Hans J. Eysenck merupakan salah satu tokoh psikologi yang berpendapat bahwa dimensi kepribadian terdiri dari 3 faktor, yaitu faktor E, faktor N, dan faktor P. Eysenck menganggap bahwa ketiga faktor tersebut termasuk dalam bagian struktur kepribadian dan ketiganya adalah bipolar. Faktor pertama adalah faktor E, dimana terdapat dimensi extraversion pada ujung faktor E dan introversion pada ujung berlawanannya. Menurut Eysenck perbedaan utama antara extraversion dan introversion bukan pada perilaku, tetapi lebih pada sifat biologis dan genetik. Orang ekstrovert biasanya dicirikan memiliki sifat yang mudah bergaul, aktif, optimis dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan orang introvert dikenal memiliki sifat yang pendiam, pasif, pesimis, dan lainnya.

Faktor kedua adalah faktor N, dimana terdapat dimensi neuroticism pada ujung faktor N dan stability pada ujung berlawanannya. Faktor N memiliki komponen keturunan yang kuat dan pada beberapa penelitian, telah ditemukan bukti dasar genetik untuk ciri-ciri neurotik seperti kecemasan, histeria, dan gangguan obsesif-kompulsif. Dalam buku Theories of Personality, Eysenck berasumsi bahwa orang-orang pada skala N yang sehat memiliki kapasitas untuk melawan gangguan neurotik bahkan dalam periode stres yang ekstrem. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi skor neuroticism pada seseorang, semakin rendah tingkat stres yang akan memicu gangguan neurotik. Faktor yang terakhir adalah faktor P, dimana terdapat dimensi psychoticism pada ujung faktor P dan superego pada ujung berlawannya. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada psychoticism seringkali memiliki sifat egosentris, curiga, dingin, agresif, impulsif, psikopat, dan anti sosial. Sedangkan seseorang yang memiliki skor rendah pada psychoticism cenderung memiliki sifat altruistik, sangat bersosialisasi, empatik, peduli, kooperatif, dan konvensional.

Eysenck berpendapat bahwa masing-masing faktor tersebut memenuhi empat kriteria untuk mengidentifikasi dimensi kepribadian. Alasan pertama adalah bukti psikometri yang kuat ada di masing-masing faktor, terutama faktor E dan faktor N. Alasan kedua, Eysenck berpendapat bahwa terdapat basis biologis yang kuat pada masing-masing faktornya. Alasan ketiga, tiga dimensi kepribadian Eysenck dianggap masuk akal secara teoritis. Sebagai contohnya, Sigmund Freud menekankan pentingnya kecemasan pada pembentukan perilaku, dan hal tersebut membutuhkan faktor N (neuroticism). Alasan yang terakhir adalah sudah berulang kali Eysenck menunjukkan bahwa ketiga faktornya berhubungan dengan masalah sosial, seperti penggunaan narkoba, perilaku seksual, mencegah kanker dan sakit jantung, kriminalitas, dan kreativitas.

 

 

Referensi:

Feist, J., Feist J. G., & Roberts, T. 2017. Theories of Personality. Edisi ke-9. McGraw-Hill. New York. USA.

 

Penulis: Zahwa Natalya

Di bawah supervisi: Dr. Rani Agias Fitri, M.Si., Psikolog