MENGULIK PERILAKU AGRESIF PADA PELAKU BULLYING

Kelompok 7:
Karina Salsabila Saracena – 2602104913
Margareta Riona Setiawan – 2602105286
Rahma Fadhila – 2602109353
Riany Kartono – 2602113703
Salsabila Zavira Rizaldy – 2602107644

Latar Belakang Kasus

Fenomena yang kami angkat adalah mengenai kasus remaja pelaku bully yang abusive atau kasar terhadap korbannya. Bullying didefinisikan sebagai tindakan kekerasan atau agresi yang dilakukan oleh pelaku yang memiliki otoritas terhadap orang yang dianggap lemah. Perilaku bullying ini dari waktu ke waktu terus menghantui anak-anak tidak hanya di Indonesia melainkan dunia. Banyak kasus-kasus penganiayaan atau pengeroyokan karena pelaku merasa lebih berkuasa terjadi di lingkungan sekolah, perumahan, dan masih banyak lagi. Apabila bullying dibiarkan terus menerus akan menimbulkan dampak negatif untuk korban. Dampak yang ditimbulkan adalah korban terluka baik itu secara fisik atau mental, mempunyai pandangan buruk terhadap diri sendiri, kurang percaya diri, dan lain sebagainya.

Salah satu contoh kasusnya adalah kejadian bullying yang menimpa remaja 17 tahun berinisial S. Ia dianiaya oleh 5 orang remaja di Jalan Dipatiukur, Kota Banjar pada hari Minggu tanggal 18 Juni 2023 sekitar pukul 01.30 WIB. Korban S dipukul menggunakan tongkat bisbol, 1 batang besi dan 1 buah barnekel. Semua itu hanya karena korban dianggap menatap kelompok pelaku seperti mengajak berkelahi. Polisi akhirnya menangkap para pelaku dan memberikan hukum yang setimpal. Kejadian tersebut sangat memprihatinkan terlebih lagi pelaku merupakan anak-anak remaja yang masih duduk dibangku sekolah, maka dari itu kami ingin membahas dari sisi pelaku bullying agar kedepannya dapat memberikan pelajaran bagi orang-orang mengenai pentingnya pengalaman masa kecil yang nantinya akan mengurangi kasus bully di Indonesia.

Teori

Teori yang kami gunakan dalam pembahasan fenomena adalah teori Horney (vicious cycle: basic anxiety & basic hostility). Ketika rasa aman dan kepuasan yang dibutuhkan anak tidak terpenuhi oleh orang tua, perasaan permusuhan (basic hostility) dapat muncul. Beberapa orang tua seringkali tidak mempedulikan atau terlalu mendominasi, sehingga anak tidak cukup mendapatkan kasih sayang, cinta dan perhatian. Namun, terdapat juga orang tua yang secara berlebihan melindungi dan memanjakan anak. Kondisi seperti ini yang membuat anak menumbuhkan rasa permusuhan atau benci terhadap orang tuanya.

Basic hostility yang dipendam anak menimbulkan rasa tidak aman dan kecemasan, sehingga mengembangkan basic anxiety. Horney mengartikan basic anxiety sebagai perasaan terisolasi dan tidak berdaya dalam dunia yang diibaratkan dapat membahayakan anak. Pemicu utama dari basic anxiety adalah basic hostility, begitu juga dengan basic anxiety yang berdampak pada basic hostility. Perasaan permusuhan pun diakibatkan oleh pertahanan terhadap kecemasan dasar. Maka, kedua kondisi tersebut saling berkaitan.

Dalam mempertahankan atau melawan basic anxiety, terdapat 3 neurotic defenses, diantaranya moving toward people, moving against people, dan moving away people. Fenomena yang kami angkat menyinggung kepribadian agresif yang termasuk kedalam neurotic trends yaitu moving against people. Neurotic trends ini mencakup neurotic needs yang secara kompulsif mendorong seseorang untuk terlihat berkuasa (superior) dan diakui, dengan cara memanfaatkan dan memperdaya orang lain yang dapat menguntungkan dirinya. Karena semua orang dianggap hostile, ia cenderung melawan orang lain secara kejam. Perilaku ini didorong oleh kecemasan dasar (basic anxiety).

Analisis

Fenomena yang kami angkat ini dapat terjadi akibat basic anxiety dalam diri pelaku bully karena kurang atau tidak terpenuhinya kebutuhan anak tersebut akan cinta, perhatian, dan kasih sayang dari orang tuanya. Hal ini pada akhirnya menimbulkan basic hostility (rasa permusuhan) dalam diri si pembully terhadap orang tuanya (pengasuh) sebab, pengasuhan yang tepat atau baik terutama dalam bidang sosial- budaya akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian anak ke depannya. Basic hostility sendiri berasal dari basic anxiety, yaitu perasaan ketidakberdayaan daninsecurity dalam menghadapi dunia yang dianggapnya hostile. Dari kasus bullying yang telah dibahas pada bagian “Latar Belakang” menampilkan perilaku agresif yang ditunjukkan pelaku dengan didukung oleh faktor seperti perasaan lebih berkuasa jika dilihat dari segi kekuatan misalnya secara fisik, lalu adanya senjata yang digunakan dalam proses bullying tentu mampu menambah kekuatan dari sisi pelaku bully. Perilaku agresif ini menggambarkan salah satu neurotic trends yaitu the neurotic needs for power dengan neurotic fundamental style yaitu moving against people yang mana memiliki contoh perilaku di antaranya agresif, suka menyerang orang lain, serta bersikap superior.

Cara-cara yang dapat dicoba untuk mengurangi dan menghindari terjadinya kasus tersebut adalah dengan memperhatikan pola asuh yang baik dari orang tua atau pengasuh terhadap anak agar anak memiliki childhood experience yang baik pula, guna mengantisipasi munculnya basic anxiety yang nantinya dapat berkembang menjadi basic hostility serta menyebabkan neurotic trends. Jika sudah terlanjur terjadi maka solusinya adalah dengan mengikuti beberapa tipe terapi yang memang dikhususkan untuk penderita agresi. Bisa juga dengan menyalurkan energi tersebut dalam hal positif seperti olahraga karate, taekwondo, silat, dan lain sebagainya.

Tugas Personality Psychology kelas LC44 dengan dosen pengajar (Danika Nurkalista, M.Si., Psi.)