Artikel ini ditulis oleh Helena Grace – 2201771791

 

Grouping siswa di kelas dapat dilakukan secara heterogeneous dan homogenous. Heterogeneous groups terdiri dari siswa-siswa yang karakteristiknya berbeda-beda. Karakteristik meliputi prestasi, ras, latar belakang sosial, dan masih banyak lagi. Huss (2006) berpendapat bahwa heterogeneous groups sebaiknya terdiri dari satu siswa dengan prestasi tinggi, dua siswa dengan kemampuan rata-rata, dan satu siswa dengan kemampuan rendah. Kagan (2013, dalam Wyman & Watson, 2020) juga memiliki pendapat yang sama dan menganjurkan heterogeneous groups terdiri dari satu siswa dengan prestasi tinggi, satu siswa dengan prestasi menengah rendah, satu siswa dengan prestasi menengah tinggi, dan satu siswa dengan prestasi rendah. Menurut Wyman & Watson (2020), konsep dari heterogeneous groups adalah siswa dengan prestasi tinggi dapat memberikan bimbingan kepada siswa dengan prestasi rendah, dan dengan memberikan penjelasan kepada siswa dengan prestasi rendah, siswa dengan prestasi tinggi dapat menjadi lebih mengerti pembelajarannya sendiri, serta memperdalam dan memperkuat pengertiannya terhadap materi pembelajaran. Pengelompokan tipe ini sudah banyak dipakai oleh pengajar, dengan harapan bahwa siswa kemampuan rendah akan mengalami peningkatan prestasi karena mendapatkan bantuan dari anggota kelompoknya.

 

Homogeneous groups terdiri dari siswa-siswa yang karakteristiknya mirip. Dalam homogeneous groups, persamaan antar siswa menjadi dasar dari kelompok. Menurut Nhan & Nhan (2019), biasanya data performa akademis siswa seperti skor, nilai, hasil, dan perilaku, digunakan oleh pengajar untuk melakukan pengelompokan siswa secara homogeneous. Pengelompokan tipe ini kerap dipakai dengan harapan bahwa siswa dengan kemampuan tinggi tidak akan merasa bosan dengan tantangan yang diterima di kelompoknya, karena tantangan yang diterima akan sesuai dengan tingkat kemampuannya. Karena dalam heterogeneous groups, siswa dengan kemampuan tinggi akan mendapatkan topik yang tidak terlalu sulit baginya, dan ia juga harus memberikan bimbingan kepada anggota kelompoknya yang membutuhkan. Selain itu, pengelompokan tipe ini juga dipakai agar siswa dengan kemampuan rendah tidak merasa inferior dibandingkan dengan temannya. Homogeneous grouping juga memungkinan pengajar untuk menyesuaikan pembelajaran untuk tiap kelompok mahasiswa. Saat ini sudah terdapat cukup banyak riset yang membandingkan efektivitas penggunaan kedua tipe grouping ini sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi siswa.

Baer (2003) melakukan riset untuk melihat pengaruh grouping secara heterogeneous dan homogenous terhadap prestasi mahasiswa dalam mata kuliah psikologi edukasi. Sampel riset ini adalah 137 mahasiswa. 69 mahasiswa dikelompokkan secara heterogeneous (berdasarkan prestasi) dan 68 mahasiswa dikelompokkan secara homogeneous. Setelah kelompok ditentukan, empat siswa mengundurkan diri dari mata kuliah. Kelompok heterogeneous terdiri dari satu siswa dengan prestasi rendah, satu siswa dengan prestasi rata-rata, satu siswa dengan prestasi tinggi, dan satu siswa dari kelompok level prestasi mana saja apabila kelompok tersebut terdiri dari empat siswa. Kuis yang dikerjakan oleh siswa di awal menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai yang signifikan antara kedua kelompok. Namun ujian tengah semester dan akhir semester menunjukkan bahwa nilai homogeneous group lebih unggul daripada heterogeneous group. Baer (2003) melaporkan bahwa nilai siswa dengan prestasi rendah yang dikelompokkan secara heterogeneous dan homogenous tidak berbeda, tetapi homogeneous groups menguntungkan bagi siswa dengan prestasi tinggi dan rata-rata.

Riset Adodo & Agbayewa (2011) juga melaporkan bahwa homogeneous groups lebih unggul untuk peningkatan prestasi siswa dibandingkan heterogeneous group. Adodo & Agbayewa (2011) melakukan riset untuk melihat pengaruh grouping secara heterogeneous dan homogeneous terhadap perilaku, minat, dan prestasi siswa dalam integrated science. Sampel riset ini adalah 60 siswa kelas 3 SMP dari dua sekolah di Nigeria. Siswa dipisah ke dalam tiga tingkat kemampuan yaitu rendah, rata-rata, dan tinggi. Siswa di sekolah A dikelompokkan secara homogeneous, siswa di sekolah B dikelompokkan secara heterogeneous, dan semua siswa diberikan pre-test. Setelah pembelajaran berjalan selama enam minggu, siswa diberikan post-test.  Di akhir riset, ditemukan bahwa siswa yang dikelompokkan secara homogeneous mengalami peningkatan prestasi yang lebih baik. Menurut Adodo & Agbayewa (2011), homogeneous grouping memberikan siswa rasa nyaman untuk bekerja bersama kelompoknya dan kesempatan untuk menentukan laju pembelajarannya sendiri, dan pengajar juga dapat menyesuaikan instruksi dengan kemampuan siswanya.

