Oleh: Noval Syafutra dan Jason

Biro Psikologi (Ropsi) merupakan unsur pelaksana utama yang berada dibawah Asisten SDM Kapolri; Ropsi bertugas menyelenggarakan kegiatan psikologi operasional kepolisian, psikologi personel, dan laboratorium psikologi serta hal yang berkaitan dengan profesi dan keilmuan psikologi.

Dalam Biro Psikologi Staf SDM Polri, terdapat empat bagian penting yang mendukung kinerja Biro Psikologi Staf SDM Polri, yaitu :

  1. Bagian Psikologi Kepolisian (Bagpsipol)
  2. Bagian Psikologi Personel (Bagpsipers)
  3. Bagian Laboratorium Psikologi (Baglabpsi)
  4. Bagian Urusan Tata Usaha (Bagurtu)

Gambar 1. Struktur Bagian Biro Psikologi Staf SDM Polri

Bagian Psikologi Kepolisian (Bagpsipol)

Dalam melaksanakan tugas, biro psikologi dibantu oleh salah satunya Bagpsipol (Bagian Psikologi Kepolisian). Bagian psikologi kepolisian bertugas menyelenggarakan kegiatan psikologi operasional kepolisian. Dalam melaksanakan tugas, Bagian psikologi kepolisian menyelenggarakan fungsi pelaksanaan kegiatan :

  1. Psikologi Keamanan (Psikam)
  2. Psikologi Kriminal (Psikrim)
  3. Psikologi Pelayanan Masyarakat (Psiyanmas)

Polisi dan Peran Mahasiswa

Kami (Noval dan Jason) menjalankan posisi dan peran yang berbeda sesuai dengan bag masing-masing yang terdapat pada Biro Psikologi Staf SDM Polri. Berikut merupakan posisi dan peran kami selama melaksanakan magang :

1. Bagian Urusan Tata Usaha

Kami berperan sebagai penerima surat dinas dari pihak luar maupun Biro Psikologi untuk diproses sebelum dilanjutkan kepada atasan.

2. Bagian Psikologi Kepolisian

Kami berperan sebagai asisten psikolog Polri dalam membuat Analisis Psikologi Sosial (Ansos). Selain itu, kami juga membantu Psikolog Polri dalam menginvestigasi pelaku kejahatan atau tersangka kasus kriminal serta membuat materi pembelajaran untuk Akpol.

3. Bagian Psikologi Personel

Kami berperan sebagai tester dalam tes psikologi Senpi dan juga tes psikologi keperluan konsul. Kami juga bertugas mengkoreksi Lembar Jawaban Komputer peserta tes untuk dianalisis oleh Psikolog serta mengerjakan administrasi terhadap hasil tes Psikologi.

4. Bagian Laboratorium Psikologi

Kami berperan sebagai pembuat item soal kecerdasan untuk keperluan tes Akpol/Bintara. Kami juga membantu Kepala Baglabpsi dalam menerjemahkan Manual dari Thematic Apperception Test (TAT) dan mengetik ulang instruksi tes psikologi serta merekap data-data Polda yang mengisi “Survei Efektivitas Alat Ukur Psikologi”.

Kesesuaian dengan Learning Plan

Kegiatan magang yang dilakukan di Biro Psikologi Staf SDM Polri dilaksanakan selama empat bulan yakni dari 1 September – 31 Desember 2021, banyak sekali manfaat dan pembelajaran baru bagi kami mahasiswa psikologi serta mempersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Secara garis besar dapat disimpulkan kegiatan kami sebagai berikut :

