Pada 17 Maret 2020, Jo (panggilan akrab Dr. Joevarian Hudiyana) sebagai dosen tamu memberikan sejumlah pertanyaan mulai menit menit ke 7:15:

  • Mana di antara ketiga cara mengurangi disonansi kognitif yang lebih baik? Berikan contoh.
  • Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
  • Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspetasi ketika menjalani disonansi?
  • Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?

Sejumlah mahasiswa mencoba memberikan jawabnya dan akan di-review oleh Jo.

NAILA AYUBIYAKHAN
2301911836

a. Menurut saya cara yang paling baik adalah mengubah ekspektasi dan menerima realita yang sesungguhnya. Contohnya ketika kita hanya belajar 2 hari sebelum ujian tetapi berharap mendapat nilai diatas 95 tetapi pada kenyataannya kita hanya mendapat nilai 80, ekspektasi mendapat nilai 95 inilah yang harus dikesampingkan dan melihat realitanya bahwa tidak memungkinkan bagi nya untuk mendapat nilai diatas 95 sedangkan hanya belajar 2 hari sebelum ujian.

b. Agar menghindari atau mengurangi perasaan tidak nyaman dan kembali konsosnan.

c. Karena nyatanya seseorang ingin hal hal yang ia harap dengan harapan atau ekspektasi yang tinggi menjadi nyata dan kenyataannya keadaan kurang mendukung hal tsb dan mereka akan sulit untuk menerima realita yang ada

d. Sudah pasti ada karena setiap orang pasti memiliki kognisi yang berbeda beda.

NATALIA PAMELA ELISABETH
2301884551

1. bagi saya, mengubah ekspektasi kepada realita adalah cara terbaik. karena kita harus realistis dengan keadaan sekitar. karena terkadang kita sebagai manusia mempunyai ekspetasi yang melebihi atau tidak dibarengi oleh realita atau kemampuan atau perbuatannya.
2. kita yang terbiasa dengan pola pikir kita atau kebiasaan, akan merasa tidak nyaman ketika terjadi disonansi, karena merasa yang terjad enggak sesuai dengan kemauan atau kebiasaan kita.
3. karena apa yag kita ekspektasikan bisa saja dapat terjadi ( harapan ).
4. perbedaannya adalah karena cara berpikir dan pengalaman dapat mempengaruhi respon seseorang, sehingga keputusan tiap orang berbeda

JESSICA ANGELINA ONGKOWIJAYA
2301891380

Q1: Mana di antara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh
A1: Menurut saya, cara yang lebih baik adalah menjustifikasi realita. Ekspetasi yang sudah dimiliki tidak diubah, karena belum tentu ekspetasi tersebut salah. Perilaku yang dilakukan bisa saja benar karena ada pertimbangan lain. Contohnya: ekspetasi bahwa seseorang tidak boleh keluar dari daerah yang ada wabahnya, namun dengan beberapa pertimbangan seperti tidak ada yang akan merawat, seseorang itu akhirnya akan keluar dari daerah tersebut. (Tentu saja ada tanggung jawab yang harus dilakukan, seperti mengisolasi diri).

Q2: Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
A2: Agar ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh sebuah disonansi berkurang atau hilang.

Q3: Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspetasi ketika menjalani disonansi?
A3: Karena beberapa ekspetasi yang ada itu benar dan sudah didukung dengan fakta, sehingga lebih baik memberikan diri kita “special permission” untuk melanggar ekspetasi, asal ada alasan yang valid.

Q4: Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
A4: Ada. Orang yang berbeda dapat memilih cara yang berbeda dalam mengatasi disonansi yang sama. Bahkan bisa jadi dari pengalaman yang sama, tidak semuanya mengalami disonansi. Misalnya, saya tidak mengalami disonansi apapun mengenai belajar dari rumah, teman saya tidak mengalami disonansi apapun mengenai kembali ke rumah.

WIRA PERMATA
2301895896

1. Menurut saya, cara yang terbaik adalah mengubah ekspektasi karena adanya ekspetasi mengubah bagaimana cara kita memandang realita kehidupan dan akan mempersulit kita dalam menjaqlani realita yang ada. Adanya ekspetasi membuat kita sulit untuk menerima kenyataan dan merasakan kekecewaan. Maka dari itu kita perlu mengubah ekpsetasi agar dapat lebih dewasa dalam menerima relita. Contoh: Si A melakukan kebaikan kupada si B dan berekspetasi atau mengharapkan si B akan melakukan hal yang sama juga kepadanya namun pada kenyataannya tidak, maka dari itu si A harus mengubah ekspetasinya bahwa ia harus melakukan kebaikan dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.

2. Karena dengan adanya disonansi kognitif menyebabkan munculnya ketidaknyamanan dalam perasaan dan pikiran kita. Adanya ketidaknyamanan atau kekecewaan yang terjadi akan mengganggu pikiran dan mental kita. Maka dari itu perlu untuk menjaga kesehatan mental dan pikiran kita dengan melakukan hal yang menguranginya atau menghindari ketidaknyamanan yang ada dengan melakukan salah satu dari ketiga cara tersebut.

3. Karena pada dasarnya kita sebagai manusia memiliki ego, dan ketika kita menanamkan ekspetasi yang cukup besar kita akan terus perfokus pada ekspetasi dan tidak ingin atau sulit menerima realita yang terjadi. Sehingga
Sulit untuk kita mengubah ekspetasi.

4. Ada, karena setiap orang memiliki berbagai perbedaan dari cara berfikir, memutuskan, merasakan dan bagaimana cara menghadapi suatu masalah maka dari itu pengalaman disonansi yang dialami tiap individu berbeda juga.

