Oleh: Riska Maharani Firdausa

Latar Belakang

ChatAja tercipta berawal dari permintaan Kementerian BUMN kepada Telkom dengan tujuan untuk bersaing dengan WhatsApp (WA) dalam menjaga keamanan data, sehingga fungsi WhatsApp sebagai salah satu media komunikasi harus bisa digantikan oleh ChatAja.

ChatAja hadir untuk menyediakan platform komunikasi terbaik yang aman dan nyaman untuk masyarakat Indonesia. ChatAja menyediakan server berbasis di Indonesia untuk memungkinkan koneksi yang lebih aman dengan fitur Cloud Native untuk meminimalisir beban penyimpanan di ponsel dan kebutuhan akan backup data, dan fitur Berkas Rahasia, layanan pesan terenkripsi untuk mengamankan berbagai pesan penting dengan menggunakan kode verifikasi. Selain itu, ChatAja juga menghadirkan fitur Jelajah dimana pengguna dapat menikmati sejumlah layanan dan konten berbeda dengan WhatsApp yang dikhususkan sebagai aplikasi messaging.

Tentang ChatAja

Empowering our dream through campaign #BeraniMulai

ChatAja adalah sebuah platform komunikasi yang dibuat oleh orang Indonesia untuk melengkapi gaya hidup digital dengan menyediakan layanan instant messaging, panggilan suara serta video secara gratis. Tidak hanya itu, ChatAja juga menyediakan berbagai konten melalui Akun Resmi yang dapat menemani kehidupan sehari-hari penggunanya, seperti berita, mini games, konsultasi dengan psikolog, dan lainnya. ChatAja memiliki tujuan untuk memastikan pengguna merasa aman dan nyaman saat menggunakan aplikasi instant messaging yang lebih ringan. Kedepannya, ChatAja akan menjadi suatu infrastruktur di mana generasi produktif Indonesia dapat melakukan hal apapun mulai dari komunikasi, kolaborasi, dan transaksi melalui chatting.

Visi

To become world class communication platform that provide one stop digital lifestyle solution in Indonesia

Misi

  1. Provide environment to communicate, connect, collaborate and control every needs.
  2. Develop communication platform feature and increase external content creation.
  3. Securing Indonesia’s data sovereignty

Simply merupakan sebuah platform dibawah naungan ChatAja yang menyediakan layanan online counseling melalui chat dan call dengan tim psikolog profesional. Pada September 2020 lalu, Simply meluncurkan Simply App yang berfokus pada tema self-care exercise yang bisa diunduh melalui Play Store.

Berbagi Pengalaman

Saya diberi kesempatan untuk menjalankan program internship di ChatAja selama 1 tahun, terhitung mulai 3 Maret 2020 sampai 28 Februari 2021 dengan rincian durasi kurang lebih 4 bulan (terhitung mulai 3 Maret 2020 – 10 Juli 2020) sebagai Market Researcher dan sisa periodenya diposisikan sebagai Product Development Tim Simply yaitu layanan kesehatan mental berbasis online, dimana Simply ini merupakan sub produk ChatAja yang berupa Official Account (OA) yang dapat diakses melalui aplikasi ChatAja.

Secara keseluruhan, selama diposisikan sebagai Product Development di Tim Simply saya bertugas untuk membantu melakukan pengembangan layanan Simply, dan juga bertugas sebagai tim marketing karena pengalaman sebelumnya diposisikan di tim marketing, dengan tugas-tugas yang dilakukan meliputi :

  1. Membantu mengembangkan Chatbot Caca untuk Simply App
  2. Membuat konten edukasi terkait kesehatan mental dan product knowledge untuk keperluan media sosial
  3. Membuat artikel terkait kesehatan mental untuk keperluan publikasi di website Simply
  4. Membuat konsep event atau campaign untuk Simply

Jadwal kerja di ChatAja diterapkan selama Senin sampai Jumat mulai dari pukul 09.00 – 17.00. Setiap karyawan mendapat kesempatan work from everywhere (remote) sebanyak satu kali dalam seminggu, berlaku untuk karyawan kontrak dan tidak berlaku selama masa probation. Tim ChatAja berada di Jakarta dan Bandung.

