3rd International Conference on Digital Humanities (CODH): The Next Stone and Stick of Civilization
Di era yang terus berkembang pesat, dunia akademik dan teknologi semakin mengadopsi paradigma baru yang mengubah cara kita belajar dan berinteraksi. Dua presentasi menarik membahas topik berbeda namun sama-sama transformatif: pengembangan soft skills mahasiswa melalui metode pendidikan inovatif dan kemajuan teknologi dalam Automatic Emotion Recognition (AER).
Prof. Amrinsyah Nasution dan Dr. Januarti Jaya Ekaputri memperkenalkan sebuah kerangka kerja inspiratif untuk mengembangkan kecerdasan akademik sekaligus kecerdasan emosional (EQ) mahasiswa. Metode P3 24 Jam mereka mengintegrasikan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat untuk membangun karakter serta menanamkan kebiasaan baik pada mahasiswa.
Metode ini menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai inti dari pertumbuhan pribadi dan akademik, dengan memadukan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler untuk menanamkan nilai-nilai yang bertahan lama. Salah satu aspek revolusioner dalam pendekatan ini adalah penyesuaian terhadap kebijakan pendidikan tinggi yang lebih fleksibel, seperti mengganti tugas akhir tradisional dengan pembelajaran berbasis proyek. Hal ini menunjukkan inovasi dan kemampuan beradaptasi dalam praktik pendidikan modern.
Paradigma baru ini menjadi bukti komitmen untuk menciptakan mahasiswa yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga mampu memberikan kontribusi bermakna bagi masyarakat.
Di sisi teknologi, Dr. Esther Widhi Andangsari dan Ir. Andry Chowanda membahas peluang menarik dalam kemampuan mesin mengenali emosi manusia. Presentasi mereka tentang Automatic Emotion Recognition (AER) menjelaskan bagaimana mesin menganalisis isyarat emosional melalui ekspresi wajah, intonasi suara, dan gerakan tubuh.
Meskipun menjanjikan, bidang ini menghadapi tantangan, terutama dalam memahami emosi kompleks dan menyelaraskan model pembelajaran mesin dengan keahlian manusia. Penelitian mereka menggunakan analisis video untuk membandingkan kemampuan pengenalan emosi antara ahli dan orang awam, mengungkap wawasan mengenai kesenjangan potensi dalam teknologi saat ini.
Dengan metode multimodal, AER berupaya meningkatkan interaksi manusia dan mesin, membuka peluang besar dalam bidang kesehatan, layanan pelanggan, hingga pendidikan. Namun, keterbatasan model yang ada saat ini menekankan pentingnya pengembangan lebih lanjut untuk menciptakan sistem yang lebih akurat dan empatik.
Kedua presentasi ini menyoroti visi bersama: memanfaatkan inovasi untuk meningkatkan pengalaman manusia. Baik melalui penguatan karakter mahasiswa dengan Metode P3 24 Jam maupun melalui penyempurnaan teknologi untuk mengenali emosi, kemajuan ini membuka jalan menuju masa depan di mana pendidikan dan teknologi saling melengkapi untuk menjawab tantangan yang semakin kompleks.
Inisiatif semacam ini mendorong kolaborasi lintas disiplin, memastikan bahwa seiring berkembangnya alat dan sistem kita, kemampuan kita untuk berempati, memahami, dan memberikan dampak yang berarti juga ikut tumbuh.
Comments :