REZA FAUZI
2301894193
S1 Reguler

– Menurut saya cara yang paling baik adalah mengunakan “rasionalisasi realita” karena pasti semua tindakan ada alasan, contoh jikah teman kita marah dengan kita saat kita sedang bersedih, melainkan merubah ekspektasi kita kepada ada baiknya kita berpikir kenapa teman kita marah? mungkin ia ada masalah yang sangat berat dan stress? atau ia marah karena memang begitu cara ia peduli?

– Seperti ada yang di video dan kutipan dari Leon Festinger bahwa manusia butuh internal psychological consistency untuk melanjutkan aktifitas di dunia nyata dan seperti ada yang di video bahwa manusia cenderung bermotivasi untuk mengurangi disonansi kognitif tersebut.

– Menurut saya karena orang-orang tidak ingin melepaskan ekspektasi mereka ddambakan atau inginkan begitu saja, alhasil mereka cenderung menjustifikasi realita atau menolak realita.

– Ada, karena dengan setiap individu pasti ada perbedaan, mulai pemikiran ataupun ekspektasi yang mereka berikan terhadap realita dan cara mereka menanganinya

RUTH YVONNE SYLVIA AWUY
2301914314

Berikut adalah jawaban pertanyaan dosen tamu.
1. Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh.
Menurut saya, cara yang lebih baik untuk mengatasi disonansi adalah dengan mengubah ekspektasi karena mengubah ekspektasi lebih bersifat internal daripada dua cara lainnya sehingga disonansi lebih mudah dikurangi atau diatasi. Contohnya, ketika teman-teman menyarankan sebuah restoran yang katanya menyediakan makanan yang enak. Informasi tersebut menjadi gagasan kita dalam berekspektasi mengenai restoran tersebut. Ketika kita mencoba makanannya, ternyata tidak sesuai selera kita sehingga kita mengalami disonansi. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara lain kali mengubah ekspektasi kita mengenai rasa makanan di restoran yang baru akan dikunjungi karena selera tiap-tiap orang bisa berbeda.
2. Mengapa ketika terjadi disonansi, kita harus melakukan tiga cara yang sudah disebutkan?
Karena ketika ada pertentangan antara dua gagasan atau antara gagasan dengan realita, disonansi ini jika dibiarkan terus ada dapat menjadi semakin besar dan dapat berubah menjadi tekanan psikologis. Oleh sebab itu, aspek kognitif kita akan selalu berusaha menghilangkan disonansi atau mempertahankan konsonansi.
3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
Kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika terjadi disonansi karena ada beberapa ekspektasi yang terbentuk dari gagasan yang dipegang erat oleh individu sebagai prinsipnya sehingga menjadi sulit untuk diubah. Ketika ekspektasi tersebut sulit diubah, maka individu akan cenderung melakukan denial atau penolakan.
4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
Ada, yang berbeda adalah cara masing-masing individu mengatasi atau berespon terhadap disonansi kognitif mereka karena setiap orang memiliki gagasan dan prinsip yang berbeda dan tentu saja realita yang dialami pasti berbeda.

ALDILLA MAHARANI
2301940981

A. Dari ketiga cara, menurut saya cara yang terbaik adalah mengubah ekspetasi, walaupun mengubah ekspetasi terdengar sangat sulit, tapi setidaknya kita tidak membohongi diri sendiri dan menerima kenyataan tersebut. ( Mengubah informasi dan denial informasi) menurut saya masih meniggalkan rasa berharap yang dimana menurut saya itu tidak efektif.
Contohnya: A yang berkuliah di kampus X diliburkan hingga akhir semester akibat virus covid-19, ia pun sudah bersemangat untuk pulang kekampung halamannya dan membayangkan ia akan pergi liburan yang sanangat lama bersama keluarganya. Tapi karna keadaan sudah membaik, kampus pun membuat peraturan baru bahwa mahasiswa hanya mendapatkan libur selama 3 bulan. Yang dimana ini mematahkan ekspetasi si A. hal yang dia lakukan adalah mengubah ekspetasinya dengan, walaupun 3 bulan setidaknya ia bisa bertemu dengan keluarganya.
B. Kenapa kita harus melakukan 3 cara tersebut ketika mengalami disonansi? Karna disonansi hanya akan membuat kita merasa tidak nyaman dan dampak terburuk dari mengalami disonansi adalah stress. Oleh karna itu kita harus melakukan 3 cara tersebut untuk mengkodisikan pikiran kita dalam keadaan nyaman.
C. Kenapa kita ketika mengalami disonansi tidak selalu mengubah ekspetasi? Karna manusia cendrung untuk membela diri mereka sendiri dan mempertahankan argument yang sudah mereka buat. Selain itu kenapa ketika mengalami disonansi tidak selalu mengubah ekspetasi karna kita cendrung tidak ingin merasakan sakit hati, karna dengna mengubah ekspetasi kita harus menerima realitanya yang dimana kebayakan akan menyebabkan sakit hati.
D. Ada, karna setiap orang punya cara berfikir yang berbeda, jika seseorang punya rasa percaya diri yang tinggi dan seorang planner jika ia mengalami disonansi mereka cendrung sulit untuk menerima kondisi. Berbeda dengan orang yang hidup realistis, ketika mereka mengalami disonansi mereka akan lebih mudah menerima realita.

