Masa muda memang masa yang menyenangkan. Tak jarang kita temui para remaja hingga dewasa muda sedang jatuh cinta atau menjalin hubungan. Namun, tidak selamanya seseorang atau sesuatu yang kita cintai akan selalu kita cintai, akan ada saat di mana kita membenci beberapa hal mengenai seseorang atau sesuatu tersebut. Bahkan terkadang kita bisa merasakan cinta dan benci itu dalam waktu yang bersamaan. Hubungan seperti itu lah yang dinamakan sebagai love-hate relationship. Menurut Cambridge Dictionary, love-hate relationship adalah perasaan kuat yang merupakan campuran dari cinta dan benci terhadap seseorang atau sesuatu. Para peneliti juga biasanya menyebut love-hate relationship ini sebagai ambivalent relationship yang ditandai dengan konflik dan ketegangan yang melibatkan perasaan positif dan negatif terhadap orang lain (Melwani & Rothman, 2015). Kata ambivalent ini muncul sekitar tahun 1900-an dari seorang Psikiater yang bernama Bleuler, orang pertama yang menggunakan kata “schizophrenia” dan salah satu aspek dari orang yang mengidap schizophrenia adalah ambivalen, di mana adanya gangguan pada motivasi dan kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas (Kurtz, n.d).

Mengapa Manusia dapat Merasakan Love-Hate Relationship?

Love-hate relationship tidak hanya terjadi pada hubungan romantis, tapi juga bisa terjadi pada hubungan non-romantis, seperti dengan keluarga, rekan kerja, profesi, dan lain sebagainya. Dilansir melalui Harvard Businness Review, terdapat sebuah studi pada 2003 yang dilakukan oleh dua orang ahli ambivalent relationship, Julianne Holt-Lunstad dari Brigham Young University dan Bert Uchino dari University of Utah melakukan sebuah penelitian terhadap 102 partisipan mengenai pengaruh ambivalent relationship terhadap detak jantung dan tekanan darah (Melwani & Rothman, 2015). Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa partisipan mengalami kenaikan detak jantung dan tekanan darah ketika berinteraksi dengan seseorang yang dianggapnya sebagai seseorang yang ia cintai namun juga ia benci. Penemuan ini kemudian divalidasi oleh penelitian lain, dimana love-hate relationship diasosiasikan dengan kenaikan detak jantung, tekanan darah, penuaan sel yang lebih cepat, kerentanan terhadap stres, kesehatan fisik yang menurun, hingga menurunnya rasa kesejahteraan pada diri.

Cinta dan benci merupakan bentuk dari emosi yang dapat dirasakan oleh manusia dan merupakan hal yang wajar bagi kita untuk merasakannya. Namun, bagaimana bisa kedua emosi tersebut kita rasakaan pada waktu yang bersamaan? Zeki & Romaya (2008) melakukan functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) terhadap 17 partisipan untuk mengetahui reaksi otak ketika melihat gambar orang yang dicinta dan dibenci. Hasil menunjukkan bahwa terdapat dua bagian otak yang teraktivasi bersamaan pada dua emosi cinta dan benci, yaitu putamen dan insula. Brogaard (2018) menjelaskan, insula merupakan bagian otak yang menentukan intensitas emosi dan seberapa kuat perasaan yang kita rasakan terhadap orang tersebut. Bagian ini tidak menentukan apakah emosi tersebut positif atau negatif, sehingga emosi seperti cinta dan benci terlibat dalam pemrosesan saraf dan biasanya disebut sebagai emotional arousal effect. Emosi dengan arousal effect yang tinggi dapat berubah dengan cepat dari positif (cinta) menjadi negatif (benci).

Penyebab Love-Hate Relationship

Menurut Gupta (2022), seseorang yang berada dalam love-hate relationship mengalami emosi yang ekstrem dan intens, serta merasa hubungan tersebut seperti terombang-ambing karena adanya kegembiraan namun juga kelelahan. Hal ini membuat pasangan juga harus mengolah aspek negatif dari hubungan untuk mendapatkan manfaat seperti gairah dan sensasi. Gupta (2022) juga menjelaskan bahwa ada dua penyebab love-hate relationship, yaitu:

  1. Memiliki hubungan yang mudah berubah di awal kehidupan

Mereka yang memiliki hubungan yang tidak stabil di awal hubungan akan cenderung terhibur dengan sifat love-hate relationship, karena merasa sudah akrab dengan kondisi tersebut dan merasa bahwa hubungan seperti love-hate relationship merupakan sebuah cara untuk mengekspresikan cinta melalui sebuah konflik. Mereka yakin dengan adanya rasa sakit, ketegangan, dan konflik merupakan tanda bahwa mereka dekat dengan pasangan mereka. Sehingga, sebuah hubungan yang stabil akan terasa membosankan atau mereka merasa ragu akan perasaan pasangan.

