Rage Applying

Istilah rage applying menggambarkan perilaku melamar pekerjaan secara tiba-tiba dan masif, biasanya dipicu oleh rasa frustrasi dan ketidakpuasan terhadap kondisi kerja saat ini. Banyak karyawan yang melakukan hal ini sebagai bentuk reaksi emosional terhadap berbagai masalah di tempat kerja, seperti beban kerja yang terlalu berat, kurangnya penghargaan dari atasan, atau lingkungan kerja yang tidak kondusif.

Dalam konteks ini, beberapa studi di Indonesia memberikan gambaran bagaimana faktor-faktor tertentu bisa mempengaruhi minat seseorang untuk melamar pekerjaan, yang relevan dengan fenomena rage applying. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramudita, Kriswianti, dan Bhimasta (2024), daya tarik perusahaan atau employer attractiveness serta ekspektasi kerja memiliki peranan penting dalam mendorong seseorang untuk mengajukan lamaran kerja. Artinya, jika perusahaan mampu menampilkan citra yang positif dan memenuhi ekspektasi calon karyawan, minat melamar pun cenderung meningkat, bahkan bisa terjadi secara cepat atau impulsif.

Lebih lanjut, Febrianti dan Hendratmoko (2023) menekankan bahwa kompensasi yang adil, karakteristik pekerjaan yang jelas, serta tanggung jawab sosial dan reputasi perusahaan juga berkontribusi besar dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk melamar pekerjaan. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika aspek-aspek tersebut tidak terpenuhi atau kurang memadai, karyawan saat ini bisa merasa tidak puas dan terdorong untuk mencari peluang lain dengan lebih agresif atau impulsif.

Dari sudut pandang organisasi, perilaku rage applying ini bisa menjadi tanda bahwa ada masalah yang lebih mendalam terkait dengan kepuasan kerja dan hubungan antara karyawan dengan perusahaan. Jika dibiarkan, perilaku ini dapat menyebabkan tingginya tingkat keluar masuk karyawan (turnover), yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap produktivitas dan stabilitas organisasi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan sumber daya manusia, termasuk bagaimana cara memberikan penghargaan, membangun komunikasi yang efektif, serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung agar karyawan merasa dihargai dan termotivasi untuk bertahan.

Kesimpulannya, rage applying bukan sekadar tindakan impulsif semata, melainkan sebuah fenomena yang mencerminkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan harapan karyawan dengan kebijakan organisasi. Dengan memahami akar masalah ini, perusahaan dapat merancang strategi yang tepat untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas karyawan, sekaligus mengurangi perilaku melamar kerja secara berlebihan yang bisa merugikan kedua belah pihak.

 

 

Referensi

Febrianti, D. I., & Hendratmoko, C. (2023). Pengaruh kompensasi, karakteristik pekerjaan, tanggung jawab sosial perusahaan dan reputasi perusahaan terhadap minat melamar pekerjaan. Kinerja: Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 19(2), 1–10. https://doi.org/10.30872/jkin.v19i2.10927

Pramudita, D. P. D., Kriswianti, I. E. P., & Bhimasta, R. A. (2024). Pengaruh employer attractiveness dan ekspektasi kerja terhadap minat melamar pekerjaan mahasiswa. INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis Dan Manajemen Indonesia, 7(4), 470–478. https://doi.org/10.31842/jurnalinobis.v7i4.337

 

Penulis

Yosef Dedy Pradipto   D4671

Wita Anindya Maharani   NIM 2502034811