Pada hari Kamis tanggal 18 November 2021, penulis diundang untuk menjadi narasumber pada kegiatan rutin Peningkatan Kompetensi Pegawai (PKP) dengan tema “How to Overcome Burnout and Keep Motivated“. Acara ini diselenggarakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan diikuti oleh pejabat dan pegawai Sekretariat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai secara daring melalui media Zoom. Pada kegiatan ini Pingkan Rumondor (Psikolog dan Dosen Universitas Bina Nusantara) menjadi narasumber utama dan memaparkan materi seputar burnout dan motivasi kerja.


Acara inti dibuka oleh Bapak Robi Toni selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memberikan
opening keynote speech. Dari keynote speech yang disampaikan oleh Bapak Robi, penulis mencatat beberapa hal penting mengenai kondisi pandemi yang menciptakan terjadinya banyak perubahan, salah satunya perubahan pada sistem bekerja yang membuat pegawai harus melakukan banyak penyesuaian baik di rumah maupun di kantor. Jam kerja pegawai menjadi lebih panjang, dan batasan antara waktu bekerja dan waktu beristirahat di rumah yang semakin sulit untuk dibedakan. Pekerjaan yang tidak terputus dan mengikuti sampai di rumah sehingga tercipta budaya kesibukan tiada henti ini dapat meningkatkan potensi munculnya burnout, dan membuat pegawai kurang maksimal dalam bekerja. Sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Bapak Robi Toni mengatakan bahwa sesuai dengan evaluasi yang dilakukan di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, terdapat banyak tekanan yang dirasakan oleh para pegawai. Indeks Kerja Utama (IKU) yang tetap sama, menuntut para pegawai untuk bekerja secara optimal, dengan situasi yang berubah-ubah ini mampu meningkatkan derajat stres atau tekanan pekerjaan bagi pegawai. Bapak Robi Toni juga memaparkan alasan memilih tema “How to Overcome Burnout and Keep Motivated“, agar para pegawai dapat menghadapi kondisi yang berubah-ubah ini dengan baik, tetap bekerja secara optimal dan produktif di manapun pegawai bekerja, mampu mengatasi burnout dengan baik,Kegiatan ini dibuka oleh Ibu Jessi Panjaitan (pegawai pada Bagian Pengelolaan BMN Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai). Ibu Jessi Panjaitan membuka acara dengan memperkenalkan diri sebagai moderator webinar “How to Overcome Burnout and Keep Motivated” dan menampilkan video opening. Selanjutnya pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh Bapak Munir, perwakilan dari Sekretariat Jenderal Direktorat Bea dan Cukai, pemaparan video mars Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dilanjutkan dengan pembacaan sikap dasar pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

sehingga berdampak pada kinerja unit yang tetap terjaga. Setelah sesi keynote speech oleh Bapak Robi Toni, dilanjutkan dengan sesi foto bersama yang dipandu oleh moderator, dan penampilan video spesial persembahan dari Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara.

Dalam sesi pemaparan, penulis berharap peserta mengenal lebih dalam mengenai burnout. Penulis memberikan gambaran contoh kasus individu yang mengalami burnout. Contoh individu bernama “Sita” yang merasa kewalahan untuk mengejar target pekerjaan, kinerja yang menurun, tidak menikmati pekerjaannya, dan merasa kehilangan semangat untuk bekerja. Meskipun saat menjadi pegawai baru, Sita memiliki visi misi pribadi yang membuatnya semangat untuk bekerja, dan ingin menjadi abdi negara yang dapat berjasa bagi instansi. Sita yang keteteran mengurus pekerjaannya, ditegur oleh atasan karena kinerja yang kurang baik, dan tetap harus  mendampingi anak di rumah mengikuti proses sekolah daring, merupakan sebuah gambaran nyata fenomena burnout yang sering ditemukan sehari-hari. Burnout adalah gejala psikologis yang muncul akibat terpapar pada stressor interpersonal kronis di tempat kerja. Burnout pertama kali ditemukan pada pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, seperti perawat, dokter, pemadam kebakaran, dan lain-lain. Salah satu sumber tekanan yang dirasakan oleh individu yang mengalami burnout adalah ketika mereka harus berhadapan dan berkomunikasi dengan orang lain.