 

 

Sistem kerja di ChatAja menggunakan metode scrum. Dilansir dari laman Business New Daily, metode scrum adalah kerangka kerja yang memungkinkan kolaborasi diantara tim yang mengerjakan proyek yang kompleks dapat berjalan efektif. Umumnya metode ini digunakan oleh tim pengembangan software, namun pada dasarnya metode ini dapat bermanfaat bagi tim apapun untuk mencapai tujuannya bersama-sama. Scrum team terdiri dari product owner, development team, dan scrum master.

Product Owner

Product owner adalah orang yang memegang tanggung jawab dalam memaksimalkan nilai dari sebuah produk atau jasa yang ditawarkan oleh development team untuk diproduksi dan dipasarkan. Seorang product owner berwenang untuk meminta development team mengerjakan sebuah produk.

Development Team

Development team terdiri dari ahli profesi yang bekerja untuk mengembangkan sebuah produk dan mereka berhak untuk mengatur pekerjaan mereka sendiri berdasarkan target perkembangan nilai dari sebuah produk. Dalam mengerjakan tugasnya, developer team memiliki sejumlah waktu yang sudah ditetapkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang biasa disebut dengan sprint.

Scrum master

Seorang scrum master bertanggung jawab untuk menyampaikan metode kerja scrum kepada anggotanya. Kepada product owner, scrum master bertanggung jawab untuk membantu product owner dalam menemukan metode yang efektif dan membantu scrum team untuk memahami perlunya product backlog. lalu, scrum master juga bertanggung jawab kepada development team untuk membantu menghasilkan produk dengan nilai tinggi serta meminimalisir kendala yang terjadi di development team.

Kegiatan internship yang saya jalani di Tim Simply sebagai Product Development dimulai pada bulan Juli 2020. Jam kerja di tim ini dimulai pada pukul 08.00 – 17.00 WIB. Metode kerja yang digunakan oleh tim ini juga adalah metode scrum, namun hanya menerapkan daily scrum (DS) saja.

Daily Scrum (DS) dilakukan setiap hari (Senin – Jumat) antara pukul 14.00 WIB atau 15.00 WIB disesuaikan dengan ketersediaan waktu product owner. Kegiatan ini dilakukan dengan durasi yang tidak menentu, bisa 15 menit sampai kurang lebih 1 jam tergantung pembahasan atau diskusi. Saat DS, anggota tim diminta untuk menyampaikan tugas apa saja yang dikerjakan selama satu hari di hari tersebut, jika ada kendala atau ada hal lain yang perlu didiskusikan maka langsung didiskusikan juga pada saat itu. Dengan adanya DS, maka product owner dapat mengawasi progres pekerjaan yang dikerjakan oleh anggota tim dan memberikan feedback.

Sistem bekerja di tim Simply ini terbilang fleksibel, dimana setiap orang berhak untuk menentukan dan mengatur pekerjaannya sendiri. Tim Simply terbagi ke dua divisi, yaitu divisi product dan juga marketing. Divisi product bertugas untuk melakukan seluruh kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan produk dan juga layanan baik di aplikasi maupun terhubung langsung dengan klien, dan melaporkan jumlah klien setiap harinya. Kemudian, divisi marketing bertugas untuk melakukan pemasaran produk dan layanan melalui media sosial, membuat konsep event atau campaign dalam rangka meningkatkan brand awareness dan juga bersama divisi product mengeksekusi event atau campaign tersebut.

Kesesuaian dengan Learning Plan

Dalam Learning Plan yang telah disepakati, posisi pekerjaan saya sebagai Product Development Simply, dengan deskripsi pekerjaan melakukan pengembangan layanan kesehatan mental berbasis online yang bernama Simply, saat ini Simply berupa Official Account (OA) yang dapat diakses melalui aplikasi ChatAja. Pada September 2020 lalu, Simply meluncurkan Simply App yang berfokus pada tema self-care exercise yang bisa diunduh melalui Play Store.

Seperti yang telah disebutkan, saya memiliki tugas-tugas sebagai berikut :

  1. Membantu mengembangkan Chatbot Caca untuk Simply App

Tugas ini telah saya jalani sejak saya masih ditempatkan di Tim Creative Growth Marketing dan masih terus berlangsung hingga saya diposisikan sebagai Product Development di Tim Simply.