JOSEPHINE POLLYANNA
2301921175

Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh.
– menurut saya, cara yang baik dari ketiga cara tersebut adalah mengubah ekspektasi, contohnya ketika seseorang baru pindah rumah, ia berekspektasi bahwa tetangga disamping rumahnya ramah akan tetapi relitanya ketika bertatap temu dengan tetangga tersebut tidak menyapa atau tidak peduli.
Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
-dikarenakan dengan adanya ekspektasi kemungkinan kecil dapat mengubah/mewujudkan sesuatu yang telah kita pikirkan/kita susun sesuai dengan rencana kita.
Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
– sebab kebanyakkan manusia memiliki ekspektasi yang tinggi sehingga apa yang telah diharapkan tidak dapat terealisasikan.
Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
– pasti ada perbedaan disinonsi antar setiap individu, dikarenakan setiap individu memiliki disonansi yang berbeda-beda dan cara menyelesaikan permasalahan akan berbeda setiap individu.

JULISSA DAIZA SIFA
2301938453

1. Menurut saya cara mengubah informasi lebih baik untuk mengurangi disonansi. Contohnya ketika ujian dan tidak mendapat nilai maksimal, kita mengubah informasi bahwa kita tidak bisa mengerjakan beberapa soal menjadi kurang memahami materi dari soal tersebut, sehingga akan belajar lebih giat dikemudian hari.
2. Karena Disonansi kognitif adalah kondisi tidak nyaman karena ekspektasi berbeda dengan realita sehingga perlu melakukan cara cara itu agar disonansi dapat berubah menjadi konsonan.
3. Karena individu cenderung membentuk satu ekspektasi untuk menjalani realita dengan lebih baik sehingga saat terjadi disonansi mereka cenderung mengubah informasi atau melakukan denial.
4. Ada, setiap individu memiliki keyakinan dan realita yang berbeda sehingga setiap disonansi yang terjadi akan diselesaikan dengan cara yang berbeda sesuai dengan keputusan masing-masing individu.

FENNY FENNY
2301923855

1. menurut saya cara terbaik adalah dengan mengubah ekspetasi, karena menjustifikasi dan menolak/merubah realita hanyalah jalan keluar sesaat, akan semakin sulit kedepannya untuk melawan disonansi ini sendiri. menerima realita dan mengubah ekspetasi adalah cara yang paling realistis menurut saya, karena tidak semua berjalan sesuai dengan kemuan manusia, dan kenyataan itu yang harus diterima. Contoh: Leo mencintai Anna, Leo berekspetasi akan menikahi Anna suatu hari nanti. tetapi Anna tidak menunjukkan reaksi yang sama terhadap Leo. Leo mulai menyadari realita ini tidak sesuai dengan ekspetasinya, Leo lebih memilih untuk mundur menikahi Anna. karena jika ia menjustifikasi ataupun menolak keadaan yang ada, ia hanya akan sakit hati sendiri nantinya.
2. karena jika disonansi kognitif terjadi pada otak, manusia harus menemukan cara untuk mengatasi disonan yang terjadi pada otak, untuk keluar dari perasaan tidak nyaman yang dialami ketika ada pertentangan yang terjadi
3. karena besarnya ekspetasi yang sudah kita ciptakan, ekspetasi tersebut terkadang diciptakan dengan keyakinan yang besar juga. sehingga terkadang kita memilih untuk menjustifikasi realita agar ekspetasi kita tetap terjalankan, atau bahkan menolak realita , karena kita tidak siap dengan realita yang ada.
4. tentu saja ada, seriap manusia memiliki pola pikir yang berbeda-beda. tentu saja itu juga berlaku dalam disonansi kognitif yang terjadi pada otak manusia. tergantung pada seberapa besar ekspetasi yang diciptakannya, seberapa kuat is menerima realita , dll.

ARINDIA PRAMESTI
2301851231

1. Mana diantara cara itu yang lebih baik? Berikan contoh
Jawaban : Menurut saya cara yang lebih baik adalah merubah ekspektasi. Cara tersebut juga dapat mendewasakan kita karena kedua cara lainnya terkesan bahwa kita adalah anak kecil yang belum dapat menerima kenyataan dan hal tersebut dapat berakhir buruk. Contohnya adalah ketika saya dijauhi oleh teman dekat saya, saya akan berusaha merubah ekspektasi dengan cara menjadikan ini sebagai pelajaran bahwa saya tidak boleh terlalu percaya terhadap orang lain dan mungkin saja kami memang tidak cocok untuk berteman.

2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif kita harus melakukan salah satu dari 3 cara yang sudah disebutkan?
Jawaban : Karena cara-cara tersebut melindungi diri kita dari rasa sakit dan tidak nyaman yang lebih mendalam. Karena pada dasarnya tidak ada manusia yang ingin terus-terusan merasa sakit dan tidak nyaman dan ingin cepat-cepat kembali merasakan nyaman.

3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspetasi ketika menjalani disonansi?
Jawaban : Karena jika kita sudah memiliki ekspektasi yang besar, kita akan berpegang kepada ekspektasi tersebut dan tidak mau menerima realita yang tidak sesuai. Terkadang justifikasi realita atau menolak realita (denial) merupakan cara termudah yang dapat kita jalankan ketika kita tidak dapat menghadapi realita.

4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaiman perbedaannya?
Jawaban : Ada, karena semua individu memiliki pola pikir dan pengalaman yang berbeda. Hal tersebut dapat membedakan individu dalam mengalami disonansi kognitif dan dalam pemilihan cara untuk mengatasi disonansi.