Penulis juga memaparkan dimensi-dimensi burnout: Rasa kelelahan, sinis dan menjauh dari pekerjaan, tidak efektif dan kurang berprestasi di pekerjaan (Maslach & Jackson, 1981). Bila individu mengalami burnout, besar kemungkinan yang terdampak bukan hanya individu tersebut sendiri, namun juga keseluruhan tim. Maka penting sekali untuk mengenali dan mengatasi gejala-gejala burnout. Terdapat sesi sharing pengalaman mengalami burnout via Padlet, di mana peserta dapat mengirimkan pesan secara anonim.

Kemudian, penulis menjelaskan gejala-gejala dari masing-masing dimensi burnout, seperti dimensi kelelahan yang termanifestasi menjadi rasa lelah yang kronis, sulit tidur, sulit untuk berkonsentrasi, kecemasan, depresi, dan lain-lain. Dimensi sinis dan menjauh dari pekerjaan yang membuat individu menjadi kehilangan kesenangan dalam bekerja, pesimis, mengisolasi diri, dan melepaskan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Dimensi tidak efektif dan kurang berprestasi di pekerjaan, yang membuat pekerja merasa apatis dan putus asa, mudah tersinggung, tidak produktif dan menurunnya prestasi kerja. Selain dimensi-dimensi dan gejala-gejala dari burnout, bagaimana cara mengatasi burnout juga disinggung pada webinar ini.

Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengenali gejala burnout yang dirasakan pada diri sendiri, mengetahui sumber dari perasaan burnout tersebut, memberikan reward kepada diri sendiri bila sudah menyelesaikan suatu pekerjaan, menentukan batasan yang tegas antara waktu bekerja dan waktu beristirahat, dan berdiskusi dengan rekan kerja yang kita percayai serta jangan sungkan untuk meminta bantuannya atau atasan kita. Penulis menyarankan peserta untuk meregulasi emosi diri terlebih dahulu sebelum menyampaikan kesulitan kepada rekan kerja atau atasan dengan mengatur napas, sehingga lebih tenang dan siap untuk menyampaikannya. Penulis juga memberikan insight mengenai penyampaian yang tepat kepada atasan kerja kita dengan menggunakan tekni ‘I-message’.

Pada akhir presentasi, penulis menyarankan peserta untuk meminta bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater, bila membutuhkan. Salah satu cara mendapatkan bantuan profesional dengan harga terjangkau ialah dengan mendatangi Puskesmas terdekat. Oleh karena itu, penulis memberikan informasi puskesmas-puskesmas sekitar yang menyediakan jasa psikolog klinis yang didapatkan dari group Ikatan Psikolog Klinis –  Jakarta.

Di akhir acara, Bapak Iwan Setiaboedhi selaku Kepala Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara memberikan closing statement. Bapak Iwan Setiaboedhi menyampaikan rasa terima kasih terhadap narasumber yang telah memaparkan materi mengenai burnout dan memberikan inspirasi untuk tetap termotivasi bekerja selama pandemi. Bapak Iwan Setiaboedhi juga berharap meteri yang telah dipaparkan hari ini dapat diterapkan oleh pegawai di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Di akhir acara, penulis memilih salah satu peserta dengan pertanyaan terbaik yang akan diberikan hadiah oleh pihak Sekretariat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pengalaman menjadi narasumber ini membuat penulis menyadari bahwa semakin banyak instansi yang peduli dengan kesehatan mental karyawan. Bagaimana dengan instansi tempat Anda bekerja? Apakah sudah mulai tumbuh kepedulian mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental karyawan?

 

Referensi:

Maslach, C. & Jackson, S. E. (1981). The measurement of experienced burnout. Journal Of Occupational Behaviour, 2, 99-113.

Penulis: Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi., Psikolog, dosen psikologi klinis di Universitas Bina Nusantara, mahasiswa S3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan praktisi EMDR.