Coersive Leadership

Goleman (2002) mendefinisikan Coersive Leadership sebagai pendekatan top – down, menuntut kepatuhan langsung pada perintah yang diberikan meskipun sering kali tidak sesuai dengan situasi atau keadaan yang ada. Coersive Leadership ini dapat digunakan secara efektif dalam situasi krisis yang membutuhkan penanganan darurat. Namun harus disadari bahwa Coersive Leadership Style ini dapat membawa pengaruh yang sangat negatif terhadap iklim kerja secara keseluruhan (Goldman dalam Greenfield, 2007). Coersive Leadership Style ini juga tidak memberi banyak peluang bagi bawahan dan karyawan untuk mendapatkan rewards atau apresiasi dari pimpinan karena yang dibutuhkan adalah ketaatan mutlak pada perintah. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut di atas maka bawahan atau karyawan juga terlepas dari segala bentuk tanggung jawab atas tindakan individual mereka.

 

Referensi

Covin, T. J., Kolenko, T. A., Sightler, K. W., & Tudor, R. K. (2016). Leadership style and post-merger satisfaction. Journal of Management Development, 22.

Greenfield, D. (2007). The enactment of dynamic Leadership . Centre for Clinical Governance Research in Health, 3.

Landa, D., & Tyson, S. A. (2017). Coercive Leadership . Americn Journal of Political Science, 3.

Zhanga, J., Ahammad, M. F., Tarba, S., Cooper, C. L., Glaister, K. W., & Wang, J. (2015). The effect of leadership style on talent retention during Merger and Acquisition integration: evidence from China. The International Journal of Human Resource Management , 1021–1050.

Yosef Dedy Pradipto