Kelompok 5
Bonanza Octyokora F. P. M. – 2602198592
Diva Sella Sabrina Tarigan – 2602197684
Keisha Safina – 2602196233
Lala Emirtha Putry – 2602206581
Yuriska Angelia Wibisono – 2602209551

LATAR BELAKANG KASUS

Pada kali ini, kelompok kami memilih kisah hidup mendiang Sulli F(x) untuk dianalisis menggunakan psychoanalythic social theory. Choi Jin-ri, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Sulli, merupakan seorang mantan anggota girlgroup F(x) dan juga seorang aktris. Sulli lahir pada tanggal 29 Maret 1994 di Busan, Korea Selatan, dan mengakhiri hidupnya sendiri di usia yang masih sangat belia, yakni 25 tahun, pada tanggal 14 Oktober 2019 di kediamannya yang berlokasi di Simgok-dong, Korea Selatan.

Dilansir dari beberapa portal berita, orang tua Sulli bercerai saat ia berusia 7 tahun dan Sulli tinggal bersama ibunya. Sulli memulai karir beraktingnya secara profesional dan berhasil debut dalam sebuah drama korea pada umur 11 tahun. Sulli kemudian melebarkan sayapnya di industri hiburan dengan bergabung ke dalam sebuah girlgroup bernama F(x) dan menjadi seorang penyanyi sekaligus penari. Ia debut menjadi idola pada usia yang masih sangat muda, yakni 15 tahun. F(x) menjadi salah satu grup idola terbesar di Korea Selatan pada masanya. Namun, ia menerima begitu banyak hate-speech, komentar negatif, dan rumor negatif tentang dirinya. Sulli yang saat itu masih sangat belia tentu merasa sangat lelah secara fisik maupun mental. Sehingga, pada tahun 2013, ia memutuskan untuk beristirahat dari industri hiburan dan secara mengejutkan mengundurkan diri dari grup F(x) pada tahun 2015.

Sulli mendapatkan banyak sekali komentar negatif mengenai dirinya yang datang dari masyarakat pengguna sosial media. Ia pernah melakukan siaran langsung di Instagram miliknya dan mengatakan bahwa hujatan yang ia terima memberikan efek yang sangat buruk padanya. Sulli juga menerima tekanan dan ekspektasi tinggi dari agensi yang menaungi dirinya yang menyebabkan ia semakin cemas dan memiliki gangguan kecemasan. Seperti yang telah diketahui, seorang idola di industri hiburan Korea Selatan merupakan figur yang diharuskan untuk tampil sempurna dimanapun dan kapanpun. Namun, Sulli bukanlah seorang idola yang mengikuti stereotipe masyarakat. Selain itu, Sulli memiliki gaya berpakaian yang berbeda dari idola perempuan lain. Perilaku Sulli ini mengundang banyak kontroversi karena dinilai tidak sesuai dengan image yang seharusnya diperlihatkan oleh seorang idola perempuan. Sulli kemudian didiagnosis memiliki gangguan mental social anxiety disorder yang membuat ia merasa ketakutan untuk terus-menerus diperhatikan oleh orang lain. Selain itu, ia juga menderita panic disorder dan depresi berat selama bertahun- tahun semasa hidupnya. Sehingga, banyak pihak berasumsi bahwa inilah alasan dibalik keputusan Sulli untuk mengakhiri hidupnya sendiri secara tiba-tiba.

TEORI

Psychoanalytic Social Theory dikemukakan oleh Karen Horney (16 september 1885 – 4 desember 1952). Dalam teorinya, Horney beropini bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkembang dengan baik secara sehat. Namun, untuk memiliki perkembangan mental yang sehat, individu harus berkembang dalam lingkungan yang ideal. Kondisi yang ideal ini mencakup penerimaan kasih sayang yang dan disiplin yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan, sehingga akan menghasilkan perasaan aman dan puas pada anak dan membuat anak dapat bertumbuh secara sehat (Feist et al., 2018). Horney membagi kepribadian individu menjadi dua kategori, yakni individu yang normal dan individu yang neurosis. Perbedaan kedua kategori ini terdapat pada bagaimana individu menghadapi masalah atau kecemasannya. Menurut Horney (dalam Feist et al., 2018), neurotic merupakan sebutan bagi orang yang memiliki kecemasan berlebihan dan menghadapi masalah dengan lebih kaku dan dilakukan secara tidak sadar cenderung mengandalkan satu strategi saja dalam berhubungan dengan orang lain, sedangkan orang normal akan menghadapi kecemasan dengan cara yang lebih fleksibel dan sadar sehingga mampu untuk memilih strategi dan menyesuaikan diri dalam berhubungan dengan orang lain (Feist et al., 2018).

