The Power of Stoicism Exercises: How to Harness Your Inner Strength
Of all people only those who are at leisure who make time for philosophy, only they truly live. Not satisfied with merely keeping good watch over their own days, they annex every age to their own. All the harvest of the past is added to their store.” — Seneca
Kecuali bagi orang yang senang mencari pemahaman lebih mengenai hidup, kebanyakan orang awam seringkali salah paham mengenai stoicisme, dimana makna stoicisme seolah-olah hanyalah “hidup tanpa emosi”.
Sebenarnya stoicisme adalah alat untuk mencapai kontrol diri yang baik, ketekunan, dan kebijaksanaan; hal-hal yang dapat dimanfaatkan untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan memuaskan. George Washington, Walt Whitman, Frederick The Great, Adam Smith, Immanuel Kant, hanyalah sebagian contoh dari tokoh-tokoh terkenal yang membaca, mempelajari, mengutip, atau mengagumi tokoh-tokoh Stoik.
Pada sekitar tahun 304 SM, seorang pedagang bernama Zeno terdampar dalam pelayaran dagangnya sehingga ia kehilangan hampir segalanya. Dalam perjalanannya ke Athena, ia kemudian diperkenalkan pada filsafat oleh filsuf Socrates dan Stilpo yang kemudian mengubah hidupnya. Zeno kemudian membuat pernyataan yang mendunia, “Saya melakukan perjalanan yang sukses ketika kapal saya karam.” Ia kemudian pindah ke tempat yang dikenal sebagai Stoa Poikile, yang secara harfiah berarti “teras yang dicat”. Didirikan pada abad ke-5 SM, tempat ini merupakan ruang diskusi Zeno dan murid-muridnya. Para pengikut Zeno awalnya disebut “Zenonian” sebelum akhirnya disebut “Stoik” (karena mereka berdiskusi di bawah Stoa Poikile.
Tokoh lain yang menerapkan stoicisme dengan inspiratif yaitu Epictetus, yang meski selama sisa hidupnya harus berjalan dengan kaki yang pincang, ia tetap tidak terpengaruh oleh kejadian tersebut. ‘Ketimpangan merupakan hambatan bagi kaki, tetapi tidak bagi kemauan.” Epictetus memilih untuk melihat kecacatannya hanya sebagai cacat fisik. Baginya, “Hidup itu seperti sandiwara, senanglah Anda harus berperan sebagai orang miskin, orang cacat, gubernur, atau orang biasa.”
Seneca juga pernah mengatakan bahwa ia sebenarnya mengasihani orang yang tidak pernah mengalami cobaan dalam hidupnya. Bagi Seneca, orang yang hidup tanpa mengalami cobaan yang relatif besar seperti “Telah menjalani hidup tanpa musuh, tidak ada yang akan mengetahui kemampuan Anda, termasuk Anda sendiri.” Seneca berpandangan bahwa dunia ingin tahu Anda tergolong kategori apa, itulah sebabnya dunia terkadang mengirimkan situasi sulit ke arah Anda. “Anggaplah hal ini bukan sebagai ketidaknyamanan atau bahkan tragedi, melainkan sebagai peluang, sebagai pertanyaan untuk dijawab. Apakah saya punya resiliensi? Apakah saya berani? Apakah saya akan menghadapi masalah ini atau lari darinya? Apakah saya akan tetap berdiri atau jatuh terguling?” (Holiday, 2024).
Stoicisme memiliki beberapa ajaran inti (Valdez, 2014):
- Apa yang pantas dan tidak pantas untuk diinginkan?
Kita dapat mengendalikan beberapa hal tetapi tidak semua hal. Ketika Anda mampu memahami perbedaan antara kedua hal tersebut, disitulah Anda memperoleh kebahagiaan dan rumus mempermudah hidup. Dan meskupun Anda tidak bisa mengendalikan masa lalu, Anda bisa belajar darinya. Kita mempunyai kekuatan untuk memutuskan hal-hal mana yang dapat kita kendalikan. - Bagaimana cara berperilaku di dunia?
Kebajikan utama bagi kaum Stoik adalah kebijaksanaan. Socrates berkata bahwa kebijaksanaan “adalah satu-satunya kemampuan manusia yang baik dan penting dalam segala keadaan.” Kesehatan, uang, dan berpendidikan tinggi adalah hal-hal yang diperlukan, namun tetap tidak cukup untuk keberlangsungan hidup. Bahkan orang yang kaya sekalipun dapat mengalami peristiwa traumatis dimana apabila tidak memiliki kebijaksanaan untuk menavigasi kondisi sulit dan mendapatkan hasil maksimal dari setiap situasi, akan menjadi suatu hambatan besar juga. Itu sebabnya kebijaksanaan adalah “nilai utama yang paling penting” dan tindakan Anda harus didasarkan pada aturan utama ini.
