Siapakah yang tidak pernah marah? Marah merupakan sebuah emosi yang wajar dialami oleh semua orang di seluruh belahan dunia. Marah sendiri diasosiasikan negatif. Hal ini tidak salah mengingat marah adalah salah satu bentuk emosi negatif. Ekspresi marah secara verbal maupun di wajah diindentifikasikan sama pada semua budaya. Marah dapat didefinisikan sebagai kondisi kehilangan tujuan yang dirasakan, yang dapat dicegah jika hambatan diatasi, dan berkaitan dengan penalaran heuristik, peningkatan aktivitas fisiologis, dan aktivitas perilaku.  Marah dapat disebabkan oleh situasi sosial dan situasi non sosial. Pada situasi sosial, marah terjadi karena adanya persepsi ketidakadilan yang dilakukan orang lain, sedangkan pada situasi non sosial, marah terjadi karena adanya hambatan untuk mencapai tujuan.

Konsekuensi yang terjadi ketika marah adalah terjadinya ‘kesiapan untuk bertindak’. Pikiran terarahkan untuk mampu berespon secara cepat untuk mencapai tujuan atau menghilangkan hambatan untuk mencapai tujuan. Secara kognitif, kemarahan juga berdampak pada pemrosesan informasi, yaitu mendorong gaya berpikir yang heuristik (berpikir secara pintas untuk membuat penilaian secara cepat dan efisien).

Secara fisik, marah berkaitan dengan sistem kardiovaskular. Marah berasosiasi dengan meningkatnya denyut jantung, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, resistensi perifer total, aktivitas elektrodermal,  level konduktansi kulit, dan aktivitas pernafasan.

Marah dapat berdampak pada hubungan interpersonal. Hal ini tergantung pada persepsi orang lain dalam menangkap ekspresi marah dan bagaimana relasi mereka dengan orang yang marah. Ekspresi marah dapat menimbulkan penolakan dari orang lain dan juga dukungan. Mendorong orang lain untuk mengikuti, menunjukkan power.

 

Referensi

Lench, H. C., Tibbett, T. P., & Bench, S. W. (2016). Exploring the toolkit of emotion: What do sadness and anger do for us? Social and Personality Psychology Compass, 10(1), 11–25. https://doi.org/10.1111/spc3.12229