Seperti dijelaskan pada laporan enrichment program saya sebelumnya, bahwa dalam pelaksanaannya saya diminta untuk membantu mengembangkan chatbot bernama Caca, yaitu agen virtual berbasis Artificial Intelligence (AI) yang diharapkan mampu melayani dan membantu penggunanya seperti seorang teman. Caca dilatih untuk bisa mendengarkan cerita dari penggunanya dengan berbagai macam topik, mulai dari hubungan asmara hingga masalah keseharian lainnya. Caca juga diharapkan bisa membantu penggunanya mengekspresikan diri dengan cara memberi ruang yang aman untuk berbagi pikiran, perasaan, kepercayaan, pengalaman, kenangan, mimpi, dan juga persepsi pribadi penggunanya.

Dalam pengerjaan proyek ini, saya menerapkan ilmu psikologi yang telah dipelajari selama masa perkuliahan, yaitu teori humanistik oleh Carl Rogers. Menurut Rogers (dalam Hjelle & Ziegler, 1981:410), sejatinya setiap manusia memiliki keinginan untuk memeroleh sikap positif dari orang terdekat dalam hidupnya seperti kehangatan, penghormatan, penghargaan, cinta, dan penerimaan atas dirinya. Teori ini memiliki tiga elemen utama dalam perkembangan konsep diri, yaitu kebutuhan akan penghargaan positif (need for positive regard), penghargaan bersyarat (conditional positive regard), dan penghargaan tanpa syarat (unconditional positive regard).

Dalam pengimplementasiannya ke dalam Chatbot, saya membuat positive regard berupa berbagai macam respons untuk small talk maupun short conversation seperti ucapan semangat dan motivasi sebagai sikap menghargai atas ungkapan apapun yang disampaikan oleh pengguna dan juga sebagai bentuk menghargai dan mendengarkan tanpa memberikan kesan judgement atas problematika atau perasaan yang pengguna sampaikan.

  1. Membuat konten edukasi terkait kesehatan mental untuk keperluan media sosial

Dalam tugas ini, saya diminta untuk membuat konten edukasi baik terkait dengan kesehatan mental dan juga product knowledge terkait layanan yang Simply sediakan untuk keperluan di media sosial, seperti Instagram. Sebelum membuat konten, biasanya saya membuat content research terlebih dahulu untuk melihat trending topics di media sosial dan mencari referensi desain konten dari platform lainnya yang serupa, baru kemudian dibuatkan konsep kontennya. Adapun materi-materi semasa perkuliahan yang saya gunakan sebagai sumber untuk membuat konten edukasi mengenai psikologi.

  1. Membuat artikel terkait kesehatan mental untuk keperluan publikasi di website Simply

Dalam tugas ini, saya diminta untuk membuat artikel terkait kesehatan mental untuk keperluan publikasi di website Simply dan juga dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara kesehatan mental, terlebih lagi saat pandemi seperti ini. Adapun artikel lain yang saya buat terkait dengan tips dan trik dalam memilih psikolog dan juga terkait work life balance. Sejauh ini, beberapa artikel yang saya tulis dan sudah dipublikasikan bisa dilihat melalui website resmi Simply: www.simply.chataja.co.id.

  1. Membuat konsep event atau campaign untuk Simply

Dalam mengerjakan tugas ini, saya melakukan brainstorm dengan teman intern lainnya untuk mendapat ide terkait konsep event atau campaign yang akan dilakukan oleh Simply, biasanya dengan tujuan untuk meningkatkan brand awareness.

Pada bulan November 2020 lalu, saya mengusulkan ide untuk melakukan kegiatan volunteering dengan merekrut masyarakat umum dari usia 18 – 23 tahun yang akan menjadi volunteer. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka merayakan World Mental Health Day 2020 yang mengusung tema “Greater Investment – Greater Access”, Simply mengajak kaum muda untuk ikut berpartisipasi dalam seruan investasi dalam kesehatan mental untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya memelihara kesehatan mental.

Adapun event dan campaign lainnya yang statusnya masih on progress, yaitu #KeepYourHeadUp Campaign dan event Finally Healthy”.

Project

Pada bulan Desember 2020 lalu, Simply berkolaborasi dengan ChatAja menyelenggarakan sebuah event atau webinar dengan judul “Art Therapy: Simple Way to Release Stress”. Tema ini diusulkan masih dalam rangka merayakan World Mental Health Day 2020 yang mengusung tema “Greater Investment – Greater Access”. Simply dan ChatAja ingin mengajak masyarakat ikut berpartisipasi dalam seruan investasi kesehatan mental yang dikemas dalam bentuk Webinar (Web-Seminar).