CRISTINA ELLEN ANGELINA
2301918571

1. Menurut saya,dari ketiga cara yang ada, yang terbaik adalah mengubah ekspektasi karena saya rasa kita harus menjadi orang yang realistis. Tidak semua hal akan berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dengan melakukan justifikasi dan mengubah realita, saya rasa saya hanya akan menjadi orang yang takut menghadapi kenyataan dan seakan-akan terlena dalam comfort zone saya sendiri. Jika terjadi konfrontasi dengan realita yang tak terhindarkan,kita dapat menjadi down atau mendapatkan mental break down. Contoh mengubah ekspektasi : Linda berekspektasi mendapatkan sepeda ketika mendapat nilai 100. Tetapi melihat keuangan keluarganya yang sedang tidak baik, ia mengubah ekspektasinya menjadi lebih sesuai dengan keadaannya yaitu sebuah tas baru. Oleh karena itu jika ia tidak dibelikan sepeda, Linda akan baik baik saja karena ia sudah tidak mengharapkan sepeda lagi
2. Disonansi kognisi itu terjadi ketika realita dan ekspektasi kita tidak selaras atau tidak konsisten. ketika kita mengalami disonansi, akan muncul perasaan tidak nyaman dalam pikiran kita. Untuk menjaga kesehatan mental kita dari beban pikiran dan stress berlebih, kita harus melakukan sesuatu untuk memberikan ketenangan pada pikiran kita. Ketiga cara tersebut harus kita lakukan salah satunya untuk mengusahakan tercapainya konsonansi dalam diri kita.
3. Ada perbedaannya karena setiap individu memiliki cara berfikir yang berbeda. Pengalaman DISONANSI yang dialami dapat berbeda. Apa yang dialami satu individu dan dianggap sebagai disonansi mungkin saja merupakan konsonansi bagi individu yang lain. Langkah yang diambil setiap individu pun berbeda untuk mengatasi disonansi. Tergantung yang mana yang lebih nyaman dilakukan oleh individu.

DEODATUS ABBO KHARIS PANE
2301875181

1. Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh.
Ans: menurut saya, cara yang paling baik adalah cara yang pertama yaitu mengubah ekspektasi. Seperti contoh, A berekspektasi bahwa B dapat menerima cintanya, tetapi pada kenyataannya, B sudah bertunangan dengan orang lain. Jadi, A mengubah ekspektasinya dengan cara move-on dengan hanya menganggap B sebagai sahabatnya atau merubah haluan ke si C.

2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
Ans: terkadang, ekspektasi yang kita punya tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang akan tejadi, dan karena itu kita dapat merasakan discomfort atas hal tersebut. oleh karena itu, seseorang cenderung memakai salah satu dari tiga cara mengatasi disonan tersebut agar disonan tersebut dapat berubah menjadi konsonan.

3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
Ans: Karena kadang sebagai manusia, kita memiliki ego dimana apa yang kita harapkan harus sesuai dengan kenyataan yang ada. Jadi terjadilah denial atau penyangkalan terhadap peristiwa yang sebenarnya terjadi dan yang ada dalam ekspektasi kita.

4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
Ans:
– Mengubah ekspektasi: ini adalah ketika seseorang merubah ekspektasinya, jika ekspektasi yang ia miliki tidak sesuai dengan realita yang terjadi.
– Menjustifikasi realita: ini adalah ketika A beranggap bahwa misal, B tidak melakukan hal yang sesuai dengan apa yang diekspektasikan dengannya karena ia sedang badmood atau karena timing yang kurang pas.
– Menolak realita: ini ketika seseorang benar-benar menolak realita yang terjadi dan menganggap bahwa apa yang ia ekspektasikanlah yang seharusnya terjadi.

ADELIA CITRA LARASATI
2301861844

1. Menurut saya, cara terbaik adalah dengan menjustifikasi realita, karena itu mengubah informasi yang bertentangan dengan ekspektasi saya. Contohnya, dosen saya jutek dan tidak bersemangat, mungkin itu karena hari ini beliau sedang mengalami hari yang buruk.

2. Karena disonansi kognitif membuat kita merasakan ketidaknyamanan secara mental, karena ada ketidakseimbangan yang berubah menjadi seimbang.

3. Menurut saya, karena kita memiliki ego yang besar, kita cenderung ingin mempertahankan ekspektasi kita terhadap sesuatu tersebut.

4. Ada. Menurut saya, setiap orang memiliki perbedaan dalam mengahadapi suatu masalah, maka dari itu, pasti mereka memiliki pengalaman disonansi yang berbeda-beda juga.

NAURA AZZAHRA
2301892105

Menjawab pertanyaan dosen tamu:
1) Mana diantara ke tiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh!
•Menurut saya cara terbaik adalah dengan mengubah ekspektasi, karena dengan mengubah ekspektasi, artinya kita menyetarakan kemampuan kita dengan ekspektasi kita secara realistis. Contohnya seperti, saat saya berekspektasi mendapat IPK 4,00 namun karena saya akhirnya sadar kemampuan saya mungkin tidak cukup, akhirnya saya mengubah ekspektasi saya menjadi IPK diatas 3, yang realistis dan sesuai dengan kemampuan saya untuk menghindari situasi dimana saya akhirnya bisa saja tertekan atau stress dan semakin terbebani.
2)Mengapa ketika terjadi disonasi kognitif Kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
•Agar kita dapat berada di keadaan konsonan, dimana kita merasa nyaman terhadap ekspektasi dan realita yang ada.
3)Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketik menjalani disonasi?
• Karena kita seringkali menginginkan realita untuk berjalan sesuai ekspektasi kita. Oleh karena itu, sering kali kita lebih memilih untuk tidak mengubah ekspektasi kita.
4)Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam mengurangi disonasi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
•Pasti ada perbedaan individu dalam mengurangi disonasi kognitif yang disebabkan oleh perbedaan tiap individu dalam mengambil keputusan untuk mengurangi disonasi.