Apabila orang tua gagal memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan cinta kasih yang dibutuhkan anak, maka anak dapat mengembangkan basic hostility, yaitu perasaan benci kepada orang tua. Namun, rasa benci ini

sulit dan jarang diungkapkan oleh anak secara terbuka. Hal ini mengakibatkan anak secara tidak sadar merepresi perasaan bencinya ini. Rasa benci yang direpresi oleh anak akan membuat anak merasa tidak aman dan merasa cemas. Kondisi tidak aman dan cemas ini disebut basic anxiety. Basic anxiety adalah “perasaan terisolasi dan tidak bedaya dalam dunia yang berbahaya”. Apabila basic hostility direpresi, maka dapat menimbulkan basic anxiety. Basic anxiety juga dapat menimbulkan adanya hostility bagi individu. Hal ini menunjukkan bahwa basic hostility dan basic anxiety adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain dan dapat menjadi sebuah siklus yang bernama vicious cycle.

Basic anxiety yang dialami oleh orang normal dan terutama neurotic dapat dikurangi dengan 4 cara umum yang akan melindungi orang dari perasaan sendirian di dunia yang berbahaya ini, yaitu 1) affection, mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang ditukar dengan materi ataupun seks. 2) submissiveness, sikap tunduk dan mengabdikan diri kepada orang lain ataupun lembaga untuk mendapatkan kasih sayang. 3) power, sikap mendominasi orang lain untuk mempertahankan permusuhan yang nyata ataupun tidak. Kecenderungan untuk merampas hak orang lain (possession) dan cenderung mempermalukan orang lain untuk melindungi penghinaan pada dirinya (prestige). 4) withdrawal, sikap melepaskan diri dari orang lain untuk melindungi kecemasan, sehingga ia merasa tidak dapat disakiti oleh orang lain (Feist et al., 2018). Individu yang neurotic dan individu yang normal dapat mengalami permasalahan yang sama. Perbedaan di antara kedua individu adalah bagaimana acara individu mengatasi basic anxiety yang dialaminya. Individu yang neurotic akan cenderung menggunakan strategi yang sama berulang kali untuk mengatasi kecemasannya. Namun, individu yang neurotik tidak dapat mengubah perilaku mereka atas kemauannya.