 

 

Webinar ini dibuat sebagai program intervensi untuk meminimalisir stress akibat pandemi, karena pandemi COVID-19 benar-benar tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik saja, tapi juga berdampak pada kesehatan mental, saya sendiri pun ikut merasakannya. Banyak rencana harus ditunda atau bahkan dibatalkan; banyak dari kita yang harus rela kehilangan pekerjaan, anggota keluarga maupun orang terdekat lainnya; harus menjalani aktivitas dari rumah dengan segala keterbatasan yang ada sampai waktu yang tidak dapat ditentukan; dan permasalahan-permasalahan lainnya.

Menurut Strong (1990, dalam Agung 2020) istilah yang tepat untuk menjelaskan fenomena yang sedang terjadi diseluruh belahan dunia ini adalah psikologi epidemi (epidemic psychology) yang merujuk pada epidemi penyakit (secara fisik) yang fokus utamanya pada penyebaran penyakit dan epidemic nature, dan psikologi (secara psikis). Singkatnya, psikologi epidemi sangat mengganggu tidak hanya dari segi fisik saja namun juga secara psikologis.

Berbagai perubahan secara psikologis terjadi, salah satunya perubahan perilaku sosial. Meski imbauan pemerintah terkait stay at home, physical distancing, social distancing, memakai masker, cuci tangan, dan lain sebagainya dilakukan sebagai upaya untuk memutus rantai penyebaran virus, nyatanya juga berkontribusi dalam perubahan perilaku sosial yang ada di masyarakat. Dalam penelitiannya bersama Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, laporcovid19.org menguraikan bahwa perubahan perilaku sosial ini menciptakan masalah-masalah baru seperti stigma, baik stigma pada seseorang mengenai statusnya terkait COVID-19 maupun stigma pada keluarga atau orang terdekatnya. Penyematan stigma inilah yang akhirnya memperburuk kondisi psikologis seseorang berupa peningkatan gejala depresi dan stress (Earnshaw, 2020).

Selain itu, topik ini juga direkomendasikan oleh salah seorang psikolog dari tim asosiasi psikolog Simpy. Tim yang terlibat juga melakukan observasi dan survei sederhana melalui media sosial di beberapa platform seperti Instagram, Tiktok, Twitter, dan sharing dengan orang-orang terdekat terkait stres ditengah pandemi COVID-19.

Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk memperkenalkan secara umum kepada masyarakat salah satu metode untuk memelihara kesehatan mental khususnya ditengah pandemi COVID-19 dengan memanfaatkan media seni sebagai terapinya, yaitu art therapy. Adapun tujuan-tujuan khususnya, yaitu :

  • Peserta mengetahui tahapan dalam melakukan art therapy untuk atasi stres;
  • Peserta mengetahui tingkat stres dengan menggunakan Stress/Emotional Thermometer, dan;
  • Peserta dapat melakukan art therapy sederhana secara mandiri.

Teknis

Dengan persiapan kurang lebih satu bulan, webinar ini telah diselenggarakan pada tanggal 12 Desember 2020 lalu, dengan mengundang seorang psikolog sebagai fasilitator, yaitu Grace Eugenia Sameve, M.A., M.Psi., Psikolog. Kegiatan ini dilakukan pada pukul 09.30 – 12.30 WIB dengan menggunakan platform Google Meet.

Hasil

Evaluasi mengenai webinar atau program intervensi ini ingin saya bahas menjadi dua bagian, yakni secara kuantitas dan kualitas.

Secara kuantitas, bisa dibilang jumlah partisipan dari program ini memang terbilang jauh dari ekspektasi tim. Berdasarkan pengalaman psikolog terkait, ketika membuat webinar dengan tema serupa tentu dengan konsep yang berbeda, mampu menarik partisipan hingga 50 orang. Namun ketika poster webinar ini dipublikasikan melalui promotion channel seperti Facebook Ads, Instagram, dan Eventbrite, hanya mampu menarik 13 partisipan. Meski begitu, jumlah partisipan ini perlu diapresiasi mengingat ini merupakan pertama kalinya Simply berkolaborasi dengan ChatAja untuk menyelenggarakan sebuah event.