Sebaliknya, terdapat banyak juga riset yang melaporkan bahwa heterogeneous groups lebih efektif untuk meningkatkan prestasi siswa. Riset yang dilakukan oleh Heltemes (2009) membahas pengaruh grouping terhadap prestasi dan motivasi siswa. Sampel riset ini adalah siswa SMP kelas tujuh. Siswa-siswa ini dipisah ke dalam empat kelas. Dua kelas melakukan pengelompokkan secara heterogeneous dan dua kelas melakukan pengelompokkan secara homogeneous. Siswa dikategorikan ke dalam tiga level kemampuan yaitu siswa dengan level kemampuan rendah, siswa dengan kemampuan rata-rata, dan siswa dengan kemampuan tinggi. Prestasi siswa diukur berdasarkan observasi pengajar dan ujian yang diberikan kepada siswa sebelum  grouping dan setelah grouping. Berdasarkan data observasi pengajar, ditemukan bahwa pengelompokkan secara heterogeneous lebih mendukung peningkatan prestasi siswa. Hasil ujian juga menunjukkan bahwa siswa yang dikelompokkan secara heterogeneous mengalami peningkatan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang dikelompokkan secara homogenous. Heltemes (2009) melaporkan bahwa heterogeneous groups meningkatkan prestasi semua kelompok level kemampuan, sementara homogeneous groups hanya meningkatkan prestasi kelompok siswa dengan kemampuan tinggi dan menurunkan prestasi siswa dengan kemampuan rendah dan rata-rata. Pengelompokkan secara heterogeneous paling menguntungkan bagi siswa dengan kemampuan rendah, dan pengelompokkan secara homogenous hanya menguntungkan siswa dengan kemampuan tinggi (Heltemens, 2009).

Zamani (2016) melakukan riset untuk melihat pengaruh homogeneous dan heterogeneous grouping terhadap kemampuan menulis siswa kelas Bahasa Inggris di Iran. 66 siswa dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu heterogeneous group, homogeneous group tingkat rendah, dan homogeneous group tingkat tinggi. Di awal riset, siswa diberikan ujian menulis sebagai pre-test, dan setelah 10 sesi kelas, siswa kembali diberikan ujian menulis sebagai post-test. Riset ini menemukan bahwa siswa dengan kemampuan rendah yang dikelompokkan secara heterogeneous mengalami peningkatan prestasi yang lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan rendah yang dikelompokkan secara homogeneous. Sebaliknya, peningkatan

kemampuan siswa dengan kemampuan tinggi yang dikelompokkan secara homogeneous lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan tinggi yang dikelompokkan secara heterogeneous.

Kesimpulan

Heterogeneous dan homogenous merupakan dua cara untuk melakukan grouping terhadap siswa di kelas. Dalam pengelompokkan secara heterogeneous, siswa dengan beragam karakteristik disatukan ke dalam satu kelompok. Heterogeneous groups biasanya terdiri dari siswa dengan kemampuan tinggi, siswa dengan kemampuan rata-rata dan siswa dengan kemampuan rendah. Dengan begitu, siswa dengan kemampuan tinggi dapat membantu siswa dengan kemampuan rendah dalam pembelajaran atau pengerjaan tugas. Dalam pengelompokkan homogenous, siswa dengan karakteristik yang mirip atau sama disatukan ke dalam satu kelompok. Homogeneous groups digunakan agar siswa dengan kemampuan tinggi merasa terpacu dengan pembelajaran dan siswa dengan kemampuan rendah tidak merasa lebih kecil dibanding siswa dengan kemampuan tinggi. Perdebatan antara efektifitas kedua tipe grouping ini dalam meningkatkan prestasi siswa menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Ada riset yang mengunggulkan heterogeneous grouping, dan ada juga riset  yang mengunggulkan homogeneous grouping. Salah satu kesimpulan yang ditemukan di beberapa riset adalah, heterogeneous groups paling bermanfaat bagi siswa dengan kemampuan rendah dan homogeneous groups paling bermanfaat bagi siswa dengan kemampuan tinggi. Hal ini dikarenakan dalam heterogeneous groups siswa dengan kemampuan rendah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari siswa dengan kemampuan tinggi, dan dalam homogeneous groups pengajar dapat menyesuaikan pembelajaran dengan tingkat kemampuan siswa, sehingga siswa dengan kemampuan tinggi akan selalu merasa tertantang dan terpacu dengan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa homogeneous groups dan heterogeneous groups efektif untuk meningkatkan prestasi siswa, namun kedua tipe ini mempengaruhi kelompok level kemampuan yang berbeda.

 

 

 

 

 

 

 

 

Referensi

Adodo, S. O., & Agbayewa, J. O. (2011). Effect of homogenous and heterogeneous ability grouping class teaching on students interest, attitude and achievement in integrated science. International Journal of Psychology and Counselling, 3(3), 48-54.

Baer, J. (2003). Grouping and achievement in cooperative learning. College teaching, 51(4), 169-175.

Huss, J. A. (2006). Gifted education and cooperative learning: A miss or a match?. Gifted child today, 29(4), 19-23.

Heltemes, L. (2009). Social and academic advantages and disadvantages of within-class heterogeneous and homogeneous ability grouping.

Nhan, H., & Nhan, T. A. (2019). Different grouping strategies for cooperative learning in English majored seniors and juniors at Can Tho University, Vietnam. Education Sciences, 9(1), 59.

Wyman, P. J., & Watson, S. B. (2020). Academic achievement with cooperative learning using homogeneous and heterogeneous groups. School Science and Mathematics, 120(6), 356-363.

Zamani, M. (2016). Cooperative learning: Homogeneous and heterogeneous grouping of Iranian EFL learners in a writing context. Cogent Education, 3(1), 1149959.