ARLIEKA PERMATASARY
2301942715

– Cara yang lebih baik menurut saya adalah menjustifikasi realita atau mengubah informasi yang bertentangan dengan ekspektasi, karena tidak semua yang kita ekspektasikan akan terjadi sesuai dengan ekspektasi kita. Contohnya: saya berekspektasi dengan kebijakan BINUS untuk belajar di rumah atau online saya akan produktif, tetapi realitanya saya mendapatkan hambatan-hambatan yang menganggu saya untuk produktif sehingga saya berpikir jika saya terus bermalas-malasan saya hanya akan menumpuk tugas. Nantinya saya akan panik, serta tidak maksimal dalam mengerjakan tugasnya dan bermalas-malasan atau bermain gadget bisa saya lakukan sepuas saya setelah saya selesai belajar dan mengerjakan tugas.
– Disonansi sendiri merupakan perasaan tidak nyaman seseorang karena adanya kontradiksi antara 2 pikiran atau pikiran dan perilaku, sehingga seseorang akan berusaha untuk mengembalikan perasaan nyamannya. Sehingga ketika kita merasakan disonansi, kita perlu melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah dijelaskan untuk mengembalikan perasaan nyaman, agar kita tidak terhambat dengan perasaan tidak nyaman.
– Karena tidak semua kontrakdiksi atau kondisi situasi bisa diubah ekspektasinya
– Terdapat perbedaan pengalaman disonansi pada setiap individu, karena setiap individu memiliki disonansinya masing-masing dan berbeda-beda.

CHAIRUNISSA SALZA NADILLA
2301950383

1. Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh.

? Menurut saya cara yang lebih baik dari ketiga cara tersebut adalah mengubah ekspektasi, karena justifikasi realita berkesan seperti kita tidak menerima realita yang terjadi dan itu bukan hal yang baik menurut saya dan menolak realita atau denial jelas bukan hal yang baik karena kita tidak memkasakan realita yang terjadi, dan tidak memaksakannya menjadi sesuai ekspektasi kita. Oleh karena itu, mengubah ekspektasi adalah cara yang paling baik menurut saya, karena memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi pun juga tidak baik.

Contoh : saya ber-ekspektasi jika saya merubah penampilan saya orang-orang lain disekitar saya akan terkesima dan memuji-muji saya, tapi kenyataannya tidak semua orang disekitar saya memperlakukan saya seperti ekspektasi saya bahkan sebaliknya, mereka malah berbicara negative tentang saya, dan saya akan merasa down setelahnya. Dan mengubah ekpektasi adalah cara terbaik, dengan tidak memiliki ekspektasi yang tinggi tentang hal yang saya lakukan, apapun realita yang terjadi akan lebih saya terima secara bijak dan lapang dada.

2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?

? Seperti yang sudah saya jelaskan di jawaban pertanyaan sebelumnya, mengubah ekpektasi adalah cara terbaik menurut saya, dengan tidak memiliki ekspektasi yang tinggi tentang hal yang akan kita lakukan, apapun realita yang terjadi kita akan lebih bijak dan lapang dada dalam menerimanya.

3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?

? Menurut saya karena masing-masing individu memiliki keinginan tersendiri atas hal yang mereka lakukan, contohnya mungkin hal yang mereka inginkan itu adalah hal yang sangat mereka inginkan sejak lama sehingga mereka sangat ingin realita yang terjadi pada hal tersebut adalah realita yang berakhir baik dan sesuai keinginan mereka.

4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?

? Menurut saya tentu ada karena masing-masing individu memiliki perbedaan dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi dalam hidup mereka dan masing-masing individu memiliki sifat yang berbeda-beda.

TAVANIA RIFAYANI ILAIKA
2301936265

1.) Saya memilih untuk mengubah ekspektasi saya. Karena mau tidak mau, kita harus beradaptasi dengan lingkungan kita. (contoh: saya berekspektasi kalau saya akan gampang mendapat parkir di area parkir kampus. Ternyata, semua spot parkir sudah terisi setiap hari. Dengan itu, sebaiknya saya tidak usah membawa kendaraan pribadi dan memilih menggunakan kendaraan umum untuk ke kampus.)
2.) Agar kita tidak terjebak dalam perasaan tidak nyaman yang disebabkan oleh disonansi.
3.) Karena kita cenderung memiliki ekspektasi yang tinggi dan kita berusaha mempertahankan ekspektasi tersebut. Padahal seharusnya, kita tetap berpegang pada realita.
4.) Tentu ada. Setiap orang pasti pernah mengalami disonansi dalam keadaan yang berbeda-beda. Seberapa tingginya ekspektasi orang akan suatu keadaan dan cara mereka menanganinya pun berbeda.

