Artikel ini ditulis oleh Felycia Renika Noriana – 2201733553

Sebagai salah satu aspek yang penting bagi keberlangsungan hidup manusia, pendidikan yang diwujudkan melalui suatu proses pembelajaran memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri seseorang (Alpian et al., 2019). Oleh karena itulah, metode yang digunakan dalam menjalankan proses pembelajaran tersebut juga menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan untuk dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh seseorang. Dalam suatu proses pembelajaran yang terdiri atas siswa dengan beragam karakter dan kebutuhan yang berbeda-beda pula, tentunya dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan guna dapat memaksimalkan potensi siswa dan efektivitas dari proses pembelajaran tersebut. Terkait hal ini, Differentiated Instruction (DI) dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran yang tepat, karena sebagaimana yang dijelaskan oleh Tomlinson dalam Subban (2006), Differentiated Instruction (DI) dapat menyediakan metode atau cara pembelajaran yang dapat membantu mengembangkan potensi setiap siswa dengan karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-berbeda secara efektif.

Pada proses pembelajaran dalam penerapan Differentiated Instruction (DI), seorang pengajar memiliki peran dalam memaksimalkan potensi belajar yang dimiliki setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka yang berbeda-beda berdasarkan pada readiness (tingkat kesiapan), interest (minat), dan learning profile (profil belajar) mereka (Tomlinson dalam Subban 2006). Berkaitan dengan hal tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Butler dan Lowe (2010), seorang pengajar memiliki tugas dalam menyusun variasi strategi pembelajaran guna dapat membantu siswa untuk memaksimalkan potensi mereka sesuai dengan kebutuhan yang mereka miliki. Tugas menyusun variasi strategi pembelajaran pada Differentiated Instruction (DI) tersebut dapat dilakukan pengajar secara efektif berdasarkan beberapa cara pembelajaran, salah satu diantaranya adalah pembelajaran yang berdasarkan pada guru (teacher-based learning) melalui kurikulum, konten, proses, produk (hal yang guru harapkan dapat dipelajari oleh siswa), dan perbedaan yang dimiliki setiap siswa (Good dalam Butler dan Lowe, 2010). Terkait dengan hal tersebut, Andini (2016) juga menjelaskan bahwa seorang pengajar memiliki peran dalam memberikan pembelajaran melalui modifikasi kurikulum yang didasarkan pada kebutuhan yang dimiliki setiap siswa, yang juga berdasarkan pada beberapa aspek seperti konten, proses, dan produk sebagai evaluasi. Oleh karenanya, berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran pada penerapan Differentiated Instruction (DI), seorang pengajar memiliki peran dalam memaksimalkan potensi setiap siswa berdasarkan pada kebutuhan mereka masing-masing terkait dengan tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar mereka, yang dapat dilakukan melalui proses modifikasi kurikulum berdasarkan pada aspek konten, proses, dan produk.

  

Berkaitan dengan penjelasan-penjelasan tersebut, terdapat sejumlah cara dalam melakukan diferensiasi pada aspek konten, proses, dan produk, yang dapat diterapkan pengajar untuk dapat mewujudkan suatu proses pembelajaran yang dapat dikatakan efektif terkait dengan perbedaan karakteristik dan kebutuhan yang dimiliki masing-masing siswa melalui penerapan Differentiated Instruction (DI). Beberapa cara atau aspek tersebut adalah sebagai berikut:

  • Konten

Pada aspek konten (content) dalam penerapan Differentiated Instruction (DI), seorang pengajar melakukan diferensiasi yang berkaitan dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam proses pembelajaran (Andini, 2016). Selain itu, Tomlinson dalam Ditasona (2017) juga menjelaskan bahwa pada aspek konten dalam penerapan Differentiated Instruction (DI), seorang pengajar perlu untuk dapat mengetahui hal-hal yang perlu untuk dipelajari oleh setiap siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, pengajar perlu untuk melakukan modifikasi motode pembelajaran tekait dengan bagaimana setiap siswa akan mempelajari topik pada proses pembelajaran (Tomlinson dalam Ditasona, 2017). Dalam melakukan diferensiasi tersebut, seorang pengajar dapat melakukan diferensiasi ataupun penyesuaian pada aspek konten dengan cara memahami dengan pasti tingkat kesiapan setiap siswa, membuat susunan variasi konten dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa, serta melakukan evaluasi guna memastikan bahwa pengembangan pengetahuan siswa berjalan dengan efektif (Levy dalam Minott, 2009).

