Kegiatan Seminar kelas XII SMA Dian Harapan Cikarang (Counseling Class “Be Resilient: Building a Strong Teenage Mind for Tough Time”)
Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara menyelenggarakan kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan judul “Be Resilient: Building a Strong Teenage Mind for Tough Time” kepada Siswa/i SMA Dian Harapan. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan seminar dengan siswa/i kelas 12 SMA Dian Harapan Cikarang. Selain itu juga diberikan kesempatan kepada para siswa untuk berdiskusi, tanya jawab serta mendapatkan PR (pekerjaan rumah) untuk membantu memetakan karir yang diinginkan. Seminar psikologi terkait “Be Resilient: Building a Strong Teenage Mind for Tough Time” memiliki peran vital dalam memahami fungsi kognitif manusia. Pemahaman ini merupakan alat untuk pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan adaptasi dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, pengenalan konsep resiliensi dan adversity dalam sudut pandang psikologi adalah cara untuk mengetahui lebih jauh dalam menanggapi berbagai situasi yang menekan kita dengan resiliensi dalam diri kita untuk memperkaya pemahaman siswa tentang hubungan antara fisik dan psikis.
Pemanfaatan seminar resiliensi dalam pembelajaran memberikan gambaran baru dan lebih mendalam untuk memahami bagaimana manusia harus menanggapi suatu hal dalam situasi yang menekankan atau menantang, serta memberikan pengalaman pembelajaran baru yang menarik dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan seminar, kami berharap dapat memberikan siswa-siswi pengalaman pembelajaran baru yang unik dan menarik dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, demi meningkatkan pemahaman mereka mengenai adversity dan resiliensi manusia, serta membangkitkan minat mereka untuk menjelajahi lebih lanjut dunia ilmu psikologi terutama di Universitas Bina Nusantara.
Pada awal kegiatan, Kak Pingkan sebagai pembicara memulai kegiatan dengan ice breaking gerakan dan konsentrasi. Setelah itu dilanjut materi. Topik yang dibahas selama kegiatan seminar kali ini berupa resiliensi. Resiliensi merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai langkah serta hasil dari kemampuan seseorang dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan situasi kehidupan yang penuh tantangan dan kesulitan. Ini melibatkan kemampuan untuk beradaptasi secara mental, emosional, dan perilaku terhadap tekanan eksternal maupun internal yang dihadapi. Banyak faktor yang mempengaruhi seberapa baik seseorang dapat beradaptasi dengan kesulitan, termasuk pandangan serta interaksi individu terhadap lingkungan, ketersediaan, kualitas dukungan sosial, dan strategi penanganan masalah spesifik yang digunakan.
Penelitian dalam bidang psikologi menunjukkan bahwa memiliki sumber daya dan keterampilan yang berkaitan dengan adaptasi yang lebih positif, seperti ketahanan psikologis, dapat dikembangkan dan dilatih oleh individu untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.
Adversity merujuk pada situasi atau kondisi yang sulit, menantang, atau tidak menguntungkan dalam kehidupan seseorang. Adversity bisa berupa berbagai macam hal, seperti kegagalan, kesulitan finansial, kehilangan, konflik interpersonal, atau tekanan psikologis. Ini adalah situasi yang memicu stres, ketidaknyamanan, atau ketidakpastian, dan seringkali menguji kemampuan seseorang untuk bertahan dan beradaptasi. Dalam konteks psikologis atau perkembangan manusia, menghadapi adversity dapat menjadi peluang untuk pertumbuhan, pembelajaran, dan pengembangan ketahanan mental dan emosional. Ada tiga hal yang terjadi ketika kita berhadapan dengan adversity, yaitu:
- Personalization: keyakinan bahwa peristiwa negatif sepenuhnya merupakan kesalahan diri sendiri.
- Permanence: keyakinan bahwa peristiwa negatif akan berlangsung selamanya.
- Pervasiveness: keyakinan bahwa peristiwa negatif akan mempengaruhi semua bidang kehidupan.
Bagaimana cara seseorang dalam memandang dan berinteraksi dengan dunia dapat berkontribusi terhadap resiliensi diri kita. Kita dapat berpikir bahwa suatu tantangan bersifat umum dan permanen dapat membuat seseorang merasa pesimis dan tidak berdaya. Namun keterampilan restrukturisasi kognitif dapat dipraktikkan dan dikaitkan dengan adaptasi yang lebih positif.
Lalu pada pertengahan sesi, pembicara membuka sesi tanya jawab, bagi siswa yang berani akan diberikan hadiah oleh pihak BINUS. Dalam kegiatan ini juga diadakan sesi diskusi per kelompok, siswa akan mendiskusikan topik mereka dengan bimbingan pembicara dan mahasiswa jika mereka tidak paham atau ada hal yang perlu ditanyakan. Saat sesi diskusi selesai, hasil diskusi mereka akan dipresentasikan agar didengar oleh kelompok lain. Setelah itu diadakan sesi penutupan, dimana siswa dan siswi yang berperan aktif akan dipanggil kedepan dan diberikan hadiah.
Melalui kegiatan ini diharapkan resilience teman-teman kita di SMA Dian Harapan dapat terasah, dan lebih siap untuk menghadapi tantangan yang ada di dunia perkuliahan dan meraih kesuksesan baik secara akademis maupun non-akademis. Resilience bukanlah hanya kualitas yang dibutuhkan di masa depan, tetapi juga merupakan kunci untuk menghadapi setiap perubahan dan tantangan dalam hidup.
Penulis :
Rio Satria Wibowo (2440115754)
Stella Shennen Johan (244009866)
Chalista Ovilia Putri (2602193206)
Editor : Angelique Aurellia
Comments :