ARIENDHA SALSABILLA
1801408470

Jawaban saya dari pertanyaan dosen tamu
– Menurut saya, cara yang lebih baik dilakukan adalah mengubah elemen perilaku atau mengubah ekspetasi saya terhadap sesuatu. contoh nya teman saya sedang sedih bukan karena saya mengoloknya melainkan ada hal lain. Beberapa saat setelahnya pasti ia tidak sedih lagi setelah saya menghiburnya dan mengajak bicara.
– Untuk membuat diri kita kembali ke keadaan nyaman (konsonan) dimana tidak ada gagasan yang saling bertentangan dan agar kita tidak terjebak dalam perasaan tidak nyaman dan sekaligus mengasah kita untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.
– Karena kita cenderung tidak ingin berpaling dari ekspetasi awal dan cenderung berusaha mempertahankan ekspetasi tersebut secara maksimal. Dan biasanya kita terlalu tinggi dalam berekspektasi dan selalu mempertahankan ekspektasi yang kita miliki padahal kita juga harus melihat terhadap realita yang ada.
– Ada perbedaan karena setiap individu pasti berbeda beda dalam melihat suatu kejadian. Setiap individu pun berbeda beda ekspektasinya dan juga karena manusia memiliki kognisi yang berbeda di setiap di lingkungan manapun.

ALYKA NAIMA WIDYANTAMA
2301943131

Pertanyaan: Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh.
Jawaban: Menurut saya, mengubah ekspektasi merupakan cara yang lebih baik. Dibandingkan dengan dua cara lainnya, mengubah ekspektasi merupakan hal yang mudah dilakukan dan mengurangi peluang kesalahan penyimpulan realita. Dengan melakukan justifikasi realita, kita akan membuat suatu alasan yang hanya untuk diri kita tidak kecewa, sama halnya dengan menolak realita. Kedua cara tersebut seakan membohongi diri sendiri dan menjauhkan dari pikiran rasional dan logika.

Pertanyaan: Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
Jawaban: Karena kalau tidak melakukan salah satu dari ketiga cara tersebut, seseorang akan terus menerus merasa kecewa dana pesimis akan realita yang ia jalani. Sedangkan, dengan melakukan salah satu dari ketiga cara tersebut dapat membantu pikirannya untuk lebih terbuka, walaupun justifikasi dan menolak realita terdengar seperti terlalu optimis, tapi kedua cara tersebut akan memiliki keuntungannya masing-masing di waktu tertentu.

Pertanyaan: Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
Jawaban: Terkadang, kita sudah memiliki ekspektasi yang tidak terlalu tinggi tetapi kerap kecewa akan realita yang dihadapi. Disinilah pentingnya menggunakan kedua cara lain, yaitu menjustifikasikan realita dan menolak realita. Dengan menjuftifikasikan realita, seseorang dapat berpikir lebih positif atau optimis dengan peluang atau kesempatan yang akan ia dapat. Dengan menolak realita, seseorang akan mengurungi niat keputus asaannya agar ekspektasinya terpenuhi.

Pertanyaan: Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
Jawaban: Terdapat perbedaan. Karena setiap individu mengalami situasi dan memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mereka akan membuat keputusan berbeda di setiap situasi yang dimana melakukan cara tertentu adalah yang paling tepat.

JENNIFER VENICIA VALENTINO
2301872236

Pertanyaan dosen tamu/video
1. Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contohnya
Menurut saya pribadi, tidak ada cara yang lebih baik dari yang lain. Segala cara yang akan kita lakukan pastinya akan disesuaikan dengan konteks permasalahan yang terjadi. Tidak ada cara yang buruk dan tidak ada cara yang baik juga.
Sebagai contohnya yang sering kita alami, ketika kita memesan sebuah aplikasi online dan ternyata mobil/motor tersebut tidak bergerak-gerak kita langsung berpikir bahwa mobil/motor tersebut terkena macet sehingga tidak bergerak. Atau contoh lainnya ketika seseorang bertemu teman lawan jenisnya untuk pertama kali yang ia kenal melalui aplikasi, dan setelah bertemu lawan jenis tersebut tidak melanjutkan percakapan maka orang tersebut bisa saja langsung mendenail “Palingan dia lagi sibuk, ga mungkin dia jauhin kan kita udah lama chat”
Sedangkan jika kita tonton film tersebut, menurut saya cara yang tepat untuk Tom adalah mengubah ekspektasi terhadap summer.
2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan
Dikarenakan munculnya disonansi kognitif menghasilkan perasaan yang tidak nyaman dalam diri kita dan perasaan yang mengada-ada, sehingga kita yang ingin menghilangkan hal tersebut dapat melakukan 3 cara yang telah disebutkan oleh Leon Festinger.
3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
Seperti yang sudah saya jelaskan pada poin sebelumnya, perubahan ekspektasi akan diikuti dengan lingkungannya/konteks permasalahn yang akan terjadi.
4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada bagaimana perbedaannya?
Tentu saja adanya perbedaan antar individu, setiap individu juga sudah diciptakan memiliki hal yang berbeda otomatis disonansi yang terjadi dan juga cara menanggapinya juga akan berbeda.

SENITTE HALONA DARMAWI
2301870483

1. Menurut saya cara yang lebih baik adalah mengubah ekspetasi. Dikarenakan dari 2 contoh lainnya menjustifikasi dan menolak realita yang ada sesuai dengan apa yang kita inginkan sangatlah tidak baik. Karena dari hal tersebut persepsi yang kita berikan kepada orang lain dapat menciptakan hasil yang berbeda. Contoh: jika gagal menjadi seorang artis dapat merubah profesi menjadi sutradara film.
2. Agar tidak merasa ketidaknyamanan tersebut.
3. Karena kita pastinya menginginkan hal yang sudah kita ekspetasikan menjadi kenyataan
4. Tentu saja ada, setiap orang memiliki permasalahan yang berbeda-beda

