Kesadaran dan Pengambilan Keputusan di Era Kecerdasan Artifisial
Pada Dialog Psikologi Nusantara XII, Jumat 18 Oktober 2024, Damar Juniarto, Pakar AI dan Pendiri PIKAT Demokrasi menyampaikan dalam dunia yang semakin dipengaruhi oleh kecerdasan artifisial (AI), manusia dihadapkan pada tantangan besar dalam mempertahankan peran mereka dalam proses pengambilan keputusan yang etis, kreatif, dan berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan. Era digital ini memaksa kita untuk mempertimbangkan ulang definisi kesadaran dan peran manusia di tengah pesatnya kemajuan teknologi.
AI dan Manusia: Kompetisi atau Kolaborasi?
Kasus monumental antara Garry Kasparov dan Deep Blue pada tahun 1997 merupakan salah satu momen penting dalam sejarah AI. Deep Blue, superkomputer besutan IBM, mampu mengalahkan Kasparov dengan memanfaatkan kekuatan komputasi luar biasa serta algoritma pengambilan keputusan seperti decision trees dan minimax search. AI memiliki keunggulan dalam analisis data yang cepat dan efektif, namun masih terbatas dalam aspek etika dan fleksibilitas yang dimiliki oleh manusia. Hal ini membuktikan bahwa AI dan manusia memiliki kelebihan unik masing-masing yang, apabila dikelola dengan baik, dapat menjadi alat kolaboratif yang luar biasa.
Keputusan Berbasis Data vs. Nilai Kemanusiaan
Pada umumnya, pengambilan keputusan manusia didasarkan pada intuisi, emosi, pengalaman, dan nilai moral. Di sisi lain, AI mengandalkan data, algoritma, dan aturan yang telah diprogramkan, membuatnya cepat namun kurang fleksibel dalam situasi baru. Perbedaan ini menimbulkan beberapa risiko, termasuk potensi bias dan ketidakmampuan AI untuk memahami aspek etis dalam keputusan yang dibuatnya.
Fitur |
Pengambilan Keputusan Manusia |
Pengambilan Keputusan AI |
Basis |
Intuisi, emosi, pengalaman, nilai |
Data, algoritma, aturan |
Kecepatan |
Lambat dan hati-hati |
Cepat dan instan |
Fleksibilitas |
Adaptif dalam situasi baru |
Terbatas pada aturan yang telah diprogram |
Kreativitas |
Kemampuan pemecahan masalah kreatif |
Terbatas, namun dapat menghasilkan solusi inovatif dari data yang ada |
Etika |
Dibimbing prinsip etika dan moral |
Pemahaman etika terbatas |
Transparansi |
Opaque, sulit memahami alasan di balik keputusan |
Transparan dalam algoritma, namun kompleks dalam proses pengambilan keputusan |
Pembelajaran |
Belajar dari pengalaman dan umpan balik |
Belajar dari data, namun tidak selalu bisa diterapkan dalam situasi baru |
Tantangan dalam Pengembangan AI
Pengembangan AI tidak luput dari berbagai tantangan, termasuk infrastruktur yang belum memadai, keterampilan sumber daya manusia yang masih rendah, serta regulasi dan perlindungan yang belum terstandardisasi. Sebagai contoh, isu seperti bias data, transparansi, privasi, dan hak cipta menjadi topik hangat dalam diskusi global tentang AI.
Banyak organisasi, termasuk Pusat Inovasi Kecerdasan Artifisial dan Teknologi untuk Demokrasi (PIKAT Demokrasi), mendorong penerapan AI alignment—proses memastikan AI beroperasi sesuai dengan nilai dan tujuan masyarakat. AI yang berpusat pada manusia diharapkan dapat meminimalisir risiko disrupsi dan ketimpangan, sambil memaksimalkan potensi positifnya dalam berbagai sektor.
Pentingnya Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
Dengan pesatnya perkembangan AI, penting bagi kita untuk mempertahankan kesadaran dan tanggung jawab dalam setiap keputusan yang dibuat, baik secara individu maupun kolektif. Kesadaran manusia di era digital tidak hanya melibatkan pengetahuan teknis tetapi juga pemahaman yang mendalam akan dampak sosial dan etika dari setiap inovasi yang dihadirkan.
Yosef Dedy Pradipto D4671
Wita Anindya Maharani NIM 2502034811
Comments :