Semenjak pandemi COVID-19 memasuki Indonesia, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menghindari kerumunan, mengurangi aktivitas di luar dan kegiatan yang melibatkan banyak orang, serta kebijakan untuk melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Bahkan pekerjaan juga dilakukan dari rumah semenjak kasus COVID-19 melonjak. Dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut, maka penggunaan media sosial menjadi meningkat khususnya dikalangan remaja. Tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk bertemu dan berkomunikasi secara virtual, tetapi juga sebagai sarana untuk melakukan pembelajaran dan hiburan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media sosial merupakan laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Hasiholan, et al. (2021) kepada partisipan umum sebanyak 32 orang, menunjukkan hasil aplikasi media sosial yang paling sering digunakan selama pandemi adalah YouTube, kemudian diikuti dengan WhatsApp, LINE, dan Instagram. WHO menganjurkan durasi waktu layar bagi remaja adalah 2 jam perhari. Namun, hal ini tentunya sulit untuk dilakukan, karena untuk mengikuti kelas pembelajaran saja membutuhkan waktu lebih dari 2 jam (Kamil, 2021).

Penggunaan media sosial yang bijak dan benar dapat memberikan dampak positif pada remaja, beberapa diantaranya adalah:

  1. Remaja dapat beradaptasi dengan perubahan teknologi.
  2. Remaja berlatih bersosialisasi secara virtual dan mengelola jaringan pertemanan.
  3. Media sosial menjadi sebuah sarana yang memudahkan remaja dalam kegiatan belajar dan juga sebagai sarana untuk berdiskusi bersama teman-temannya.
  4. Situs jejaring sosial yang positif dapat membuat remaja lebih bersahabat, perhatian, dan simpati.
  5. Melalui media sosial, remaja dapat menemukan dan mengembangkan potensi diri dalam berkarya dan kemampuan.
  6. Remaja dapat membagikan informasi dengan lebih cepat dan mudah melalui media sosial.

Selain dampak positif, tentunya ada dampak negatif pada penggunaan media sosial jika terlalu berlebihan dan tidak bijak. Peningkatan ini ternyata dapat mempengaruhi kesehatan mental para remaja. Hal ini dikarenakan emosi remaja yang belum stabil dan mudah terpengaruh dari lingkungan secara langsung (Dewi, 2021). Sebuah studi yang dilakukan oleh Johns Hopkins University Bloomberg School of Public Health, dikatakan bahwa remaja yang menghabiskan lebih dari 3 jam dalam sehari untuk berselancar di media sosial rentan mengalami depresi, kecemasan, dan lebih mungkin untuk menginternalisasi perasaan buruk terkait diri mereka sendiri (Williams, 2019). Menurut Putri (2019) dan Mayasari (2016) terdapat dampak lainnya, seperti:

  1. Sibuk bermain media sosial hingga lalai terhadap tugas dan kewajiban yang harus dilakukan sehingga remaja menjadi kurang disiplin.
  2. Media sosial memudahkan remaja untuk mencontek/plagiat karya orang lain.
  3. Hampir tidak adanya batasan dalam media sosial, memudahkan hal-hal berbau pornografi dan kekerasan menyebar dengan mudah yang dapat menyebabkan kemrosotan akhlak dan budi pekerti pada remaja.
  4. Remaja dapat dengan mudah ditipu dan dipengaruhi oleh beberapa oknum penipu dan penjahat dalam melancarkan aksinya melalui media sosial.
  5. Media sosial juga digunakan sebagai tempat bisnis prostitusi online yang dapat membuat para remaja terjebak ke dalamnya, hanya karena sekedar penasaran atau ingin menghasilkan uang dengan cara cepat namun salah.
  6. Media sosial bisa menyebabkan kemalasan pada remaja untuk berkomunikasi tatap muka saat di dunia nyata
  7. kurangnya tingkat pemahaman bahasa Indonesia yang baik dan benar karena remaja sudah terbiasa menggunakan bahasa gaul dan bahasa asing di media sosial.
  8. Media sosial bersifat adiktif; dapat menyebabkan ketergantungan dan kecanduan pada remaja, sehingga membuat remaja tidak peduli pada lingkungan sekitar dan lebih mementingkan diri sendiri.
  9. Menggunakan media sosial yang berlebihan akan membuang waktu dan menurunkan produktifitas.
  10. Sinar biru dari layar media elektronik dapat menurunkan kesehatan mata.
  11. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menganggu kegiatan belajar karena membuat remaja mudah terdistraksi.
  12. Media sosial kerap dijadikan tempat untuk melakukan cyberbullying. Remaja yang salah pergaulan pada dunia virtual, bisa saja mengikuti jalan yang salah dengan menjadi pelaku cyberbullying. Sedangkan, beberapa remaja juga kerap menjadi korban cyberbullying yang dapat mengakibatkan gangguan mental, seperti depresi, rasa rendah diri, kegelisahan, hingga sulit tidur.
  13. Kesehatan fisik juga bisa menurun apabila bermain media sosial terlalu berlebihan.