ROBERTUS BELARMINUS ANANDA PUTRA PRASANTYO
2301884835

1. Jika ditanya cara yang lebih baik adalah tidak ada. Menurut saya pertanyaan itu terlalu umum. Setiap cara tersebut memiliki tujuan tertentu, tergantung masalahnya. Namun, jika membicarakan disonansi saya sekarang yaitu kesulitan mengatur waktu di rumah, maka cara yang lebih baik supaya saya dapat merasa nyaman adalah dengan mengubah ekspektasi saya terhadap istilah “belajar di rumah”. Belajar di rumah bukan berarti sambil bersantai atau boleh sesukanya menunda waktu, melainkan belajar dengan mendisiplinkan diri dari bersantai/mengatur waktu antara hak dan kewajiban. Contohnya saya tadi telah bersantai maka sekarang saya harus belajar sesuai tujuan dari “online learning”. Awalnya, saya memang malas dan menunda pekerjaan sehingga saya harus menyelesaikan tugas lewat larut malam. Namun, akhirnya saya telah mengubah agenda dan kebiasaan saya sehingga saya dapat mengerjakan tugas dan tidur tepat waktu,
meskipun memang harus saya akui lumayan susah mengubah kebiasaan dan niat.

2. Kita harus melakukan salah satu dari ketiga cara supaya kita dapat merasakan kenyamanan dan ketenangan diri. Kenyamanan dan ketenangan di sini maksudnya adalah keadaan yang seharusnya atau tidak ada hal yang kontradiktif. Ketika kita merasakan disonan maka kita cenderung akan melakukan sesuatu agar disonan itu kembali berubah menjadi konsonan. Maka, ketika kita merasakan konsonan bisa dibilang ekspektasi dan realita menjadi sesuai dan harmonis. Saat itu lah kita merasa yakin apa yang kita harapkan dengan apa yang kita lakukan sesuai.

3. Karena bisa saja ekspektasi kita memang benar dan faktor luar lah yang memang salah. Apa yang kita pikir bisa saja benar namun tidak sesuai dengan kenyataan yang seharusnya. Maka, wajar jika kita mempertahankan ekspektasi. Contohnya pada kasus Tom dan Summer. Wajar saja apabila Tom masih yakin dan berharap Summer menyukainya. Summer mungkin sedang ingin lebih banyak bergaul dengan temannya daripada Tom, atau mungkin Summer sedang tidak ingin diganggu Tom.

4. Tentu ada. Setiap individu pasti unik, dalam artian kognitifnya dipengaruhi berbagai hal. Sudah sangat wajar jika setiap individu memiliki pengetahuan dan kepribadian yang berbeda. Pengetahuan dan kepribadian itu berfungsi ketika individu mengalami disonansi. Disonansi berarti suatu masalah. Maka, setiap individu pasti mengalami pengalaman yang berbeda jika dihadapi dengan disonansi. Contohnya papa dan adik saya. Papa saya tidak akan berhenti merokok meski kami sekeluarga sudah mencoba mengingatkan baik dengan artikel yang sengaja ditempel di teras atau teguran langsung. Beda dengan adik saya yang merokok namun setelah kami tegur akhirnya ia berhenti merokok. Kedua contoh itu membuktikan bahwa pengalaman disonansi bisa terjadi berbeda, papa saya merasa tidak terpengaruh karena menurutnya selama ini merokok tidak memberikan efek apapun sedangkan adik saya merasa terpengaruh teguran keluarga meski efek negatif merokok belum dirasakan. Adik saya berhenti merokok karena ia merasa kakaknya tidak merokok sehingga ia telah berperilaku menyimpang dari budaya kakaknya.

FELICIA CHRISTINE TARDY
2301870451

Menjawab pertanyaan dosen tamu.
1. Mana di antara ke-3 cara itu yang lebih baik? Berikan contoh.
Menurut saya, sebenarnya tidak ada cara yang lebih baik. Semua tergantung pada konteks permasalahannya. Menurut pandangan saya, kita akan menggunakan cara tertentu pada situasi tertentu pula. Misal: Ada seorang artis yang berekspektasi tinggi ia akan terpilih sebagai brand ambassador dari suatu brand ternama. Namun realitanya, ia tidak terpilih. Maka ia menjustifikasi realitanya, “ah, mungkin saya tidak terpilih karena mereka tidak tahu seberapa hebat kemampuan saya dalam mempromosikan suatu brand.”

Kondisi lainnya, misal: seorang artis bertengkar dengan sahabatnya dan berekspektasi mereka akan segera berbaikan. Namun ternyata tidak begitu. Maka ia mungkin menggunakan cara denial, “Nggak mungkin dia jauhin aku, mungkin aku berpikir berlebihan”.

Namun, apabila konteksnya seperti pada kasus Tom, menurut saya akan lebih baik menggunakan cara mengganti ekspektasi (Walau akan memberi kesan ia menjadi pria yang kurang berusaha. Namun hal ini tidak berlaku apabila Tom telah sangat berusaha mengejar cintanya). Karena menurut saya, apabila ia menjustifikasi realita di kondisi ia seperti itu secara terus-menerus, hal itu malah akan memberi kesan bahwa ia membohongi dirinya sendiri (Cth: “Ah, mungkin karena dia lagi nggak mood” / “ah, mungkin dia lagi sibuk”). Apabila ia menolak realita, hal itu akan memberi kesan bahwa ia akan hanya menerima jawaban yang ia nantikan saja (Cth: “Ga mungkin dia ga suka sama aku, mungkin aku yg overthinking” / “Ga mungkin dia ga suka sama aku, mgkin aku harus jaga jarak dulu”).