  1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa psikologi terutama di bidang pekerjaan yang menyangkut pelayanan psikologi.
  2. Selain hardskill, kegiatan ini juga melatih softskill kami seperti Digital and Technologoy fluency; Critical and Creative thinking; Apply management skilss; Growth mindset; Initiative; Adaptability. (1) Digital and Technology Fluency : Beberapa tugas kami selama magang di Biro Psikologi Staf SDM Polri mewajibkan kami untuk menggunakan teknologi digital seperti laptop serta software-software seperti microsoft excel dan powerpoint dalam Adapun tugas yang melatih softskill ini meliputi : Menginput data agenda; menginput data hasil wawancara; Mencari fakta-fakta pendukung latar belakang fenomena melalui internet; Membuat powerpoint untuk presentasi; Menyusun bahan pembelajaran; Mengoreksi Lembar Jawaban Komputer Senjata api di scan terlebih dahulu dengan menggunakan capture perfect, lalu dibaca menggunakan software testread dan dikoreksi jawabannya dengan software senpix5; Membuat dan menerbitkan Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Psikologi Senjata Api (SKHPP Senpi); Membuat item soal kecerdasan. (2) Critical and Creative Thinking : Adapun tugas-tugas yang memerlukan critical dan creative thinking yaitu : Membuat analisis psikologi sosial; Membuat item soal tes kecerdasan; Menyusun bahan pembelajaran untuk keperluan Akpol dimana dari kegiatan-kegiatan tersebut kami dituntut untuk berfikir kreatif, kritis serta berpengetahuan luas. (3) Apply Management Skills : Beberapa pekerjaan yang ditugaskan kepada kami dari atasan akan mempunyai tenggat waktu tertentu seperti analisis psikologi sosial, mengetik ulang instruksi tes psikologi, merekap data survey, membuat powerpoint dan membuat item soal tes kecerdasan. Oleh karena itu, kami harus bisa mengelola serta mengatur waktu agar tugas tersebut dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan benar. (4) Growth Mindset : Kami juga melatih jenis softskill ini dengan cara selalu mempelajari ilmu baru yang kelak dapat berguna dan bermanfaat dalam mendukung dunia pekerjaan nantinya. Hal baru yang kami pelajari seperti mempelajari alat tes baru (Army Alpha, TIU5, Kraeplin) serta instruksi tes Adapun juga pengalaman baru seperti menjadi seorang tester dan memberikan instruksi tes psikologi, Mengoreksi Lembar Jawaban Komputer (LJK) Senjata api, Ikut serta dalam penerimaan seleksi. (5) Initiative : Softskill inisiatif ini terlihat dari sikap kemauan kami yang berani bertanggung jawab dan menghadapi tantangan dari setiap pekerjaan yang diserahkan kepada Seperti kami mengajukan diri untuk menginstruksikan setiap tes senjata api dan tes konseling bagi calon Anggota Polri. (6) Adaptability : Selama 4 bulan magang di Biro Psikologi Staf SDM Polri, kami ditugaskan ke dalam 4 bagian yang dimana setiap bulannya kami akan bertemu dengan atasan-atasan serta tugas-tugas yang Meskipun mengalami tiga kali pergantian bagian, kami mampu beradaptasi dengan baik sehingga kami tidak kesulitan baik dalam bersosialisasi maupun dalam menyelesaikan tugas.
  1. Mendapatkan ilmu baru seperti cara menginstruksikan tes senpi, wartegg, DAM, BAUM, PAPI, HTP, kecermatan, dimana hal tersebut tidak pernah kami pelajari sebelumnya
  2. Mahasiswa magang mengetahui berbagai pelayanan psikologi seperti rekrutmen, tes psikologi, wawancara, pembentukan, pembinaan, pendampingan, pemulihan, dan pembekalan yang diberikan oleh Biro Psikologi kepada personel Polri, Keluarga Polri, dan Masyarakat umum.
  3. Mahasiswa magang mengetahui proses awal tes psikologi sampai dengan proses
  4. Mahasiswa magang dapat mengiplementasikan pengetahuan selama masa perkuliahan saat menjalankan magang, Seperti :
    • Analisis Psikologi Dalam pembuatan ansos ini kami diharuskan mencari teori psikologi sosial untuk menganalisis dari suatu fenomena yang terjadi. Lalu kami mencari fakta pendukung untuk bisa menganalisis fenomena yang terjadi dan membuat kesimpulan dari yang sedang kami analisis. Hal ini sudah sering kami lakukan dalam masa perkuliahan yaitu dari mata kuliah Logic and Scientific Writing, Social Psychology & Introduction to Psychological Intervention.
    • Pengetahuan mengenai Alat tes Psikologi. Selama masa perkuliahan, kami mendapatkan matkul Psikodiagnostik dimana kami mempelajari berbagai macam alat tes psikologi. Ilmu yang kami dapatkan tersebut dapat kami implementasikan ketika kami dihadapkan dengan alat tes psikologi selama menginstruksikan tes senpi.
    • Menganalisa tersangka (TSK). Dalam masa perkuliahan kami mempelajari macam-macam gangguan psikologis di mata kuliah Klinis. Ilmu yang sudah kami pelajari di mata kuliah ini berguna bagi kami untuk melihat gejala atau gangguan psikologis terhadap kasus kriminal yang dilakukan oleh tersangka pembunuhan, kekerasan,
    • Membuat item soal Dalam perkuliahan, kami sudah mendapatkan matkul Psychological Test Construction dimana kami mempelajari bagaimana mengkonstruksi sebuah alat tes sehingga dalam tugas ini kami sangat terbantu dengan pengetahuan yang dimiliki.
    • Merekap data survey, menginput data kedalam excel. Kedua tugas tersebut berhubungan dengan data-data dimana kami harus menggunakan software seperti microsoft excel dalam mengerjakannya. Tugas ini juga dapat kami lakukan dengan cukup mudah karena kami sudah mempelajari statistika di semester satu sewaktu kuliah.