Untuk mengurangi dan mencegah dampak negatif tersebut, remaja dan orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut (Pratama, 2021):

  1. Orang tua dapat mendorong anaknya untuk lebih sering melakukan aktivitas fisik.
  2. Orang tua dapat memberi contoh kepada anaknya ketika sedang berkumpul bersama keluarga; jauhkan hp dan alat elektronik lainnya.
  3. Berikan aturan batas waktu layar kepada remaja.
  4. Buat anak menyadari bahaya dari waktu layar berlebihan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
  5. Orang tua turut mengetahui perkembangan teknologi sehingga dapat mengontrol penggunaan media sosial pada remaja.
  6. Remaja dapat diajarkan cara mengatur waktu dengan baik dan skala prioritas yang harus dilakukan sehari-harinya.
  7. Memastikan bahwa remaja tidak terpengaruh lingkungan yang buruk di dunia virtual.
  8. Orang tua mengajak anaknya untuk lebih intensif dalam berinteraksi bersama keluarga.
  9. Remaja dapat mencari kegiatan yang lebih produktif dan positif sebagai pengganti media sosial.

Kenaikan penggunaan media sosial yang terjadi pada remaja di masa pandemi COVID-19 ini menimbulkan beberapa dampak negatif bila menggunakan media sosial secara berlebihan. Sebagai langkah pencegahan, orang tua juga dapat terlibat di dalamnya. Selain mendorong remaja untuk lebih bersosial dan melakukan kegiatan di dunia nyata, remaja juga perlu kesadaran yang tinggi akan dampaknya bermain media sosial terlalu sering. Dengan menyaring tujuan penggunaan media sosial, maka aktivitas online para remaja akan lebih bermanfaat.

Referensi:

Dewi, N. C. (2021). Pengaruh penggunaan media sosial pada remaja. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. http://repository.untag-sby.ac.id/id/eprint/9013

Hasiholan, V., Quarrata’aini, A., & Tanidi, G. B. (2021). Pengaruh covid-19 terhadap penggunaan media sosial. Journal of Development and Social Change, 4(1).

Kamil, I. (2021, October 16). Dampak negatif pandemic bagi para remaja. Kompasiana. Diakses pada 2 Maret, 2022, melalui https://www.kompasiana.com/bukankamil/616a4b491a2adc27d4712f32/dampak-negatif-pandemi-bagi-para-remaja

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Media sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses pada 2 Maret, 2022, melalui
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/media%20sosial

Khairuni, N. (2016). Dampak positif dan negatif sosial media terhadap pendidikan akhlak anak. Jurnal Edukasi, 2(1).

Mayasari, D. (2016, Desember 16). 8 dampak buruk media sosial bagi anak dan remaja. Times Indonesia. Diakses pada 2 Maret ,2022, melalui https://www.timesindonesia.co.id/read/news/138794/8-dampak-buruk-media-sosial-bagi-anak-dan-remaja

Pratama, P. S. (2021, Januari 23). Pengaruh social media di kalangan remaja. Kumparan. Diakses pada 2 Maret ,     2022, melalui https://kumparan.com/predipratama04/pengaruh-social-media-di-kalangan-remaja-1v28vRVxLqK/full

Putri, M. A T. (2020, November 16). 5 dampak negatif media sosiail terhadap remaja, orang tua perlu tahu. Kompas. Diakses pada 2 Maret ,2022, melalui https://lifestyle.kompas.com/read/2020/11/16/102906520/5-dampak-negatif-media-sosial-terhadap-remaja-orangtua-perlu-tahu?page=all#page2

Williams, J. P. (2019, September 12). Social media use may increase teens risk of mental health issues. U.S News. Diakses pada 2 Maret ,2022, melalui https://www.usnews.com/news/healthiest-communities/articles/2019-09-12/social-media-use-may-increase-teens-risk-of-mental-health-issues

Penulis: Theresia

Di bawah supervisi Rani Agias Fitri