Digital Humanities (DH) adalah tentang upaya bagaimana mengadvokasi kemanusiaan di era digital. Istilah DH sering dijelaskan sebagai digital plus humaniora atau digital dalam upaya meningkatkan dan memperluas ruang layanan pada kemanusiaan. Investigasi struktur kekuasaan – historis, sosial, dan politik – adalah wilayah humaniora, begitu pula artikulasi imajiner dan pemeriksaan kritis terhadapnya. Menurut Lach dan Pressman (dalam McGrail, Nieves & Senier (Eds), 2021) para praktisi DH wajib untuk mempertimbangkan dengan cara-cara apa, bagaimana dan dimana DH dapat dikembangkan melalui berbagai perspektif secara historis telah dikenal dan diketahui sehingga kemudian DH tidak hanya focus pada proyek dan perangkat teknis saja melainkan juga menyentuh pada ranah struktur sosial yang mendasarinya; yang ternyata tidak hanya fisik dan disiplin ilmu tertentu melainkan juga secara ideologis dan tentu saja relevan dengan orientasi yang menjadi focus masing-masing. DH menjadi kesempatan tidak hanya untuk menemukan orientasi baru (alat, teknologi, data, visualisasi, dan mereka yang terlibat dan berkolaborasi dari disiplin ilmu lain) melainkan juga untuk mengkaji dan menelaah mengapa belum pernah ada ruang perjumpaan sebelumnya untuk saling mengenal, memahami dan menjalin kolaborasi itu sangat mungkin dan merupakan sebuah keniscayaan. Diskursus semacam itu penting agar terhidar dari replikasi struktur kekuasaan yang mungkin tidak disengaja dari model lama yang dianut.
Lack, P.R. & Pressman, J. (2021). People, Place, and Passion – a Case Study of San Diego State University, dalam: McGrail, A., Nieves, A.D. & Senier, S. (2021). People, Practice, Power: Digital Humanities Outside the Center. Minneapolis: University of Minnesota Press.