Inklusivitas Pada Kegiatan Belajar-Mengajar TK Tarakanita 4
Kami telah melakukan observasi pada murid TK Tarakanita 4 yang berlokasi di Jl. Taman Pluit Permai Timur No.1, RT.2/RW.5, Pluit, Kec. Penjaringan, Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14450. Observasi kami lakukan selama kurang lebih 120 menit tanpa mengganggu kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung, dengan murid sebanyak 21 anak dan guru yang mengajar sebanyak 2 orang.
Kegiatan belajar-mengajar berlangsung di kelas TK A-2 dengan murid sebanyak 21 orang dan guru sebanyak 2 orang. Sebelum memulai kegiatan belajar-mengajar Guru mengarahkan murid untuk berbaris didepan kelas dan bernyanyi sambil berjalan mengelilingi taman bermain. Kemudian sesudah memasuki kelas murid akan dibimbing untuk berdoa sebelum memulai kegiatan belajar. Hal ini membantu mempersiapkan siswa untuk fokus dalam pembelajaran. Guru menggunakan metode mengajar enganged, study, dan activate. Guru memberikan tayangan video senam untuk murid tiru agar mereka mau terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar selama kelas berlangsung. Setelah itu guru memulai kegiatan mengajar membaca serta menulis dengan menayangkan dan memberikan contoh bagaimana cara menulis dengan baik dan mencoba untuk membuat siswa aktif dengan bertanya huruf apa yang ditulis di papan. Murid mulai diberikan tugas untuk belajar menulis sendiri sesuai dengan contoh oleh sang Guru. Terdapat satu murid yang membutuhkan perhatian khusus dikarenakan emosinya yang masih belum berkembang dengan baik. Walaupun demikian, guru tetap mengusahakan supaya murid tersebut dapat ikut aktif dalam aktivitas pembelajaran dengan sesekali memanggil murid tersebut untuk menjawab pertanyaan terkait materi yang dijelaskan.
Metode Engage, Study, and Activate dinilai sebagai metode yang sangat efektif dalam aktivitas pembelajaran siswa. Engage merupakan bagian awal dari pembelajaran dimana guru harus membangun minat siswa dengan menayangkan atau melakukan aktivitas yang menarik untuk siswa. Hal ini dilakukan untuk membangun emosi siswa menjadi lebih senang dan tertantang sehingga mereka lebih siap untuk sesi belajar. Dalam kasus observasi kami, guru menerapkan hal tersebut dengan menayangkan video dan melakukan senam yang menarik sehingga siswa lebih siap untuk belajar untuk. Selain itu, dalam salah satu aktivitas mereka membuat mahkota daun dan bunga, dimana mereka akan belajar menggunting, guru juga menerapkan hal tersebut dengan memberikan gambar daun dan gambar bunga untuk menarik perhatian siswa tanpa memberitahu hal yang harus dilakukan setelahnya. Study merupakan fase atau tahap dimana siswa diminta untuk fokus dan memperhatikan informasi yang sedang diberikan pengajar yang ada.
Selama kami melakukan observasi, siswa-siswa di TK Tarakanita 4 sudah bisa cukup fokus selama pengajar menyampaikan informasi walaupun sesekali terganggu oleh stimulus di sekitarnya. Di saat-saat seperti itu, pengajar sering kali mengajak siswa untuk kembali fokus dengan cara memanggil nama siswa tersebut dan memberikan pertanyaan terkait informasi yang sudah atau sedang diberikan. Hal tersebut dilakukan kepada siswa yang sedang kurang fokus tanpa terkecuali, salah satu siswa yang memiliki kebutuhan khusus pun tetap dilibatkan dalam tahap study ini. Tahap yang terakhir yaitu tahap activate adalah tahap dimana siswa harus mengaplikasikan pembelajaran yang sudah diberikan di dua tahap sebelumnya. Terdapat 2 aktivitas yang dilakukan yaitu menulis dan menggunting, maka dalam tahap activate siswa diminta untuk dapat menulis sesuai dengan instruksi dan ketentuan yang diberikan. Salah satu hal yang sangat menarik perhatian kami selama melakukan observasi adalah inklusivitas kelas tersebut. Walaupun terdapat siswa yang memiliki kebutuhan khusus namun siswa tersebut tetap terlibat dalam ketiga tahap pembelajaran diatas. Menurut kami hal tersebut hanya dapat terjadi jika guru dan siswa lainnya mau membantu dan memberikan kesempatan yang sama untuk siswa dengan kebutuhan khusus tersebut. Dimana inklusivitas kelas merupakan kunci utama untuk mendorong keterlibatan setiap siswa dalam pembelajaran.
Tujuan utama dari pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa, termasuk siswa yang memiliki kebutuhan khusus agar dapat mencapai pendidikan yang berkualitas. Observasi kegiatan belajar-mengajar di TK Tarakanita 4 yang telah kami lakukan menunjukkan bahwa pendidikan inklusif dapat diwujudkan melalui berbagai cara. Guru telah menerapkan metode mengajar enganged, study, dan activate yang sangat efektif dalam meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam kelas, guru juga memberikan perhatian khusus kepada siswa yang membutuhkan bantuan, sehingga siswa tersebut dapat ikut aktif dalam aktivitas pembelajaran. Dengan demikian, pendidikan inklusif dapat meningkatkan kualitas hidup dan mewujudkan pendidikan yang tidak diskriminatif bagi semua siswa.
REFERENSI
Kemdikbud. (2009). Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, Jakarta.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.
Budiarta, I. W., Kasni, N. W. (2019). Application of The ESA (Engage, Study, Activate) Method in English Teaching for First Grade Students in Primary School, WARDS 2019, Denpasar, 151-158.
Dibuat oleh:
Alifiya Salsabila Aisy – 2602171451, Yoelke Adi Wijaya – 2602166880, Hilda Tri Julyandra – 2602167246, Claire Angie Tanutama – 2602168072
Dosen pembimbing
Antonina Pantja Juni Wulandari
Comments :