Kontrol atau Dikontrol? Bijak Mengelola Media Sosial di Era Modern
Pendahuluan
Hari Rabu, 11 Juni 2025, Jurusan Psikologi Bina Nusantara University diundang menjadi narasumber seminar dengan mengangkat tema “Stress Management”. Kegiatan ini diisi oleh Ibu Dra. Lisa Ratriana, M.Si dengan tujuan untuk membahas peran penting psikologi dalam menjadi orang bijak dalam menggunakan media sosial pada siswa kelas 10 agar mereka menjadi orang positif bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
Apa itu Media Sosial?
Cara orang berinteraksi satu sama lain telah berubah sejak kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai ruang digital baru, internet menciptakan ruang kultural. Internet tidak dapat dihindari memberikan banyak kemudahan bagi penggunanya. Internet menyediakan berbagai macam hiburan dan informasi dari seluruh dunia. Internet dapat diakses kapan saja dan di mana saja, melampaui batas waktu, ruang, dan kehidupan pengguna.
Media sosial, menurut studi Triyono dkk (Zubaedi, 2011:33), adalah teknologi online yang berhasil meningkatkan interaksi antara orang. Media sosial telah berkembang menjadi alat penting untuk berkomunikasi dan membangun jaringan sosial dan kelompok masyarakat. Daripada media konvensional seperti media cetak, media elektronik, penyiaran, dan interaksi interpersonal lainnya, jejaring sosial ini lebih interaktif dan populer. Media sosial memungkinkan orang untuk berkomunikasi secara pribadi dengan satu atau lebih orang yang terhubung ke internet tanpa batasan waktu atau lokasi.
Kenapa para remaja suka memakai media sosial?
Saat ini, penggunaan media sosial di kalangan remaja tidak dapat dihindari lagi. Hampir setiap hari, remaja menggunakan media sosial hanya untuk mencari informasi di Twitter dan melaporkan aktivitas yang mereka lakukan melalui Path atau Facebook. Sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo menunjukkan bahwa lima platform media sosial terbesar di Indonesia adalah Facebook (dengan 65 juta pengguna), Twitter (dengan 19,5 juta pengguna), Google+ (dengan 3,4 juta pengguna), LinkedIn (dengan 1 juta pengguna), dan Path (dengan 700 juta pengguna).
Peg Streep (2013), seorang pemerhati digital dan remaja, menjelaskan empat alasan utama remaja menjadi maniak media sosial. Pertama, untuk mendapatkan perhatian. Penelitian Pew Research Center Study (AS) menunjukkan bahwa remaja kerap berbagi informasi di media sosial sebagai cara menarik perhatian bagi diri mereka sendiri. Ironisnya, meski sebagian remaja mengeluhkan overposting, mereka sendiri kerap melakukannya.
Kedua, untuk meminta pendapat. Remaja cenderung memvalidasi keputusan melalui persetujuan teman-temannya di media sosial, bukan dengan saran langsung. Bentuk validasi ini bisa berupa like, komentar, atau retweet, yang membuat mereka merasa populer dan lebih percaya diri di dunia digital ketimbang di kehidupan nyata. Akibatnya, remaja menjadi tertutup secara sosial dan lebih nyaman mengekspresikan diri di media sosial.
Ketiga, menumbuhkan citra. Popularitas di media sosial mendorong remaja menciptakan citra diri yang ideal, meski belum tentu mencerminkan realitas (Jatmika, 2015).
Keempat, yaitu kecanduan. Remaja yang terbiasa menjadikan media sosial sebagai panduan hidup sulit beralih ke dunia nyata, sehingga terjebak dalam drama digital yang tidak sehat.
Apa manfaat Media Sosial?
Salah satu definisi Internet adalah jaringan komputer yang luas dan besar yang tersebar di seluruh dunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer di seluruh dunia dengan berbagai sumber daya informasi, mulai dari yang statis hingga yang dinamis dan interaktif. Internet adalah sebuah jaringan (Internet Protocol) yang terdiri dari banyak komputer yang terhubung satu sama lain melalui jaringan global.
Media sosial memiliki berbagai manfaat yang membuatnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Pertama, platform ini berfungsi sebagai one-stop service yang menyediakan berbagai kebutuhan, mulai dari hiburan seperti musik, film, dan video hingga layanan informasi praktis. Kedua, media sosial memungkinkan pengguna memperluas jejaring pertemanan secara cepat dan masif, menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang dalam waktu singkat.
Selain itu, fitur pencarian dan berbagi konten memudahkan pengguna untuk memperoleh informasi aktual sekaligus menyebarkan pengetahuan bermanfaat. Tak hanya itu, media sosial juga mendukung berbagai aktivitas lain seperti bermain game online , berdiskusi di platform komunitas seperti Discord, hingga mengakses literatur digital dan perpustakaan virtual. Dengan segala kemudahan ini, media sosial tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga alat produktif untuk belajar, bersosialisasi, dan mengembangkan diri, tentu saja jika digunakan secara bijak dan bertanggung jawab.
Apa risiko Media Sosial?
Selain manfaatnya, media sosial juga memiliki berbagai risiko dan dampak negatif yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah penyebaran hoax dan konsekuensi hukumnya, karena jejak digital bersifat permanen dan diatur dalam UU ITE.
Cyberbullying juga menjadi ancaman serius dengan berbagai bentuknya, mulai dari verbal, fisik, sosial, hingga cyber, yang dapat menimbulkan gangguan mental, masalah akademik, bahkan gangguan kesehatan fisik.
Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan mental seperti Problematic Internet Use (PIU), nomophobia, depresi, dan kecemasan akibat terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain.
Konten yang tidak bijak juga dapat merusak hubungan interpersonal, baik dengan teman maupun keluarga. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan media sosial secara bertanggung jawab agar terhindar dari berbagai risiko tersebut.
Penggunaan media sosial turut memberikan pengaruh buruk bagi kalangan anak-anak dan remaja, yang terlihat dari perubahan perilaku setelah mereka mengalami ketergantungan pada platform digital. Salah satu dampaknya adalah timbulnya sikap malas akibat terlalu asyik berselancar di dunia maya, sehingga mengabaikan tanggung jawab utama mereka sebagai pelajar. Lebih lanjut, kecanduan ini juga memicu sikap individualistik dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar, karena sebagian besar waktu mereka tersita untuk aktivitas daring.
Solusi untuk menjadi orang baik dan bijak dalam media sosial
Menjadi remaja yang tangguh di era modern memerlukan kombinasi antara pengendalian diri, keyakinan akan potensi diri, dan ketahanan terhadap berbagai pengaruh negatif. Seorang remaja tangguh tidak hanya mampu menahan diri dari tekanan lingkungan sosial tetapi juga bijak dalam menyikapi berbagai konten di media digital. Mereka memiliki pondasi mental yang kuat berupa kepercayaan diri akan kemampuan yang dimiliki dan pandangan hidup yang optimis, yang menjadi tameng dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Ketangguhan ini tercermin dari kemampuan mengambil keputusan tepat, termasuk dalam mengelola penggunaan media sosial secara sehat dan bertanggung jawab. Tanpa mudah terbawa arus negatif, remaja tangguh tetap fokus pada proses pengembangan diri dan pencapaian tujuan hidup. Mentalitas tangguh semacam inilah yang menjadi modal berharga untuk menyongsong masa depan di tengah kompleksitas kehidupan modern yang penuh dengan distraksi digital dan tantangan sosial yang semakin beragam.
Kesimpulan
Media sosial ibarat pisau bermata dua dimana di satu sisi menghadirkan kemudahan berkomunikasi, akses informasi, dan perluasan jejaring sosial, tetapi di sisi lain berpotensi menimbulkan ketergantungan, gangguan mental, hingga degradasi nilai sosial jika tidak digunakan secara bijak. Seminar “Stress Management” oleh Jurusan Psikologi Bina Nusantara University (11 Juni 2025) menegaskan bahwa kunci menghadapi tantangan ini terletak pada kontrol diri. Remaja yang tangguh tidak hanya mampu membangun citra positif di dunia digital, tetapi juga menjaga keseimbangan antara kehidupan maya dan nyata. Mereka menyadari bahwa validasi melalui like atau komentar bukanlah pengganti interaksi sosial yang bermakna, dan bahwa jejak digital bersifat permanen.
Reference
Arsini, Y., Azzahra, H., Tarigan, K. S., & Azhari, I. (2023). Pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental remaja. MUDABBIR Journal Research and Education Studies, 3(2), 50-54.https://jurnal.permapendis-sumut.org/index.php/mudabbir/article/view/370/293
Ayun, P. Q. (2015). Fenomena remaja menggunakan media sosial dalam membentuk identitas. Jurnal Channel, 3(2), 1-16.https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/51489718/jpkomunikasidd150586-libre.pdf?1485234603=&response-content-disposition=inline%3B+filename%3DFenomena_Remaja_Menggunakan_Media_Sosial.pdf&Expires=1750124966&Signature=d1ICf7b08oeZDQARmzItoFl5kfw3tr4pM6dooXwvyvj4If3YTvHXyKACig-ukZ3UpCkM-aZW3cr7EpKyF38~KDtAy8FirT0NO93klsm-7S7~BL-tkVyPacbsDe3xYfsQUSEGLJj~wGPU1z3HZMH~7nINbxOLLmkCssHxzpoqPQgwIWfabGIEGZraIvbrSVn~8rt7CtU7kjoDfsa~FsiMKPndpo4tFqGfBS4JmdC2LoY2SmNYexTR1j3ilgVQYJbruEM~RS7RaUV1Hhg6RZFdvTr7Ma5DuAtDrmgVe44I62MU-7d-3apcn~ehM2gSg0OJtz2B6yFQISHcKkKmhvIAZw__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
Binus PPT
Felita, P., Siahaja, C., Wijaya, V., Melisa, G., Chandra, M., Dahesihsari, R., & Fakultas Psikologi, Unika Atma Jaya. (2016). PEMAKAIAN MEDIA SOSIAL DAN SELF CONCEPT PADA REMAJA. In Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA (Vol. 5, Issue 1, pp. 30–41) [Journal-article].https://ejournal.atmajaya.ac.id/index.php/Manasa/article/download/184/365
Gani, A. G. (2015). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Anak Remaja. Jurnal Mitra Manajemen, 7(2).https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/view/533
Helmita, H., Yudhinanto, C. N., WA, A. R., Surya, M. R. E., & Indriyani, S. (2023). Bijak Berinteraksi Di Media Sosial. Jurnal PkM Pemberdayaan Masyarakat, 4(4), 184-192.https://jurnalpkmp.yhmm.or.id/index.php/PkMLP3K/article/view/108/95
Comments :