Kendati demikian, kualitas dari webinar ini cukup memuaskan, tidak ada kesalahan teknis, dan acara pun berjalan dengan lancar dan kondusif. Meski partisipannya terbilang sedikit, tetapi kegiatan ini justru lebih menjadi intim. Materi dapat tersampaikan dengan baik oleh pembicara, sehingga beberapa partisipan pun bersedia untuk berbagi kisah dan menunjukkan emosinya, dan peserta lainnya pun tidak ragu untuk saling menyemangati dan berpartisipasi dengan baik.

 

Penuntasan Tugas dan Penanganan Masalah

 

 

  • Self-Management

Kegiatan internship selama satu tahun ini memberikan kesan tersendiri bagi saya. Mulai dari tugas dan pengalaman, berbagai cerita, dan orang-orang di kantor menjadi kenangan indah yang tidak akan saya lupakan. Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan selama kegiatan berlangsung, salah satunya dalam hal self-management skill.

Knowles (dalam Elvina, 2019) ­mengartikan self-management sebagai upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan perencanaa, pemusatan perhatian, dan evaluasi terhadap aktivitas yang dilakukan olehnya. Maka saya menyimpulkan bahwa self-management adalah keterampilan yang dimiliki seseorang ketika ia mampu menyusun strategi dan perencanaan yang baik terhadap aktivitasnya dan terkait tujuan hidupnya, sehingga bisa mengerjakan tugas atau menjalani aktivitasnya dengan baik dan maksimal.

Kita paham bahwa untuk mengatur strategi waktu dengan baik dan efektif bukanlah perkara mudah, terlebih dalam hal konsistensi. Dengan adanya kegiatan internship ini, saya merasa keterampilan saya dalam hal ini mengalami peningkatan. Terlebih lagi, dengan ditempatkannya saya di dua tim yang berbeda, saya dapat menjadikan keduanya sebagai “role-model”. Saya mengamati dengan baik bagaimana sistem kerja di kedua tim, baik dari tim secara keseluruhan maupun per individu.

  • Team Work

Menurut Purba (2017) team work adalah upaya kooperatif dan koordinasi yang dilakukan oleh individu ketika berada dalam sebuah grup dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dan perlu terus diasah karena menurut saya, dimanapun kita bekerja dan dimanapun kita berada pasti tidak akan lepas dari kelompok. Sebuah perusahaan yang sukses tentu berasal dari hasil kerja para anggotanya yang tergabung dalam berbagai divisi dan kerja sama yang baik didalamnya.

Selama satu tahun saya mengikuti kegiatan internship ini, saya belajar banyak dalam hal keterampilan ini. Pekerjaan sesulit apapun rasanya bisa dengan mudah diselesaikan apabila memiliki team work skill yang baik. Baik ketika ditempatkan di Tim Creative Growth Marketing maupun di Tim Simply, keduanya menunjukkan contoh yang baik dalam hal team work. Tidak ada gap antara mahasiswa internship dan karyawan membuat kolaborasi antar anggota berjalan efektif dan efisien. Masing individu memegang peran dan tanggung jawab, saling membantu, menghargai ide dan pendapat satu sama lain, dan bersama-sama memecahkan sebuah masalah.

  • Problem Solving and Decision Making

Dengan dilibatkannya mahasiswa internship dalam setiap project, baik yang sedang berlangsung maupun yang sedang direncanakan, mahasiswa dapat mengasah kemampuan problem solvingnya dan juga decision makingnya. Begitu pula ketika mahasiswa diikutsertakan dalam berbagai meeting baik dengan tim internal maupun eksternal.

Salah satu pengalaman mengesankan saat magang di ChatAja adalah ketika pendapat saya sebagai mahasiswa internship dapat dihargai dan dipertimbangkan dalam sebuah keputusan. Selain itu,

  • Planning and Organizing

Dalam proses kerja, ChatAja menerapkan metode scrum yang meliputi Daily Scrum (DS), Sprint Review, Sprint Retrospection, dan Sprint Planning. Dengan diterapkannya metode ini, saya belajar untuk mengasah kemampuan planning dan organizing, yang mana keterampilan ini bisa saya terapkan baik dalam konteks pekerjaan maupun konteks personal.

  • Initiative and Enterprise

Menurut University of Canterbury, initiative and enterprise skills adalah keterampilan penting yang harus dimiliki seseorang untuk membantu mengembangkan peluang baru dan lebih baik dalam pekerjaannya. Ketika seseorang mampu mengenali kebutuhannya untuk meningkatkan sesuatu, maka akan membuat hidup dan pekerjaan seseorang lebih produktif lagi.

