Childfree, atau hidup tanpa anak, muncul sebagai pilihan hidup yang semakin diakui dan diterima di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Seiring dengan perubahan nilai-nilai dan norma sosial, masyarakat semakin menyadari bahwa setiap individu atau pasangan memiliki hak untuk memilih jenis kehidupan yang sesuai dengan aspirasi dan nilai-nilai pribadi mereka. Artikel ini akan membahas secara mendalam apa arti childfree, menganalisis dampak positif dan negatifnya, dan mengeksplorasi pandangan pro dan kontra yang mungkin muncul di masyarakat Indonesia.

Childfree: Pilihan Hidup Tanpa Anak
Childfree adalah suatu istilah yang merujuk pada keputusan seseorang atau pasangan untuk tidak memiliki anak secara sengaja. Pilihan ini mencerminkan kesadaran dan keinginan yang kuat untuk tidak mengikuti norma sosial yang umumnya menghubungkan kebahagiaan atau makna hidup dengan pengalaman menjadi orang tua. Keputusan ini mungkin dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan yang sangat personal, mencakup faktor-faktor seperti aspirasi karir, kebebasan pribadi, pertimbangan finansial, dan fokus pada pengembangan diri.

Pro dan Kontra di Indonesia Mengenai Childfree

Pro Childfree:

  • Pemahaman Pilihan Hidup: Mendukung hak setiap individu atau pasangan untuk membuat pilihan hidup yang sesuai dengan keinginan dan nilai-nilai mereka.
  • Pemberdayaan Perempuan: Mendorong pemberdayaan perempuan untuk memiliki kendali penuh atas tubuh dan keputusan reproduksi mereka.

Kontra Childfree:

  • Beban Sosial dan Budaya: Menyatakan bahwa memiliki anak adalah bagian dari tanggung jawab sosial dan budaya yang seharusnya dijalani setiap individu atau pasangan.
  • Pentingnya Keturunan: Keyakinan bahwa keturunan adalah kelanjutan dari garis keturunan dan merupakan tanggung jawab moral.

Dalam konteks masyarakat Indonesia, yang masih sangat memegang nilai-nilai keluarga dan norma sosial yang kental, pandangan pro dan kontra terkait hidup tanpa anak mungkin dipengaruhi oleh faktor budaya dan agama. Penting untuk memahami bahwa pilihan hidup ini adalah hak asasi individu dan perdebatan seputar childfree harus melibatkan dialog yang terbuka dan penerimaan atas keragaman nilai-nilai dan preferensi hidup.

Referensi:

  • Lafontaine, M. (2015). Disentangling the Link Between Childbearing and Psychological Distress in Young and Midlife Women: Cross-Lagged Panel Analyses Across 30 Years. Journal of Family Psychology, 29(2), 153–163.
  • Doss, B. D., Rhoades, G. K., Stanley, S. M., & Markman, H. J. (2009). The Effect of the Transition to Parenthood on Relationship Quality: An 8-Year Prospective Study. Journal of Personality and Social Psychology, 96(3), 601–619.

Penulis: Karina Yasmin
Di unggah pada: 24 November 2023