 

Diferensi pada aspek konten tersebut juga dapat memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan pilihan mereka. Hal ini dikarenakan pada diferensiasi pada aspek konten, seorang pengajar juga memiliki peran dalam membuat variasi bahan pembelajaran yang dapat memungkinkan setiap siswa untuk belajar sesuai dengan pilihan mereka (Ditasona, 2017). Selain itu, sebagaimana yang dijelaskan oleh Hall dalam Defitriani (2018) dalam melakukan diferensiasi pada aspek konten juga terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan pengajar. Beberapa yang perlu untuk diperhatikan adalah seperti: pengajar memiliki keharusan untuk menggunakan dan berfokus pada tindakan, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip, sikap dan keterampilan dalam melakukan diferensiasi pada aspek konten, serta pengajar juga perlu untuk menyelaraskan tugas dengan tujuan dari proses pembelajaran (Hall dalam Defitriani, 2018). Selain itu, dalam melakukan diferensiasi pada aspek konten pada Differentiated Instruction (DI), seorang pengajar tidak hanya perlu untuk memberikan instruksi berdasarkan pembahasan konsep yang sama atau setara pada setiap siswa, namun juga menyesuaikan tingkat kompleksitas dari instruksi tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa yang berbeda (Ditasona, 2017).

  • Proses

Pada aspek proses dalam penerapan Differentiated Instruction (DI), seorang pengajar melakukan diferensiasi yang berkaitan dengan bagaimana para siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang didasarkan pada konten yang dipelajari dalam proses pembelajaran (Andini, 2016). Selain itu, Tomlinson dan Strickland dalam Ismajli dan Imami-Morina (2018) juga menjelaskan bahwa diferensiasi pada aspek proses juga berkaitan dengan bagaimana para siswa mempelajari konten pembelajaran yang diberikan oleh pengajar. Dimana dalam diferensiasi pada aspek proses, para siswa  memiliki keterlibatan dalam memahami dan mempelajari konten pada proses pembelajaran (Tomlinson dalam Ditasona, 2017). Tomlinson dalam Butler dan Lowe (2008) juga menjelaskan bahwa diferensiasi pada aspek proses dilakukan oleh pengajar dengan menyusun variasi ataupun kombinasi dari aktivitas, konten, asesmen dalam proses pembelajaran. Yang kemudian juga dijelaskan oleh Bao dalam Defitriani (2018) bahwa tedapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam diferensiasi pada aspek proses, seperti melakukan aktivitas berpikir tingkat tinggi, pemberian instruksi kelompok berukuran kecil, multiple-intelligence, pemusatan pembelajaran, mind-mapping, dan tugas yang bersifat kooperatif.

  • Produk

Pada aspek produk dalam penerapan Differentiated Instruction (DI), seorang pengajar melakukan diferensiasi yang berkaitan dengan apa yang telah dipelajari dan dipahami dari proses pembelajaran oleh para siswa, yang kemudian juga akan didemonstrasikan atau diaplikasikan oleh para siswa (Andini, 2016). Selaras dengan hal tersebut, Tomlinson dan Strickland dalam Ismajli dan Imami-Morina (2018) juga menjelaskan bahwa diferensiasi pada aspek produk berkaitan dengan bagaimana para siswa dalam mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari atau pahami dari proses pembelajaran. Tomlinson dalam Defitriani (2018) menjelaskan bahwa terkait diferensiasi, aspek produk merupakan hasil dari proses belajar para siswa. Dimana diferensiasi pada aspek produk dapat dilakukan melalui sejumlah kegiatan meliputi: tugas berjenjang, rubrik, penilaian alternatif, pekerjaan rumah yang dimodifikasi, dan proyek independen (Bao dalam Ditasona, 2017).

 

REFERENSI

Alpian, Y., Anggraeni, S. W., Wiharti, U., & Soleha, N. M. (2019). Pentingnya Pendidikan bagi Manusia. Jurnal Buana Pengabdian, 1(1), 66–72. https://doi.org/10.36805/jurnalbuanapengabdian.v1i1.581

Andini, D. W. (2016). “Differentiated Instruction”: Solusi Pembelajaran dalam Keberagaman Siswa di Kelas Inklusif. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 2(3), 340–349. Retrieved September 7, 2021, from https://media.neliti.com/media/publications/259034-differentiated-instruction-solusi-pembel-7b868815.pdf

Butler, M., & Lowe, K. V. (2010). Using Differentiated Instruction in Teacher Education. Journal for Mathematics Teaching and Learning.  Retrieved September 7, 2021, from http://www.cimt.org.uk/journal/butler.pdf

Defitriani, E. (2018). Differentiated Instruction: Apa, mengapa, dan bagaimana penerapannya. PHI: Jurnal Pendidikan Matematika2(2), 111-120. http://dx.doi.org/10.33087/phi.v2i2.38.

Ditasona, C. (2017). Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction dalam Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA . Jurnal EduMatSains, 2(1), 43–54. https://doi.org/10.33541/edumatsains.v2i1.375

Ismajli, H., & Imami-Morina, I. (2018). Differentiated Instruction: Understanding and Applying Interactive Strategies to Meet the needs of all the Students. International Journal of Instruction, 11(3), 207-218. https://doi.org/10.12973/iji.2018.11315a

Minott, M. (2009). The Role of Reflection in the Differentiated Instructional Process. College Quarterly, 12(1). Retrieved September 8, 2021, from http://collegequarterly.ca/2009-vol12-num01-winter/minott.html.

Subban, P. (2006). Differentiated instruction: A research basis. International Education Journal7(7), 935–947. Retrieved September 7, 2021 from https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ854351.pdf.