Pada hari rabu tanggal 30 April 2025, Fakultas Psikologi Binus mengadakan seminar seputar pentingnya mengenali dan memahamin kesehatan mental di lingkungan remaja. Kegiatan ini dilaksanakan di SMA Al-Azhar 22 Cikarang sebagai salah satu kegiatan dalam mengisi Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan tema ”Gaya Hidup Berkelanjutan” untuk tahun ajaran 2024-2025 dengan dosen Budi Sulaeman, M.Psi., Psikolog sebagai pembicara pada kegiatan ini. Seminar ini diadakan dengan tujuan untuk membantu para remaja terkhususnya para siswa dalam mengenali, memahami, serta mengevaluasi terkait kondisi kesehatan mental serta membantu para siswa dalam meregulasi emosi melalui metode relaksasi pernafasan sederhana.

 

Apa itu Kesehatan Mental?

 

Menurut World Health Organization (WHO) pada 2014, kesehatan mental didefinsikan sebagai Keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial, bukan hanya ketidakhadiran suatu penyakit, yang meliputi penilaian subjektif terhadap kesejahteraan psikologis, efikasi diri, otonomi, aktualisasi diri seorang individu dan Mampu berkontribusi kepada orang di sekitarnya (komunitas). Urgensi dari berekenalan dengan kesehatan mental sendiri ialah karena kesehatan mental merupakan kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan fisik seperti makanan, minuman, dan istirahat yang cukup. Selain itu, kesehatan mental juga berdampak pada lingkungan sosial, produktivitas kerja, kebutuhan akan afeksi (rasa bahagia), serta dengan kesehatan mental yang baik, kita juga bisa memberi kontribusi dan manfaat bagi sesama.

Pembahasan Utama dalam Seminar

 

Dalam seminar yang digelar, kak Budi Sulaeman memberikan pemahaman serta pengenalan kepada siswa terkait pentingnya kesehatan mental. Pada sesi pertama, melalui hasil data riset kemenkes tentang YLD’s (Years Live with Disability) di Indonesia, menunjukkan bahwa gangguan jiwa menjadi penyebab kedua YLD’s di Indonesia dengan depresi (3,69%), ansietas (3,56%), dan skizofrenia (2,09%) yang menjadi 3 gangguan yang memiliki prevalensi tertinggi. Angka ini tentunya menjadi rambu bahaya terhadap kondisi kesehatan mental terkhususnya di Indonesia, mengingat masih banyak sekali masyarakat terkhususnya remaja yang masih kurang menyadari gangguan terhadap kesehatan mental mereka.

Kak Budi Sualeman juga memaparkan tentang bagaiamana seharusnya sebagai siswa kita berkenalan dengan kesehatan mental melalui cara yang benar. Yang pertama, ialah tidak melakukan self-diagnose, yakni pengambilan keputusan sepihak dengan informasi yang minim, sehingga terjadi miskonsepsi. Self-diagnose tentunya sangat berbahanya karena dengan informasi yang minim, remaja akan langsung percaya dan mengira bahwa diri mereka benar-benar mengalami gangguan mental sehingga menyesuaikan perilaku mereka. Tentunya, dalam diagnosa sangat diperluakan bantuan tenaga ahli seperti Psikolog, sehingga hasil yang didaptkan lebih akurat dan perawatan yang dilakukan juga lebih tepat.

Selain self-diagnose, kak Budi juga memaparkan seputar perilaku oversharing remaja di sosial media, dengan lebih banyak mencurahkan keluh kesah mereka di sosial media ketimbang melakukan relaksasi, atau journaling mandiri untuk menghindari stress atau gangguan lainnya. Pada sesi ke kedua, dilanjutkan dengan bagaimana mengenali gejala awal gangguan kesehatan mental. Yang pertama adalah disfungsi, yakni penurunan fungsi pada kinerja kita sehari-hari, kemudian juga ada distress, yakni kesulitan dalam beraktivitas yang dapat ditandai dari kesulitan dalam memahami, atau mengenali informasi yang ada di sekitar kita. Kemudian ada deviasi yakni penyimpangan dan dangerous yakni merujuk pada perilaku yang membayahakan.

Terakhir, dalam sesi seminar ini, Kak Budi memaparkan seputar emosi, cara meregulasi emosi, dan metode relaksasi sederhana. Dimulai dari perekenalan seputar emosi yakni senang, sedih, takut, dan marah. Kemudian ada yakni ”Belajar menjadi Pribadi SEHAT” yang membahas seputar Self-Care Wheel, yakni terdapat spiritual selfcare, physical selfcare, professional selfcare, personal selfcare, emotion selfcare. Dan sebagai penutup, siswa diajarkan untuk melakukan metode relaksasi pernafasan sederhana dengan metode Box Breathing (4 x 4) yakni bertujuan untuk membantu siswa dalam berelaksasi.