Pada tahun 2024 ini saya dengan beberapa dosen dan mahasiswa dari Jurusan Hubungan Internasional dan Komunikasi mendapatkan Hibah Internal – Penelitian Internasional BINUS (PIB) dengan partner dari Richmond University, USA. Salah satu kegiatan yang merupakan bagian dari riset yang berjudul: Cultural Internationalization Strategy With Social Capital Approach: Case Study Of Gamelan As A Cultural Heritage No Unesco Object” ini adalah field study untuk melakukan FGD ke beberapa pihak di kota Solo. Berikut disampaikan salah satu catatan yang dapat dibagikan.

Padepokan Sarotama

Kunjungan di hari kedua di Solo ke Padepokan Sarotama yang berada di gang di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.  Sanggar ini di bentuk pada 10 November 1993 itu fokus untuk mencetak dalang muda yang akan meneruskan dunia perwayangan di masa depan.Nama Sarotama sendiri diambil dari kisah pewayangan yang berarti busur panah Arjuna. Untuk menjadi seorang dalan dia harus belajar tangga nada terlebih dahulu melalui alat musik tradisional, kalau sudah ahli baru kita ajari pegang wayang. Dan alat musik yang digunakan disini yaitu gamelan.

Padepokan Sarotama, memang fokusnya pendidikan budi pekerti membangun budi pekerti anak melalui seni tradisi khususnya karawitan dan pedalangan. Padepokan Sarotama bisa digunakan untuk terapi. Disana banyak anak yang autis yang datang, dan  orang tuanya rela mendaftarkan bahkan pindah dari jakarta, dari jakarta kesini dalam rangka menuruti senengnya anak dan dalam rangka terapi. Kata mas Singgih( penerus padepokan Sarotama), Gamelan itu bagi anak2 itu luar biasa, anak2 mau tidak mau harus nurut dengan kita beljar duduk, belajar adab, biasanya anak2 itu begajukan tetapi ketika dia harus nabuh apalagi dalang, itu mereka harus bisa mengerem kemamuannya harus bisa mengerma semuanya itu.

Disana anak-anak bisa memilih sendiri jenis gamelan yang ingin mereka mainkan tetapi juga diarahkan oleh pelatihnya. Jika mereka ingin mencoba yang lain juga diperbolehkan tetapi tetap ada batasan, kalau sudah bisa ya boleh taapi kalau belom bisa yaa fokus dulu, fokus dulu instrumen satu dulu nanti baru kalau sudah bisa silahkan ganti. Kecuali seperti yang tabuh luru itu belom untuk anak-anak. itu biaanya khusus untuk anak-anak yang pinngin maju unutuk fls2n, itu baru, atau ada semacam festival lomba siswa pelajar tingkat fls2n, kita mandang anak-anak itu bisa dikembankan dan pada usia anak smp itu jarang anak2 smp yang megang, bisa rebab, bisa gambang suling, itu jarang. Ya itu untuk kompetisi harus cari beda harus cari skill nya yang betul2 ditantang kata Mas Singgih.

Padepokan ini berfokus pada anak-anak karena menurut Mas Singgih masa anak  masa anak ini yang penting, kemudian apa, di pendidikan anak ini lebih membekas. Selain itu juga karena panggilan hati, panggilan hati. Edukasi ini membangun bagaimana seni tradisi ini tidak hanya ajang mencari upah tapi juga hillah. Karena efeknya akan jauh lebih berdampak bagi anak-anak. Dan itu bisa membekas, karena pendidikan anak seperti mengukir diatas batu, ya harapannya seperti itu. Yang penting kita sudah memberikan yang terbaik, kita sudah mengarahkan. Yang penting kita berusaha untuk turut berkontribusi untuk mendidik, bedan kan mendidik dan mengajarkan, tidak hanya semester rampung. Nyatanya lebih nurut ke gurunya daripada ortunya, ya dimana kan biasanya komunikasi dengan anak itu kurang kan. Tapi ternyata komunikasi dengan gamelan malah nyantol dengan anak2, bisa manut kata Mas Singgih.

Yosef Dedy Pradipto   D4671

Wita Anindya Maharani   NIM 2502034811