Cara menerapkan dan melatih stoicisme dalam kehidupan sehari-hari 9Weaver, 2024):
- Praktikkan situasi yang membuat kita tidak nyaman
“It is in times of security that the spirit should be preparing itself for difficult times; while fortune is bestowing favors on it is then is the time for it to be strengthened against her rebuffs.” — Seneca Seneca memiliki gagasan bahwa penting bagi manusia untuk menyisihkan sejumlah hari tertentu setiap bulan untuk mempraktikkan situasi yang kita takutkan akan terjadi. Misalkan seseorang takut akan jatuh miskin, maka berlatihlah 2-3 hari dalam sebulan untuk “terpaksa” hidup lebih irit, berdesak-desakan di transportasi umum, menahan diri untuk tidak belanja setiap ada impuls. Hadapi ketakutan tersebut dan rasakan efeknya, apabila berhasil Anda akan sadar bahwa sebenarnya hal tersebut tidak seseram bayangan Anda; “Apakah ini yang dulu saya takuti?” Kenyamanan adalah jenis perbudahan yang paling buruk karena Anda akan selalu takut sesuatu atau seseorang akan merampasnya. Namun jika Anda sudah bisa mengantisipasi dan bahwa mempraktikkan kemalangan, maka kemalangan akan kehilangan kemampuannya untuk menghancurkan Anda. - Melatih Persepsi
“Choose not to be harmed and you won’t feel harmed. Don’t feel harmed and you haven’t been.” — Marcus Aurelius Misalkan, saat membantu seseorang mereka menanggapinya dengan bersikap masam. Alih-alih membuat hidup Anda lebih sulit dengan menjadi marah, frustasi, atau bahkan menyimpan luka batin – anggaplah bahwa hal-hal tersebut justru mengarahkan Anda menuju kebajikan baru. Seperti kesabaran atau pengertian. Atu misalkan peristiwa kematian seseorang sebagai kesempatan untuk melatih ketabahan atau resiliensi.
Bagi kaum Stoik, segalanya adalah peluang. Peristiwa buruk tidak ada satupun yang merupakan “peluang” dalam standar masyarakat umum. Sebenarnya itu adalah hambatan; akan tetapi salah satu ciri khas kaum Stoik adalah mengubah setiap hambatan menjadi peluang.
Hal apa yang paling penting dalam hidup? Momen saat ini yang bisa dikendalikan. Menjadi orang baik dan melakukan hal yang benar saat ini juga.
Sebagai contoh, lihatlah kisah Alexander The Great yang terkenal sebagai pemimpin dan pejuang yang hebat. Akan tetapi ia membiarkan dirinya lengah dimana saat mabuk, Alexander bertengkar dengan shabatnya, Cleitus, dan kemudian tidak sengaja membunuhnya. Ia menjadi sangat sedih sehingga tidak mampu makan dan minum selama tiga hari. Fakta pahitnya, semua pencapaian Anda akan sia-sia dan tidak dihargai jika Anda lengah dan menyakiti orang-orang di sekitar Anda.
Bersikap penuh kendali, penuh kesadaran dan kekuatan untuk menopang diri dari keolengan emosi; merupakan hal-hal yang harus Anda lakukan setiap hari dalam hidup Anda. Dan itu merupakan hal yang tidak dapat Anda hindari.
- Referensi:
Holiday, R. (2024, February 20). What is stoicism? A definition & 9 stoic exercises to get you started. Daily Stoic. https://dailystoic.com/what-is-stoicism-a-definition-3-stoic-exercises-to-get-you-started/#stoic-virtues - Valdez, J. (2014). Stoic Philosophy: Its Origins and Influence. Journal of Social Philosophy Research, 2(4), 56–59. https://doi.org/10.12966/jspr.11.01.2014
- Weaver, T. (2024, February 28). What is Stoicism? The Basics of The World’s Greatest Practical Philosophy – Orion Philosophy. Orion Philosophy. https://orionphilosophy.com/stoicism-meaning-and-definition/
Penulis : Audrey Phoebe Kurniawan
Editor : Angelique Aurellia
Comments :