Pada tahun 2024 ini saya dengan beberapa dosen dan mahasiswa dari Jurusan Hubungan Internasional dan Komunikasi mendapatkan Hibah Internal – Penelitian Internasional BINUS (PIB) dengan partner dari Richmond University, USA. Salah satu kegiatan yang merupakan bagian dari riset yang berjudul: Cultural Internationalization Strategy With Social Capital Approach: Case Study Of Gamelan As A Cultural Heritage No Unesco Object” ini adalah field study untuk melakukan FGD ke beberapa pihak di kota Solo. Berikut disampaikan salah satu catatan yang dapat dibagikan.

Meningkatkan Pelestarian Gamelan: Strategi Promosi dan Kolaborasi untuk Wisata Budaya Solo (Bapak Joko Sutrisno Ketua PHRI)

Pak Joko memaparkan pandangannya tentang pelestarian dan promosi gamelan sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO. Ia mengungkapkan ketertarikan dan pengalaman pribadi dalam seni sejak kecil, termasuk dalam memfasilitasi kelompok seni dengan menyediakan alat musik dan mendukung kegiatan edukasi melalui outbound untuk anak-anak. Menurutnya, untuk memastikan kelestarian gamelan, perlu ada pengenalan yang luas kepada masyarakat, terutama generasi muda, melalui event-event seperti lomba dan sosialisasi via media sosial. Dia mengamati bahwa gamelan sudah menjadi bagian dari berbagai destinasi wisata, tetapi keberadaannya perlu diperkuat dan dipromosikan lebih lanjut.

Pak Joko juga mengusulkan bahwa inisiatif dari sektor swasta sangat diperlukan untuk mendukung pelatihan dan pengembangan gamelan. Ia mengusulkan agar perusahaan-perusahaan dapat menyumbangkan CSR untuk membina kelompok seni, menyediakan pelatih yang berkualitas, dan memotivasi masyarakat agar lebih menyukai gamelan. Ia menekankan perlunya kolaborasi antara industri, pemerintah, dan komunitas seni untuk membentuk organisasi yang dapat mengakses dana CSR dan memperluas promosi gamelan. Menurutnya, pengelolaan dan promosi yang efektif dapat meningkatkan minat wisatawan dan mendatangkan dampak positif bagi ekonomi lokal.

Pak Joko juga berbagi pengalaman dari proyek di Bintan yang melibatkan revitalisasi badan promosi daerah dan penggunaan aplikasi untuk distribusi informasi wisata dan kesenian. Model ini dapat diterapkan di Solo dengan membentuk badan promosi yang dapat mengelola anggaran awal dari pemerintah dan melibatkan komunitas dalam kegiatan promosi dan distribusi keuntungan. Dia menyarankan agar Solo mengikuti jejak Bali dan Jogja dengan memanfaatkan potensi wisata budaya, serta meningkatkan branding dan promosi budaya seperti keraton untuk menarik wisatawan internasional. Dengan sinergi yang baik antara stakeholder, Pak Joko yakin Solo bisa mengembangkan pariwisata budaya dan memaksimalkan potensi ekonomi yang ada.

Yosef Dedy Pradipto   D4671

Wita Anindya Maharani   NIM 2502034811