Enkulturasi merupakan konsep pemersatu antara masyarakat dengan lingkungan. Enkulturasi disamakan dengan proses pembudayaan yang artinya enkulturasi sejatinya sudah terbentuk di dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1986).  Digital Content tentang enkulturasi ini tidak hanya membahas tentang definisi atau teori-teori tentang enkulturasi saja melainkan juga  akan membahas tentang penelitian-penelitian yang terkait dengan  enkulturasi. Sebagai contoh, LeVine (1977) membahas tentang perilaku pola asuh para ibu yang berada di kota dan membandingkannya dengan pola asuh ibu yang berada di sub urban dalam proses enkulturasi.

Objectives

  1. Enkulturasi dan Sosialisasi
  2. Culture, Parenting, dan Families
  3. Culture dan Education

Proses enkulturasi juga dikaitkan dengan proses sosialisasi. Persamaan dan perbedaan antara kedua antara enkulturasi dan sosialisasi dijelaskan oleh Matsumoto dan Juang (2004) dalam topik culture and society. Agen dari sosialisasi (dan juga enkulturasi) adalah individu, lembaga dan organisasi, yang selalu hadir untuk memastikan bahwa sosialisasi atau enkulturasi ini terjadi. Agen yang pertama adalah orang tua. Orang tua memiliki tujuan dan kepercayaan yang dipegang kuat dan erat untuk anak-anak mereka. Perilaku ini yang digunakan dalam rangka mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dalam diri anak-anak mereka. Disamping itu peran keluarga besar dan saudara kandung juga sangatlah berpengaruh. Saudara kandung terlibat sebagai penjaga saudaranya. Menjaga saudara dipandang sebagai pelatihan dasar bagi persaudaraan untuk saling tergantung terhadap satu sama lain ketika dewasa (Matsumoto & Juang, 2004). Sementara itu, teman-teman sebaya merupakan hal penting dalam proses enkulturasi. Mead (1978) menggambarkan tiga tipe budaya dengan perbedaan tingkat pengaruh kelompok sebaya atas sosialisasi kepada anak-anak muda. Hal lain yang berpengaruh adalah culture and education, pendidikan oleh masyarakat sebagai lembaga paling penting yang mengembangkan kepekaan sosial kepada anak-anak, mengajarkan dan memperkuat penanaman nilai-nilai budaya (Kozleski et al., 2008).

Assessment / Learning Activity

Dalam peran teman sebaya, menggambarkan tiga tipe budaya dengan perbedaan tingkat pengaruh kelompok sebaya atas sosialisasi kepada anak-anak muda yaitu, post figurative culture, configurative culture dan prefigurative culture. Definisikan istilah-istilah tersebut  dan jelaskan keterkaitannya dengan pengaruh budaya!

Referensi

Dumka, L. E., Gonzales, N. A., Bonds, D. D., & Millsap, R. E. (2008). Academic success of Mexican origin adolescent boys and girls: The role of mothers’ and fathers’ parenting and cultural orientation. LLC: Springer Science+Business Media.

Kozleski, E. B., Engelbrecht, P., Hess, R., Swart, E., & Eloff, I. (2008). Where differences matter: A cross-cultural analysis of family voice in special education. The Journal of Special Education. 42, 1; Academic Research Library. pg. 26.

Matsumoto, D., & Juang, L. (2004). Culture and psychology. Belmont, USA: Thomson-WadsworthThomson Learning.

Mead, M. (1978). Culture and commitment. Garden City, NY: Anchor.

 

Jurusan Psikologi BINUS