Dialog Psikologi Nusantara XIII: Keberpihakan pada Perempuan dan Anak Korban Human Trafficking
Dialog Psikologi Nusantara XIII: Keberpihakan pada Perempuan dan Anak Korban Human Trafficking
Pada tanggal 25 April 2025, Departemen Psikologi BINUS University menyelenggarakan program tahunannya, yaitu Dialog Psikologi Nusantara (DPN) ke XIII. Pada DPN kali ini, tema yang diangkat adalah “Keberpihakan pada Perempuan dan Anak Korban Human Trafficking”, sebagai peringatan untuk memperingati Hari Kartini. Melalui tema ini, BINUS University berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu kemanusiaan yang krusial, khususnya dalam mendukung korban perdagangan manusia. Acara yang berlangsung secara Hybrid di Kijang Function Chamber dan melalui platform Zoom ini dimoderatori oleh dosen kebanggan kami, Angela Dyah Ari Pramastyaningtyas, B.A., M.A., Ph.D., atau biasa akrab disapa Miss Lala. DPN kali ini juga menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, antara lain (1) Dr. (H.C.) Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid, M.Hum. yang merupakan ibu negara Indonesia ke-4 dan pendiri Yayasan Puan Amal Hayati; (2) Danika Nurkalista, M.Psi., Psikolog, seorang dosen Psikologi Binus yang juga koordinator klinik Yayasan Pulih, dan (3) Dedy Kristanto dari STOP caseworker Branches of Hope Hong Kong.
Sesi utama diwali dengan penjelasan dan sejarah singkat mengenai TPPO oleh Dedy Kristianto, seorang praktisi yang menangani kasus Human Trafficking di Hong Kong. Beliau membahas tentang sejarah panjang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), mulai dari akar perbudakan di era kolonial hingga perkembangannya dalam era modern ini, kasus dari kasus yang pernah ditangani sampai saat ini. Kondisi pekerja migran ilegal asal Indonesia di Hong Kong menjadi salah satu isu yang sangat memprihatinkan. Beliau menjelaskan bahwa TPPO bukan hanya menyasar kelompok tertentu, melainkan siapa saja yang rentan, termasuk perempuan dan anak-anak. Meskipun Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang TPPO sejak 2007, kasus-kasus seperti yang belum lama terjadi, kekerasan oleh oknum aparat di daerah Ngada masih menunjukkan bahwa perjuangan ini jauh dari selesai. Selain itu, disorot pula bahwa kasus perdagangan manusia sempat menurun saat pandemi COVID-19 namun kembali meningkat setelahnya.
Sesi dilanjutkan oleh Suster Laurent dari Kupang yang disiarkan melalui Zoom. Dalam menjelaskan pengalamannya, Suster Laurent berbagi pengalamannya dalam mendampingi keluarga korban human trafficking, pelayanan jenazah korban TPPO dan menangani kasus-kasus kompleks, termasuk yang melibatkan oknum aparat. Beliau menjelaskan bahwa luka yang ditimbulkan akibat TPPO sangat dalam, dan tidak sedikit korban yang berhasil pulang tidak dalam keadaan mental yang baik-baik saja, banyak dari mereka yang gila, trauma berat, dan stress tinggi. Di samping itu, keluarga yang menerima jenazah korban TPPO sangat terpukul dan meninggalkan luka yang sangat dalam.
Kemudian, Danika Nurkalista sebagai koordinator klinik Yayasan Pulih menjelaskan mengenai aspek-aspek psikologi yang merupakan salah satu bagian penting dari proses pemulihan korban TPPO. Beliau menekankan bahwa pendampingan psikolog berfungsi untuk memberikan rasa aman, support, dan lingkungan yang aman sehingga proses pemulihan dapat segera berjalan. Tak lupa, beliau menekankan pentingnya aksesibilitas dan kemudahan untuk mengakses lembaga swadaya masyarakat terkait yang dapat membantu agar pelayanan dan perawatan bagi korban dan keluarga lebih mudah dijangkau.
Acara ini juga dimeriahkan dengan kehadiran Ibu Sinta Nuriyah, pendiri Yayasan Puan Amal Hayati, yang membagikan penjelasannya terkait pentingnya pendekatan berbasis agama dalam mendukung proses pemulihan korban TPPO. Yayasan Puan Amal Hayati merupakan lembaga non profit yang bergerak dengan visi untuk mendukung perempuan dan kelompok rentan. Dalam mendampingi para korban, yayasan ini menghadirkan pendekatan yang mengintegrasikan unsur keagamaan, sebagai kekuatan batin untuk memulihkan luka dan membangun kembali harapan. Di akhir sambutannya, beliau berharap Fakultas Psikologi BINUS dapat berperan dalam merancang strategi-strategi konkret yang dapat membantu memerangi TPPO.
Menjelang akhir acara, Dekan Fakultas Psikologi BINUS melakukan penyerahan plakat dan sesi foto bersama kepada para pembicara.
Dengan terselenggaranya Dialog Psikologi Nusantara XIII, BINUS University kembali menegaskan peran aktifnya dalam membangun kesadaran sosial serta keberpihakan terhadap mereka yang menjadi korban ketidakadilan. Tema tahun ini memperkuat komitmen DPN untuk terus hadir sebagai ruang refleksi dan aksi nyata dalam isu-isu psikologi dan kemanusiaan di Indonesia.
Penulis : Meida Lanie
Editor : Melly Preston
Comments :