Project

Analisis Psikologi Sosial merupakan suatu tolak ukur bagi pimpinan untuk pimpinan untuk membuat intervensi berupa kebijakan atau peraturan baru di lingkungan Polri maupun Kehidupan Sosial di Masyarakat. Dalam analisis sosial terdapat sub-bab yang dibahas yaitu Permasalahan, Fakta-fakta pendukung, Tinjauan teori, Analisis Psikologis, Kesimpulan, Saran bagi Polri & dan saran bagi masyarakat serta pihak yang terkait. Dari hasil analisis tersebut, pimpinan dan para psikolog serta bagian-bagian yang bersangkutan akan melakukan rapat untuk membahas hasil dari analisis psikologi sosial tersebut.

Salah satu fenomena yang dianalisis oleh penulis dalam project Analisis Psikologi Sosial yaitu Peningkatan tindak kekerasan terhadap anak dan juga tindak kriminalitas di masa pandemi tentunya mengganggu kondisi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas). Polri sebagai pemegang fungsi pemeliharaan keamanan dan pelayan masyarakat tentunya dapat mengambil peran penting dalam upaya strategis guna mengantisipasi terjadinya tindak kekerasan dan kriminalitas yang mungkin terjadi akibat adanya perubahan sistem pembelajaran secara online ini. Hal ini menjadi salah satu wujud dukungan Polri guna mendukung perlindungan anak.

Data dari berbagai pihak menunjukkan kekerasan anak di beberapa daerah meningkat tajam selama pandemi Covid-19. Sebagai salah satu contoh, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Nusa Tenggara Barat menunjukkan kekerasan terhadap anak di Provinsi tersebut meningkat 12 persen selama pandemi Covid-19. Sementara itu, Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menemukan kekerasan terhadap anak mencapai 5.697 kasus dengan 5.315 korban sepanjang 1 Januari 2020 hingga 23 September 2020.

Data tersebut memberikan gambaran kondisi pandemi berdampak pada anak. Kasus pada klaster keluarga dan pengasuhan alternatif paling tinggi, memberikan gambaran dampak kondisi orang tua yang berkonflik berefek domino kepada anak. Mayoritas anak mengalami kekerasan selama belajar daring di rumah. Keterbatasan ekonomi keluarga untuk membiaya pembelajaran daring anak menjadi salah satu sebab orang tua lebih mudah terpancing amarahnya saat anak tidak mampu menguasai proses pembelajaran jarak jauh di rumah. Perlu upaya strategis dalam menguatkan fungsi dan peran keluarga dalam proses pendampingan anak selama berkegiatan di rumah. Kapasitas keluarga perlu diperkuat terutama fungsi keluarga dalam mendampingi anak selama pandemi Covid-19.

Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini mencoba untuk memaparkan tinjauan psikologis terkait dukungan sosial bencana di era pandemi Covid-19 dan peran Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat :

  1. Bagaimana tinjauan teori psikologi mengenai peningkatan angka kekerasan terhadap anak akibat pemberlakuan sistem pembelajaran secara daring?
  2. Upaya psikologis apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap anak selama belajar daring?
  3. Bagaimana peran Polri dalam meminimalisir tindak kekerasan terhadap anak oleh orang tua akibat perubahan sistem pembelajaran daring?

