HOW TO BE A GOOD PEER : APPLYING “5D” AGAINST BULLYING
Beberapa waktu yang lalu, Universitas Bina Nusantara bekerja sama dengan SMAS Unity School untuk mengadakan talkshow yang mengangkat tema “5D”. Acara ini menghadirkan dua pembicara, yaitu Ibu Pratiwi Hozeng dan Ibu Moondore Madalina Ali yang berbagi wawasan mengenai isu perundungan (bullying) di lingkungan sekolah serta pendekatan penangannya melalui konsep 5D. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman para siswa tentang bentuk bentuk bullying dan strategi efektif dalam menghadapinya, guna menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan suportif.
Memahami Bullying : Jenis, Dampak, dan Strategi Penanganan
Bullying merupakan salah satu fenomena sosial yang sering kali kita temui dalam kehidupan sehari hari. Secara umum, bullying dapat diartikan sebagai perilku agresif yang dilakukan secara berulang dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan antara perilaku dan korban. Walaupun bullying dapat diartikan sebagai agresivitas, tetapi tidak semua perilaku agresif dapat dikategorikan sebagai bullying. Perbedaan utamanya adalah terletak pada pola berulang dan ketidakseimbangan kekuatan dalam bullying, sedangkan agresivitas terletak dalam situasi yang lebih luas tanpa adanya pola yang bersifat konsisten serta tidak selalu terjadi ketimpangan relasi.
Pandangan Psikologi terhadap Bullying
Dalam pandangan Psikologi, bullying dapat dibagi menjadi beberapa kategori, salah satunya adalah relational bullying atau yang sering disebut sebagai social bullying. Bullying jenis ini biasanya bertujuan untuk merusak hubungan sosial atau reputasi seseorang. Contoh yang sering kali ditemukan dalam lingkungan sekolah adalah ketika ada seorang siswa yang dijauhi oleh teman temannya dan tidak ada yang mau memilihnya saat ada pembagian kelompok. Bentuk bullying sejenis ini terlihat sangat sederhana dan terkesan sangat halus, akan tetapi dampak yang dihasilkan bisa sangat signifikan.
Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Pelaku Bullying ?
Terdapat beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa seseorang bisa menjadi pelaku bullying. Salah satunya adalah sebagai bentuk pelampiasan emosi atau frustasi yang tidak tersampaikan dengan baik. Selain itu, dalam beberapa budaya atau lingkunghan, bullying bisa terjadi sebagai bagian dari tradisi, seperti masa orientasi siswa (MOS). Fenomena ini juga memperlihatkan bahwa korban bullying di masa lalu berpotensi menjadi pelaku di masa depan, sebagai bentuk balas dendam atas pengalaman pahit yang pernah mereka alami sebelumnya.
Dampak Bullying terhadap Korban
Dampak bullying terhadap korban tidak hanya terbatas pada aspek fisik, melainkan juga melibatkan dimensi psikologis dan sosial. Beberapa dampak yang sering dialami oleh korban adalah :
- Dampak fisik (physical) : hal biasanya menjadi sasaran utama dalam pembullyan, korban dapat mengalami luka luka, cedera, dan keluhan fisik yang lainnya akibat dari kekerasan langsung yang dialaminya.
- Dampak psikologis : Korban bullying sering merasakan kecemasan berlebihan, panik attac, dan dalam beberapa kasus yang bersifat dapat memunculkan trauma masa lalu.
- Perubahan kepribadian : Korban bullying yang awalnya memiliki kepribadian ceria, periang, dan mudah berbaur dengan temannya, akan mengalami perubahan kepribadian menjadi pendiam dan tertutup setelah menerima bullying karena takut untuk melakukan interaksi sosial.
- Dampak akademik : gangguan emosional yang dialami oleh korban dapat menurunkan motivasi belajar dan berujung pada penurunan nilai akademik korban.
Dampak Bullying terhadap Lingkungan Sosial
Tidak hanya berdampak pada korban, bullying juga bisa berdampak pada lingkungan sosial sekitar. Misalnya hubungan antara anak dan orang tua yang awalnya harmonis, dapat menjadi renggang setelah peristiwa bullying yang dapat mengubah perilaku sang anak selaku korban. Pihak sekolah juga harus terlibat aktif dalam penangan kasus bullying, yang tentu saja hal ini dapat menambah beban instuisi pendidikan. Selain itu, hubungan pertemanan korban dengan teman temannya juga akan ikut berdampak, karena korban yang awalnya ceria bisa menjadi lebih murung dan menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Strategi Penangan Bullying : Pendekatan 5D
Dalam menangani kasus bullying, terutama dalam membantu korban untuk berani stand up, diperlukan pendekatan yang sensitif dan disesuaikan dengan kepribadian masing masing individu serta situasi yang dialami oleh korban. Tidak bijak apabila kita langsung mendorong korban untuk stand up tanpa mengerti keadaanya serta memahami kondisi mental dan emosionalnya. Oleh karena itu, pendekatan 5D menjadi salah satu strategi yang efektif.
- Distract : Mengalihkan perhatian dari situasi bullying dengan membuat suara atau kegiatan lain untuk menditraksi pelaku.
- Delegate : Mencari bantuan dari orang yang memiliki otoritas lebih tinggi atau lebih berwenang dalam menangani situasi tersebut.
- Document : Mencatat kronologi kejadian atau merekam kejadian sebagai barang bukti. Namun, dokumentasi ini tidak boleh disebarluaskan tanpa seizin dari korban.
- Direct : Menghadapi langsung situasi bullying, tetapi harus memperhatikan situasi dan kondisi agar tidak membahayakan diri sendiri.
- Delay : Mendekati korban dan menanyakan kondisi korban setelah kejadian untuk memberikan dukungan emosional.
Penutup
Bullying merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak, baik individu, keluarga, sekolah, maupun masyarakat luas. Memahami bentuk bentuk bullying, dampak, serta strategi penangannya adalah langkah awal untuk menciptakan lingkungan sosial yang aman, inklusif, dan sehat bagi semua individu.
Penulis :
Afiya Zahira (2802532160)
Ananda Rosmalia Putri (2802453710)
Tia Septiani Mustari (2802558405)
Comments :