Dengan berinisiatif untuk mencari dan menemukan solusi baru dan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan, maka menunjukkan kualitas seseorang dalam beradaptasi bekerja dalam lingkungan baru.

Dalam hal ini, saya merasa keterampilan initiative and enterprise saya benar-benar diasah. Saya yang tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang marketing dan pengembangan produk diberikan kesempatan untuk belajar di bidang tersebut. Terlebih lagi sistem bekerja di tim Simply ini terbilang fleksibel, dimana setiap orang berhak untuk menentukan dan mengatur pekerjaannya sendiri. Yang artinya, saya harus berusaha untuk mencari cara agar pekerjaan saya bisa terselesaikan dengan mencari sumber-sumber materi untuk memahami pekerjaan baik seperti media sosial, browsing internet, jurnal-jurnal, dan juga diskusi dengan rekan di kantor.

  • Communication

Seperti yang kita pahami bahwa komunikasi adalah salah satu keterampilan yang sangat penting, baik untuk membentuk atau mempertahankan relasi di lingkup pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Komunikasi memiliki peran utama dalam setiap organisasi, khususnya dalam efektivitas sebuah organisasi (Manopo, 2014). Keefektifan sebuah tim tidak luput dari kemampuan komunikasi yang baik, baik secara lisan maupun tulisan. Terlebih lagi saat Work From Home (WFH), kemampuan lisan maupun tulisan sangat diperhatikan agar meminimalisir terjadinya miss communication. Kendala apapun yang dialami setiap orang dalam satu tim, harus dikomunikasikan atau harus bersifat transparan, dan bersama-sama mencari jalan keluarnya.

Selama kegiatan internship berlangsung, saya dituntut untuk aktif berkomunikasi dengan tim, baik dengan tim internal maupun tim eksternal. Pada kegiatan internship kali ini, saya merasa terkendala komunikasi dengan teman intern saya. Banyak hal harus missed diantara kami, dan saya merasa kelalaian lebih dititikberatkan oleh teman intern saya. Namun, masalah ini tetap bisa diselesaikan dengan adanya diskusi langsung antara saya dan dia terkait masalah ini.

Kesimpulan

Enrichment program 3+1 khususnya track internship yang diselenggarakan oleh Universitas Bina Nusantara ini merupakan program yang sangat bermanfaat dan memberikan peluang yang sangat baik untuk mahasiswa bisa belajar untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan. Program internship ini juga memberikan mahasiswa kesempatan untuk mengeksplorasi dunia pekerjaan di perusahaan ataupun instansi lainnya diluar latar belakang pendidikannya. Karenanya, saya berterima kasih telah diberikan kesempatan yang sangat luar biasa ini.

Pada enrichment program semester ganjil ini, saya tetap mengambil track internship dan melaksanakan program internship di PT Telekomunikasi Indonesia Direktorat Digital Business (DDB) dan ditempatkan di ChatAja dengan job position sebagai Product Developer Tim Simply. Selama program internship berlangsung, saya diberikan kesempatan untuk mengembangkan soft skill dan juga hard skill. Program internship ini memberikan insight baru kepada saya, khususnya dalam ranah marketing dan pengembangan produk. Juga, berkat program internship ini saya bisa membentuk networking yang luas dan insight akan studi master yang ingin saya ambil nantinya. Banyak ilmu yang dapat dipelajari, baik relevan dengan latar belakang pendidikan saya saat ini maupun diluar latar belakang pendidikan saya.

Dalam penulisan laporan akhir kegiatan internship untuk semester ganjil ini, saya berfokus pada project Art Therapy: Simple Way to Release Stress” sebagai program intervensi yang diselenggarakan oleh Simply kolaborasi dengan ChatAja dalam rangka merayakan World Mental Health Day 2020 untuk meminimalisir stress akibat pandemi yang belum berakhir. Program intervensi ini telah berlangsung pada tanggal 12 Desember 2020, dengan hasil dan evaluasi sebagaimana yang telah dijelaskan.

Bersamaan dengan penulisan laporan akhir program internship ini, saya berharap bisa menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur untuk kedepannya, baik dari sisi universitas, mahasiswa, tim, maupun perusahaan terkait. (Riska Maharani Firdausa; Faculty Supervisor: Dr. Juneman Abraham)