Dalam proses pembuatan analisis psikologi sosial, kami dibimbing oleh Psikolog Biro Psikologi Staf SDM Polri yang bertanggung jawab atas topik analisis psikologi sosial yaitu Ibu Elga Oktavia, M.Psi., Psikolog. Analisis psikologi sosial ini dimulai pada bulan Oktober hingga selesai pada awal bulan Desember. Dalam proses pembuatan analisis psikologi sosial ini, segala informasi dan teori yang kami tulis dalam analisis psikologi sosial selalu kami diskusikan bersama Ibu Elga Oktavia serta menerima saran dari beliau.

Penuntasan Tugas dan Penanganan Masalah

Seluruh tugas yang diberikan kepada kami dapat kami selesaikan dengan baik. Akan tetapi, kami juga beberapa kali menghadapi kendala dalam mengerjakan kendala tersebut. Adapun kendala yang kami hadapi yaitu :

Kesulitan saat mengkoreksi Lembar Jawaban Komputer Senpi. Kami kesulitan dalam hal ini disebabkan proses yang cukup rumit dan panjang dalam mengoperasikan scanner maupun software sehingga kami sempat beberapa kali kebingungan mengenai urutan yang harus dilakukan. Untuk menangani kesulitan ini, kami meminta bantuan kepada atasan yang biasanya bertanggung jawab atas tugas tersebut dan mencatat langkah-langkah nya satu per satu. Setiap kami harus melakukan tugas mengkoreksi Lembar Jawaban Komputer, kami akan merujuk kepada catatan yang telah dibuat. Setelah mengerjakan tugas tersebut beberapa kali, kesulitan ini berhasil kami tangani.

Kesulitan kedua yang kami hadapi yaitu saat mengkoreksi tes Kraeplin. Hal ini dikarenakan kami tidak pernah mengkoreksi tes tersebut sama sekali dan tugas tersebut harus diselesaikan dengan cepat saat itu juga karena hasilnya dibutuhkan oleh psikolog untuk dianalisis segera. Meskipun kami diajarkan sekali oleh psikolog di tempat, kami tetap sempat kebingungan beberapa kali ketika menemukan lembar tes yang aneh atau yang dikerjakan tidak sesuai instruksi. Cara kami dalam mengatasi masalah tersebut yaitu dengan bertanya kepada psikolog tentang apa yang harus dilakukan dengan lembar tes tersebut.

Kesulitan yang terakhir tidak berkaitan dengan tugas, akan tetapi mengenai relasi dengan rekan magang lain yang sama-sama bertugas di Biro Psikologi SSDM Polri. Ini disebabkan dari banyaknya mahasiswa magang di Biro Psikologi, hanya kami berempat yang berasal dari Universitas Bina Nusantara sementara lainnya berasal dari Universitas lain. Pada awalnya, kami juga tidak banyak berinteraksi dengan mereka karena perbedaan hari magang serta perbedaan bagian. Akan tetapi, dalam mengatasi masalah tersebut, kami membuat sebuah grup WA yang berisikan mahasiswa magang Biro Psikologi Staf SDM Polri.

Kesimpulan

Peningkatan angka kekerasan terhadap anak akibat pemberlakuan sistem pembelajaran secara daring terjadi sebagai salah satu bentuk reaksi frustasi yang dialami oleh orangtua ketika mendampingi dan mengawasi anak-anak belajar. Frustasi pada orang tua dapat disebabkan oleh faktor internal berupa ketidakmampuan orang tua dalam membantu anak dalam belajar baik dalam menyiapkan fasilitas maupun dalam membantu anak dalam belajar. Faktor eksternal yang semakin membuat orang tua merasa frustasi adalah kondisi pandemi yang mempengaruhi kondisi perekonomian keluarga sehingga memaksa orang tua harus mampu beradaptasi dengan budaya belajar dengan daring (culture shock), meningkatnya kebutuhan belajar anak dengan biaya penggunaan kuota internet dan kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan pihak sekolah.

Polri sebagai institusi penegak hukum di Indonesia akan menjadi salah satu pihak yang memegang peran penting dalam upaya pencegahan terjadinya tindak kekerasan terhadap anak. Sosialisasi, edukasi, dan penegakan hukum yang tepat terhadap kasus yang melibatkan kekerasan terhadap anak diharapkan mampu menekan angka tindak kekerasan terhadap anak.