Aplikasi Kencan Online: Yay or Nay?
Pada bulan Maret 2022 yang lalu, Pingkan C. B. Rumondor, dosen jurusan Psikologi BINUS diminta menulis mengenai aplikasi kencan online untuk mengisi rubrik ‘Etiket’ di koran Jawa Pos. Berikut ini draft tulisan yang sudah diedit oleh editor (Ibu Nora) dan tangkapan layar koran Jawa Pos. Silakan membaca artikel ini jika Anda sedang mempertimbangkan untuk menggunakan aplikasi kencan online atau sedang ingin tahu cara menggunakan aplikasi ini dengan efektif dan aman. Selamat menyimak!
Aplikasi Kencan Online: Pedang Bermata Dua
Cek Konsistensi Perilaku si Dia, Hindari Berbagi Informasi Searah
Pertemuan dua sejoli melalui seorang perantara adalah suatu kewajaran. Seiring perkembangan teknologi, seseorang bisa bertemu dengan calon pasangan melalui bantuan aplikasi yang menjadi mak comblang.
——————————————————————————————————
Aplikasi kencan online menjanjikan akses yang luas untuk bertemu lebih banyak calon pasangan. Lirikan mata dan senyum simpul tanda ketertarikan, tergantikan dengan fitur geser ke kanan. Tapi, akhir-akhir ini banyak ditemukan persona yang ditampilkan di profil tidak seindah dan senyata sosok asli. Film Tinder Swindler di Netflix menggambarkan ketika ‘geseran ke kanan’ berakhir tipuan dan hutang. Bagaimana menggunakan aplikasi ini agar membawa cinta, bukan hutang?
Siapkan Diri
Pertama, ketahuilah bahwa profil pengguna di aplikasi kencan online bagai etalase toko buah. Hanya buah segar dan memukau yang ditampilkan. Pada kenyataannya, ada yang betul-betul segar, ada yang hanya kelihatan segar tapi busuk di dalam. Demikian juga foto dan keterangan profil di aplikasi kencan online, sudah dikurasi sedemikan rupa sehingga menampilkan citra diri ideal.
Kedua, kenali tujuan diri saat memasuki aplikasi: sekedar mengisi waktu luang, mencari teman ngobrol, atau mencari calon pasangan di pelaminan? Ketiga, terkait tujuan, buatlah filter versi Anda. Misalnya, jika ingin mencari pasangan sehidup semati, pikirkanlah matang-matang kriteria apa saja yang penting bagi Anda? Apakah latar belakang pendidikan? Bisa diandalkan? Jago memasak?
Keempat, batasi penggunaan. Penelitian di Australia menemukan bahwa semakin sering seseorang menggunakan aplikasi kencan online, semakin tinggi pula gejala depresi yang dialami. Kelima, dan yang terpenting untuk menjaga diri: kenali cara menjaga keamanan di dunia siber (cyber security). Antara lain: perhatikan dengan seksama foto dan profil calon teman kencan. Gunakan fitur pencarian untuk mencari nama dan fotonya, cek apakah ada informasi yang tidak sejalan. Bisa saja Anda menemukan foto yang sama digunakan untuk beberapa akun dengan nama yang berbeda. Jika itu terjadi, saatnya Anda curiga dan menjauh.
Mulai Komunikasi
Setelah persiapan diri cukup, saatnya memulai komunikasi. Gunakan prinsip-prinsip yang biasa Anda pakai dalam pergaulan dunia nyata. Pelajari profilnya, lalu tanyakan pertanyaan lanjutan dari fakta yang menarik bagi Anda. Hindari memulai pembicaraan hanya dengan ‘Halo, boleh kenalan gak?’, langsung saja: ‘Bagus sekali background fotomu, gimana rasanya naik gunung Rinjani?
Lindungi Data Diri
Pada profil aplikasi, tampilkan diri sejauh mana Anda biasanya terbuka pada orang asing di jalan. Misal: nama depan (tanpa nama keluarga), kota tempat tinggal (tanpa alamat detil), pekerjaan/profesi (tanpa perlu menyebutkan instansi, apalagi posisi spesifik). Jika pembicaraan berlanjut dan Anda ada niat serius, cek dulu sejauh mana orang tersebut bisa dipercaya, baru ceritakan diri Anda lebih dalam. Pastikan tidak berbagi informasi searah, tapi tanya juga informasi si dia untuk mengecek konsistensi dan kejujuran. Sebelum Anda benar-benar yakin, hindari memberikan nomor telepon, alamat rumah, nomor rekening, dan informasi pribadi lainnya.
Kapan kita tahu saat yang tepat untuk meningkatkan ke offline dating? Jika ada rasa tertarik (misalnya sudah seru mengobrol selama 3-7 hari), dan melihat konsistensi, sebaiknya segera ketemu di dunia nyata. Jangan lebih dari 3 minggu. Penelitian tahun 2015 di Amerika pada pengguna aplikasi kencan online menunjukkan bahwa 17-23 hari (2,5-3 minggu) dari pertama kali ngobrol dan bertemu merupakan jarak optimal.
Pertemuan tatap muka penting untuk verifikasi kesesuaian foto dan orang yang asli, selain itu, perlu juga cek kecocokan mengobrol di dunia nyata. Jika di layar cocok, tapi saat bertemu tidak cocok, maka bisa segera ambil keputusan untuk mengakhiri. Cara menarik diri bergantung pada alasan ketidakcocokan. Ada baiknya ungkapkan alasan dari sudut pandang kita secara jujur, misalnya: Aku rasa kita tidak cocok, aku sedang coba pendekatan dengan orang lain. Informasi seperti itu bisa diikuti dengan perilaku tidak membalas lagi pesan si (mantan) calon pasangan.
==========
Setelah membaca artikel di atas, apakah ada hal baru yang Anda pelajari? Semoga artikel ini berguna ya.. Jika ada pertanyaan mengenai hal ini, silakan tulis di kolom komentar.