Seiring dengan evolusi dan perkembangan teorinya, Horney melihat bahwa kesepuluh neurotic needs pada individu dapat dikategorikan menjadi 3 kategori besar, yaitu: 1) Moving toward people, sebuah kebutuhan neurotik untuk melindungi diri dari perasaan helpless. 2) Moving against people, keadaan dimana seseorang bergerak melawan orang lain dan tampil sebagai sosok yang kuat dan kejam. 3) Moving away from people, strategi yang mengekspresikan kebutuhan akan privasi, kemandirian, serta self-sufficiency. Ketiga kategori ini disebut juga sebagai neurotic trends. Neurotic trends ini juga berlaku kepada individu yang normal. Hanya saja, terdapat perbedaan sikap pada keduanya. Perbedaannya adalah individu normal sepenuhnya sadar, memiliki awarenesss, dan dapat menggunakan beragam strategi untuk berhadapan dengan orang lain. Sedangkan individu yang neurotic tidak sadar akan sikapnya dan cenderung terbatas pada satu strategi yang digunakan untuk menghadapi orang lain (Feist et al., 2018). Vicious cycle dapat menyebabkan konflik intrapsikis pada seseorang yang neurotic. Konflik intrapsikis terdiri dari dua bagian penting, yaitu idealized self-image dan self- hatred (Feist et al., 2018). Idealized self-image merupakan usaha seseorang untuk menggambarkan dirinya yang ideal dan hadir karena perasaan memiliki identitas yang tidak stabil, yang mana permasalahan ini hanya bisa diselesaikan dengan menghadirkan gambaran lain mengenai diri yang diidealkan. Seseorang yang melakukan idealized self-image akan merasa asing mengenai dirinya sendiri, sehingga membuat gambaran positif yang berlebihan tentang dirinya dan membuatnya tidak terkoneksi dengan dirinya yang sebenarnya (Feist et al., 2018). Menurut Horney (dalam Feist et al., 2018), terdapat 3 aspek dari idealized self-image, yaitu: 1) the neurotic search for glory 2) neurotic claims 3) neurotic pride. Horney mengungkapkan bahwa saat seseorang mengetahui bahwa tuntutan mengenai gambaran diri ideal yang ia buat tidak terealisasi, maka ia akan membenci dirinya sendiri (Feist et al., 2018). Perasaan benci ini disebut sebagai self-hatred. Rasa benci terhadap diri sendiri ini dapat diungkapkan dengan 6 cara, yaitu 1) relentless demands on the self, 2) merciless of self-accusation, 3) self-contempt, 4) self-frustation, 5) self- torment / self-torture, 6) self-destructive actions and impulses.

ANALISIS KASUS BERDASARKAN TEORI

Sejak kecil, Sulli tumbuh di lingkungan yang secara psikologis kurang mendukung dirinya untuk berkembang secara sehat. Hal ini dikarenakan ia sudah harus bekerja di industri hiburan sejak dini dan menerima hujatan serta komentar negatif yang mengguncang mentalnya. Ia tidak merasakan masa anak-anak

yang normal dan penuh aktivitas bermain yang menyenangkan seperti seharusnya. Selain itu, kebutuhan akan cinta kasih yang dimiliki Sulli kecil juga kurang dipenuhi oleh orang tuanya karena orang tua Sulli bercerai saat ia masih usia anak-anak dan ibunya sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Pola asuh dan lingkungan Sulli yang kurang mendukung menyebabkan ia memiliki basic hostility, yaitu perasaan marah karena orang tua dan lingkungannya tidak memenuhi kebutuhannya akan cinta dan kasih sayang.

Namun, sebagai publik figur, Sulli harus menekan atau merepresi basic hostility yang ia miliki, karena apabila ia mengekspresikan hostility yang dirasakan secara terbuka, maka karir yang ia bangun sedari dini itu akan hancur. Begitu pula reputasi dan juga keluarganya. Sehingga, basic hostility yang ditekan menimbulkan basic anxiety. Sulli memandang bahwa dirinya sendirian dan terisolasi dari dunia, dunia ini berbahaya dan dapat menyakiti dirinya, serta ia merasa tidak aman dari dunia. Untuk mengurangi basic anxiety yang dirasakan, Sulli menggunakan salah satu dari 4 cara pertahanan diri dari basic anxiety menurut Horney, yakni withdrawal dan menggunakan strategi moving away from people dalam hubungannya dengan orang lain. Ia menjauh dari orang lain agar tidak ada orang yang dapat menyakiti dirinya, menjadi pribadi yang tenang dan memiliki otonomi diri yang baik. Hal ini dibuktikan dengan keputusan Sulli untuk beristirahat sejenak dari industri hiburan pada tahun 2013.

