Social comparison bukanlah merupakan sesuatu yang langka ditemukan di sekitar lingkungan kita. Tidak sedikit orang yang melakukan perbandingan sosial setiap harinya.

Apa yang dimaksud dengan social comparison?

Social comparison merupakan suatu proses dimana seseorang membandingkan kemampuan, pendapat atau sifatnya dengan orang lain (Buunk & Vugt, 2013).

Mengapa social comparison dapat terjadi?

Festinger (1954) menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk mengevaluasi diri mereka sendiri dan seringkali mencoba untuk mengevaluasi diri dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain.

Dalam membandingkan diri dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar, individu dapat memilih orang lain yang berbeda-beda. Maksud dari berbeda-beda yaitu akan dijelaskan melalui dua jenis social comparison.

Pertama, upward social comparison. Sesuai Namanya, upward social comparison yaitu ketika seseorang membandingkan kemampuan, pendapat atau sifatnya dengan orang lain yang dinilai lebih baik dari dirinya. Berbeda dengan upward social comparison, jenis kedua, downward social comparison merupakan situasi dimana seseorang membandingkan kemampuan, pendapat atau sifatnya dengan orang lain yang dinilai tidak sebaik dirinya (Aronson, Wilson, & Akert, 2013).

Biasanya, seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain yang dinilai tidak sebaik dirinya ketika mereka ingin merasa bahwa dirinya cukup atau baik. Sedangkan seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain yang dinilai lebih baik dari dirinya agar mereka mendapatkan inspirasi atau motivasi untuk berkembang lebih baik (Cherry, 2020).

Perlu diperhatikan, jika tingkat upward social comparison sudah melebihi batas wajar, hal tersebut bukannya membuat seseorang termotivasi, tetapi justru membuat kita memandang diri sendiri sebagai inferior dan terdapat kemungkinan timbulnya emosi-emosi negatif yang dapat memicu depresi. Begitu juga dengan downward social comparison, jika dilakukan dalam batas wajar dapat membuat seseorang senang dan merasakan emosi-emosi positif sekaligus meningkatkan self-esteem. Tetapi di sisi lain, downward social comparison juga dapat menyebabkan ketidakbahagiaan karena kita mengetahui faktanya bahwa sebuah kondisi atau situasi dapat berubah kapan pun menjadi sesuatu yang lebih buruk (Nortje, 2020).

Perlu diingat, sibuk membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuat diri kita merasa tidak tenang. Sebaik-baiknya pembanding yaitu bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri. Jadi, lebih baik kita fokus ke diri kita masing-masing.

Have a nice day!

Referensi:
Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2013). Social psychology (8th ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Buunk, A. P. & Vugt, M. V. (2013). Applying social psychology: from problems to solutions (2nd ed.). London: SAGE.

Cherry, K. (2020, May 1). Social comparison theory in psychology. Diperoleh dari: https://www.verywellmind.com/what-is-the-social-comparison-process-2795872#citation-1

Festinger, L. (1954). A theory of social comparison processes. Human Relations, 7(2), 117–140. doi:10.1177/001872675400700202

Nortje, A. (2020, April 29). Social comparison: an unavoidable upward or downward spiral. Diperoleh dari: https://positivepsychology.com/social-comparison/

 

Jurusan Psikologi BINUS