  1. Merasa tidak layak untuk cinta

Beberapa orang yang mengalami love-hate relationship merasa bahwa dirinya merasa tidak berharga atau tidak dicintai. Perasaan tersebut memperkuat pemikiran negatif hingga membuat mereka berpikir bahwa sebuah hubungan lebih bermakna ketika ada perjuangan dan konflik yang mereka alami. Padahal sebuah hubungan tanpa konflik bukan berarti hubungan tersebut tidak berharga, justru sebaliknya dan diperlukan sebuah kepercayaan dalam hubungan tersebut.

Ciri-Ciri Love-Hate Relationship

Nuramdani (2021) menyebutkan beberapa ciri yang mengindikasikan love-hate relationship:

  1. Terkadang merasa bangga pada pasangan

Beberapa aspek dan kualitas yang dimiliki pasangan dapat membuat Anda menjadi orang yang sangat beruntung.

  1. Hubungan putus nyambung

Seseorang yang berada dalam hubungan love-hate relationship akan merasakan emosi yang intens dan ekstrem. Emosi yang intens dan ekstrem ini dapat muncul ketika pasangan sedang mengalami konflik. Hal tersebut dapat menyebabkan ancaman untuk putus. Saat masa ini terjadi, kedua pasangan akan merasa menjijikan satu sama lain.

  1. Terkadang tidak tahan dengan pasangan

Beberapa sifat yang tidak mutlak, seperti ego, temparamen, atau kemalasan bisa menyebabkan perselisihan. Ketika perselisihan terjadi, Anda akan merasa melakukan kesalahan karena telah berkomitmen pada pasangan Anda.

  1. Tidak tahu arah hubungan

Berada dalam love-hate relationship akan membuat Anda terjebak pada siklus cinta tapi benci. Tentunya, emosi pada hubungan ini juga tidak stabil hingga Anda tidak mengetahui bagaimana hubungan ini kedepannya. Di satu sisi Anda merasa nyaman namun di sisi lain Anda merasa takut akan menjadi lajang.

  1. Menjalin hubungan sebagai tantangan

Pada awalnya Anda mungkin tertarik dengan hal-hal positif yang dimiliki oleh pasangan Anda. Namun, ketika sifat atau perilaku negatif muncul dari pasangan, Anda mungkin merasa terkejut dan tidak menyukainya. Ketika ingin mengakhiri hubungan, Anda merasa sudah menaruh banyak usaha dan waktu dalam hubungan Anda. Anda juga menyayangkan jika melepas pasangan Anda sehingga muncul motif tertentu untuk mempertahankan pasangan Anda tersebut dan membuat Anda terjebak dalam love-hate relationship.

  1. Memiliki emosional satu sama lain

Kurangnya hubungan secara emosional dapat menyebabkan perselisihan secara terus-menerus. Anda mungkin akan lebih memilih untuk tidak membahas masalah tersebut dan memendamnya. Namun, akan ada suatu saat di mana Anda merasa lelah. Ketika sebuah masalah kecil muncul, Anda akan menggunakan kesempatan tersebut untuk meluapkan semua masalah yang sebelumnya terjadi dan belum terselesaikan. Kemarahan seperti ini seperti bom waktu yang akan meledak kapan saja dan akan menimbulkan rasa benci.

  1. Hubungan tidak sehat secara emosional

Hubungan secara emosional merupakan hal yang sangat penting untuk sebuah hubungan. Ketika seseorang hanya menyukai beberapa sifat atau perilaku pada pasangan, namun tidak menerima kekurangannya. Maka, hubungan tersebut menjadi tidak sehat secara emosional. Anda akan merasa senang dan penuh cinta ketika pasangan melakukan sesuatu hal yang luar biasa atau sesuai dengan kehendak Anda, namun akan membenci pasangan ketika melakukan hal yang di luar kehendak Anda.

Dampak Love-Hate Relationship

Berikut adalah beberapa dampak buruk secara mental yang dapat terjadi ketika seseorang berada dalam love-hate relationship (Nuramdani, 2021):

  1. Berkurangnya romantisme hubungan, tidak seperti saat awal menjalin hubungan.
  2. Berisiko toxic relationship yang dapat membahayakan kedua pasangan.
  3. Hubungan rentan menghadapi pertengkaran dan akan sulit dihindari karena adanya rasa benci terhadap pasangan.
  4. Perasaaan benci dan cinta dapat mengurangi sikap kedewasaan saat menghadapi masalah dalam hubungan, sehingga akan kesulitan dalam mengatasi masalah.
  5. Memiliki perasaan cinta tpai benci terhadap pasangan dapat menguras emosi dan pikiran Anda. Hal ini juga terjadi karena sering adanya pertengkaran dalam hubungan.