Sebagai seorang manusia, Sulli juga mengalami konflik intrapsikis karena vicious cycle yang terus berulang. Sulli membangun idealized self-image karena ia memiliki identitas yang tidak stabil dan membuat gambaran ideal yang ia inginkan sehingga gambaran tersebut berlebihan mengenai dirinya. Gambaran yang Sulli inginkan akan dirinya berbeda dengan dirinya yang sebenarnya di dunia nyata. Ia tidak terkoneksi dengan dirinya sendiri dan mengekspresikan diri dengan cara yang berbeda melalui kontroversi yang ia buat. Sulli mengarahkan hidupnya sesuai dengan gambaran ideal yang ia inginkan (the neurotic search for glory), ia merasa marah karena orang-orang tidak mendukungnya dan berkomentar buruk mengenai dirinya (neurotic claims), dan mungkin dalam hidupnya Sulli pernah dapat sadar bahwa gambaran yang ia buat mengenai dirinya benar-benar dirinya sendiri, tapi hal tersebut tidaknya realistis (neurotic pride). Sulli menyadari bahwa gambaran ideal mengenai dirinya tidak terealisasi, sehingga muncul perasaan benci akan dirinya sendiri atau disebut juga sebagai self-hatred. Ia menjadi sulit untuk menerima dirinya sendiri. Sulli kemudian mengungkapkan rasa benci kepada dirinya dengan sendiri melalui salah satu dari 6 cara menurut Horney, yakni self-destructive actions and impulses. Sulli menjadi pribadi yang memiliki keinginan untuk merusak dan menghancurkan dirinya sendiri. Hal itu kemudian ia realisasikan dengan cara mengakhiri hidupnya sendiri.

Berdasarkan analisis kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa Sulli merupakan individu neurotic. Ia mengembangkan sebuah penggambaran ideal tentang dirinya, yang kemudian membuat ia membenci dirinya sendiri dan diungkapkan dengan cara merusak dirinya. Hal ini juga didukung dengan bukti bahwa ia didiagnosis memiliki social anxiety disorder, panic disorder, serta mengalami depresi berat. Pada akhir hidupnya, mendiang Sulli tidak dapat mengurangi atau mengatasi kecemasan yang ia rasakan secara sehat. Menurut teori psikoanalitik sosial yang digagas oleh Karen Horney, cara mengatasi kecemasan yang sehat dan dilakukan oleh individu normal diindikasikan dengan kemampuan individu untuk menggunakan keempat strategi berinteraksi dengan orang lain, yakni affection, submissiveness, power, dan withdrawal secara sadar, dengan awareness yang tinggi, dan fleksibel. Tidak bergantung kepada satu strategi saja. Sehingga, hal tersebut akan menjadi cara mengatasi kecemasan yang sehat.

REFERENSI

BBC News. (2019, October 17). Sulli: The woman who rebelled against the K-pop world. BBC News. https://www.bbc.com/news/world-asia-50051575.amp

Chooooo. (2020). Sulli’s Mother And Girls’ Generation’s Tiffany Talk About The Late Star In New MBC Documentary. Soompi. https://www.soompi.com/article/1424820wpp/sullis- mother-and-girls- generations-tiffany-talk-about-the-late-star-in-new-mbc-documentary

Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T. A. (2018). Theories of Personality. US: New York: McGraw- Hill Education.

Harber, M., & Harber, M. (2019, November 5). K-pop star Sulli’s sad story shows the unrelenting scrutiny Korea’s top music stars are under – and. . . South China Morning Post. https://amp.scmp.com/magazines/style/well-being/article/3035873/k-pop-star-sullis-sad- story- shows-unrelenting-scrutiny

Puspaningtyas, A. (2020, August 8). Fenomena Anxiety Pada Penyanyi Kpop : “Siapa yang bersalah?” https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/695-fenomena-anxiety-pada- penyanyi-kpop-siapa- yang-bersalah

Ramsay, S., & Ramsay, S. (2019, November 18). Sulli was a rare ambassador for mental health in Asia – K- pop star’s death a reminder of the need to talk. . . South China Morning Post. https://www.scmp.com/better-life/well-being/article/3029800/sulli-was-rare-ambassador- mental- health-issues-k-pop-stars

Tim. (2019, October 14). Mengenal Fobia Sosial, Gangguan Mental yang Diidap Sulli f(x). Gaya Hidup. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20191014171909-255- 439397/mengenal-fobia-sosial- gangguan-mental-yang-diidap-sulli-f-x

Tugas Personality Psychology kelas LE64 dengan dosen pengajar (Dr. Pingkan Cynthia Belinda Rumondor, S.Psi, M.Psi)