul 07.30 setelah dilakukannya upacara pagi dengan pelajaran pertama yaitu matematika selama 2 jam pelajaran dengan total kehadiran 18 siswa dari 19. Dan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, Ibu Lucy banyak mengimplementasikan sistem game-based learning dan ice breaking untuk mengajak siswa dan siswi berinteraksi serta berinteraksi aktif di kelas.

Guru dan siswa memulai pembelajaran dengan doa bersama sebagai pembiasaan dan mengumpulkan pekerjaan rumah (PR) sebagai bentuk tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Tepat pukul 08.00, pembelajaran dimulai dengan sesi tanya jawab ringan melalui gambar-gambar pada PowerPoint. Materi pembelajaran yang disampaikan adalah terkait rasio dan proporsi. Materi kemudian disampaikan dengan sederhana dan kontekstual, terlihat dari cara Ibu Lucy yang kerap mengaitkannya dengan  contoh dari kehidupan nyata. Misalnya seperti perbandingan antara jumlah buah di keranjang atau antara perbandingan tanaman dalam pot. Hal ini membantu siswa memahami konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari mereka. Guru juga menggunakan video edukatif dari youtube untuk memperkuat pemahaman siswa dengan cara yang lebih menyenangkan.

Ibu Lucy menerapkan latihan berbasis permainan atau game-based learning. Game based learning sendiri merupakan model pembelajaran yang memadukan unsur permainan dengan materi pelajaran untuk meningkatkan keterlibatan, minat, dan efektivitas belajar peserta didik (Pratiwi dkk., 2024). Dalam kegiatan ini, permainan yang dilakukan adalah ‘perkalian 2’ dimana Ibu Lucy akan menunjuk siswa secara bergantian untuk menyebutkan angka dimulai dari angka 1, dan setiap siswa yang seharusnya menyebutkan angka yang termasuk perkalian 2, maka mereka harus menyebutkan ‘dor’. Selain itu, Ibu Lucy juga menggunakan ice breaking untuk mengembalikan kembali fokus siswa yang hilang dengan melakukan tepuk semangat. Kegiatan di kelas tersebut berjalan dengan sangat interaktif dan menyenangkan dilengkapi dengan sesi tanya jawab dimana Ibu Lucy menanyakan kesediaan para murid untuk dapat menjawab pertanyaan di papan tulis.

Kemudian Ibu Lucy juga mencontohkan materi rasio dengan menggunakan snack yang berupa coklat dan permen. Dimana para siswa yang maju ke depan, diminta untuk membuat rasio yang disebutkan menggunakan barang-barang tersebut. Dan diakhir, Ibu Lucy memberikan snack tersebut sebagai reward, yang merupakan contoh penggunaan metode operant conditioning berupa positive reinforcement sebagai bentuk apresiasi kepada siswa yang berani dan berhasil menjawab. Positive reinforcement adalah pembentukan perilaku dengan cara memberikan penguatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul (Krisnawardhani & Noviekayati dalam Dyansatithi & Hasanah, 2024). Diakhir, Ibu Lucy memberikan latihan soal dalam bentuk kertas untuk menjadi kegiatan latihan untuk menguji pemahaman siswa akan materi yang sudah disampaikan. Dan hasil dari observasi tersebut menunjukkan bahwa inovasi seperti penggunaan teknologi berupa video interaktif di youtube, memberlakukan game-based learning dan ice breaking, dapat membuat siswa lebih aktif dalam sesi belajar mengajar.

Gambar 1. Ibu Lucy mengajar dengan media video Youtube

 

Artikel ditulis oleh:

Helena Quilian, Jessica Stephanie Tamzil, Denisa Aaliyah Ghassani, Shareen Theadora Budianto, dan Jennifer Wu dengan dosen pembimbing: Muhamad Nanang Suprayogi, S.Psi., M.Si., Ph.D.

 

Referensi:

Dyansatithi, N., & Hasanah, M. (2024). Positive Reinforcement Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring. Psikodinamika: Jurnal Literasi Psikologi, 4(1), 015-024.

Pratiwi, R., Yuhanna, Y., Sopiah, S., Habadi, N., Harahap, R., & Aminah, R. (2024). Peningkatan Kreativitas Belajar Peserta Didik melalui Metode Game Based Learning. Jurnal Pengabdian Sosial, 1(7), 592-596.