Cara Mengatasi Love-Hate Relationship

Romanoff dalam Gupta (2022) menjelaskan 4 cara mengatasi love-hate relationship bagi Anda yang sedang dalam hubungan tersebut, yaitu:

  1. Lebih sadar terhadap emosi Anda

Jadilah lebih aktif dan pelajari siklus yang tidak sehat pada hubungan Anda. Mulailah mengidentifikasi emosi yang Anda tunjukkan pada perilaku pasangan Anda. Kemudian, tuliskan perasaan dan emosi Anda. Lalu, luangkan waktu untuk memproses perasan Anda. Anda akan mulai mendapatkan perspektif dan solusi untuk masalah yang Anda hadapi.

  1. Tetapkan batas

Lakukan analisa pada beberapa hal yang tidak cocok pada Anda, sehingga Anda dapat menentukan langkah apa yang harus diambil ketika hal tersebut terjadi lagi di masa depan. Tetapkan batasan dalam hubungan dan aspek apa saja yang tidak ingin Anda toleransi lagi.

  1. Cari bantuan

Seseorang yang berada dalam love-hate relationship cenderung terisolasi dan kurang mendapatkan dukungan sosial dari keluarga maupun teman yang mungkin saja dapat membagikan pengalaman yang mereka alami dan apa yang membantu mereka dalam menghadapi masalah dalam hubungan. Kurang jelasnya perspektif dan posisi dalam hubungan dapat menyebabkan Anda kesulitan dan mengalami bias dalam mengatasi masalah hubungan.

  1. Putuskan bagaimana Anda ingin mengatur hubungan Anda

Untuk mengatur hubungan, Anda tidak diharuskan untuk mengakhiri hubungan Anda, namun Anda perlu mengontrol bagaimana peran Anda dalam hubungan tersebut. Mulai lah membuat perubahan kecil atau variasi pada reaksi Anda saat menghadapi konflik dan perhatikan bagaimana reaksi pasangan Anda, apakah ada perubahan atau tidak.

Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa, love-hate relationship tidak hanya dapat terjadi pada hubungan romantis, namun juga hubungan antara keluarga, teman, rekan kerja, dan hal lainnya dapat timbul perasaan cinta dan benci. Penyebab perasaan tersebut dapat dikarenakan pengalaman dan kebiasaan terhadap perasaan cinta dan benci itu sendiri atau karena adanya perasaan tidak layak untuk cinta. Melalui sains, kita juga menjadi mengerti bahwa salah satu bagian otak kita yang bernama insula, tempat untuk menghasilkan emosi tidak dapat membedakan jenis emosi apa yang dihasilkan. Oleh karena itu, kita dapat merasakan kedua emosi tersebut secara bersamaan. Selain itu, dampak dari love-hate relationship ini sendiri memiliki dampak yang buruk bagi mental maupun kesehatan. Selama kita bisa menerapkan cara untuk mengatasi love-hate relationship ini, maka mungkin saja kita bisa menjalani hubungan yang sehat dan tidak terjerumus ke dalam toxic relationship.

Referensi:

Brogaard, B. (2018, Maret 27). It’s a thin line between love and hate: why we hate the people we love. Psychology Today. Diakses pada 13 Maret 2022. URL: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-mysteries-love/201803/it-s-thin-line-between-love-and-hate

Cambridge Dictionary. 2022. Love-hate relationship. Dalam Cambridge Dictionary. Diakses pada 13 Maret ,2022, melalui https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/love-hate-relationship

Gupta, S. (2022, Januari 25). What is a love-hate relationship. Verywell Mind. Diakses pada 13 Maret ,2022, melalui https://www.verywellmind.com/what-is-a-love-hate-relationship-5207379

Kurtz, M. (Producer). (n.d). Psychology of schizophrenia: introduction and history [Video file]. Available from https://d18ky98rnyall9.cloudfront.net/2083iIjWEeeVww6sNtJtBg.processed/full/360p/index.webm?Expires=1647475200&Signature=Bo5sl192qap-0WGBG4piTgdW33YXVy97KZtxn4aby~MDKCUpCUGe-7qxfW7UaXR0lKFuW2cLQId2SozwYeW09SdVJQr7l8SyNmCsl3GraoVp-3D1HIT0EIc3dAlXssVTTzCf9bJp6ChSkRxOEMb8N21aszYwnJl86nAN0yZfYNA_&Key-Pair-Id=APKAJLTNE6QMUY6HBC5A

Melwani, S. & Rothman, N. (2015, Januari 20). Research: love-hate relationship at work might be good for you. Harvard Business Review. Diakses pada 13 Maret ,2022, melalui https://hbr.org/2015/01/research-love-hate-relationships-at-work-might-be-good-for-you

Nuramdani, M. (2021, Desember 27). 7 ciri love hate relationship, dampak buruk, dan cara mengatasi. Dokter Sehat. Diakses pada 13 Maret ,2022, melalui https://doktersehat.com/psikologi/psikologi-asmara/mengenal-love-hate-relationship-cinta-tapi-terkadang-membenci/

Zeki, S. & Romaya, J. P. (2008). Neural correlates of hate. PLoS ONE, 3(10): e3556. Doi:10.1371/journal.pone.0003556

Penulis: Theresia

Di bawah supervisi Rani Agias Fitri