2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari 3 cara yang sudah disebutkan?
Seperti yang telah tertulis di buku Psikologi Sosial oleh M. Enoch Markum (Edisi Pertama), telah ditulis, “…menurut Festinger akan mengakibatkan perasan tidak nyaman dan selanjutnya ia akan berusaha mengembalikan dirinya dalam keadaan nyaman.” Maka dapat disimpulkan bahwa, kita harus melakukan salah satu dari 3 cara yang telah disebutkan untuk mendapatkan kenyamanan dalam diri kita.

3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
Seperti yang telah saya jelaskan di nomor sebelumnya, bahwa kita akan menggunakan cara tertentu pada situasi tertentu pula. Contoh lainnya, misal: saya berekspektasi memiliki nilai ujian yang bagus. Namun kenyataannya tidak begitu. Maka saya bisa menggunakan solusi dengan menjustifikasi realita, “Nilaiku jelek mungkin karena dosennya lagi nggak mood/lagi ada masalah selagi koreksi, jadinya nilaiku dibuat jelek juga.”

4. Lalu apakah ada perbedaan antarindividu dalam mengurangi disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
Menurut saya ada, karena beda individu, maka akan berbeda pula solusi yang akan digunakan oleh individu (walau tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada beberapa individu yang akan menggunakan solusi yang sama karena bisa jadi memiliki sudut pandang juga pemikiran yang sama pula).

Perbedaan ini dapat terlihat pada pemilihan solusi seorang individu gunakan saat menghadapi disonansi yang ia alami sendiri. Misal dalam kondisi: Akan ada pemilihan siswi tercantik di sekolah X. Namun kategori pemilihan tidak hanya terbatas pada siswi tercantik di sekolah X saja, namun ada pemilihan lainnya lagi, seperti pemilihan pemegang rekor nilai terbagus di sekolah X.

Si A dan si B berekspektasi bahwa mereka akan terpilih sebagai siswi tercantik di sekolah X. Namun pada kenyataannya tidak begitu. Maka, si A bisa jadi mengganti ekspektasinya, “Mungkin aku tidak terpilih karena aku sudah terpilih di pemilihan kategori lain.”

Si B bisa jadi mengatasi disonansinya dengan melakukan denial, “Ah, ga mungkin aku ga terpilih. Mungkin ini terjadi karena aku belum tampil maksimal.”

MICHELLE CHRISTINA SINARLI
2301952432

1. Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh
= Menurut saya mengubah ekspektasi merupakan cara yang lebih baik karena membuat kita tidak menyepelekan situasi. Contoh: saya berekspektasi bahwa jalanan akan sepi sehingga pergi ke kampus agak telat, tetapi di jalanan ternyata macet. Maka seharusnya saya tidak berpikir demikian dan pergi ke kampus lebih cepat lagi.
2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari 3 cara yang sudah disebutkan?
= Karena dapat membantu kita merasa nyaman dengan melakukan keadaan konsonan dan tidak memikirkan hal yang dapat mengganggu (mendistrak).
3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
= Karena kita cenderung berpikir tidak masalah jika memiliki harapan yang tinggi terhadap suatu hal.
4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
= Perbedaan pengalaman disonansi kognitif pasti ada antar individu karena proses disonansi pada setiap orang berbeda.

ANGELINE ANGELINE
2301905783

Menjawab pertanyaan dari Dosen Tamu: Ada di Video Dosen Tamu menit ke 7:15 (jawab di Forum)

1. Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh.
Ketiga cara yang dimaksud adalah mengubah perilaku untuk disesuaikan dengan kepercayaan/pemikiran, mengubah kepercayaan/pemikiran tersebut untuk disesuaikan kepada perilaku yang terjadi, atau mencari elemen baru. Menurut saya, cara yang lebih baik harus disesuaikan dengan situasi yang terjadi, yang sesuai dengan konsep sosial psikologi juga. Contohnya:
a. Mengubah perilaku
Seseorang yang merupakan perokok berat akan mengalami disonansi karena mengetahui efek negatif rokok, kemudian mengubah perilakunya dan mengurangi/berhenti merokok.
b. Mengubah pemikiran/kepercayaan
Seorang siswa umur 8 tahun memiliki kepercayaan bahwa semua guru itu galak, namun ketika ia bertemu dengan guru yang baik, ia mengalami disonansi, yang mengarah ke berubahnya pemikiran bahwa semua guru itu galak menjadi ada guru yang galak dan ada guru yang baik.
c. Menambah elemen baru
Seorang karyawan memiliki kondisi finansial yang buruk dan merupakan tulang punggung keluarganya, sehingga terkadang harus meminta gajinya dibayar lebih awal untuk melunaskan kebutuhan hidup, dan atasannya yang mengerti kondisinya selalu mengerti dan dengan baik dan lembut memberikannya gaji lebih awal. Suatu hari ketika karyawan tersebut meminta gajinya 5 hari lebih awal, atasannya marah-marah. Timbullah disonansi, kemudian ketika ia berusaha mencari tau lebih lagi, ternyata atasannya memang pada mood yang tidak baik saat itu. Ketika esok harinya permintaannya diajukan lagi, atasannya menyetujui dengan baik kembali.

Tidak hanya tergantung situasi, namun juga tergantung orangnya, dimana terdapat perbedaan individual seperti faktor keluarga, budaya, tradisi, sifat, dll.

2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang disebutkan?
Menurut Aronson, salah satu determinan paling kuat daripada perilaku manusia adalah keinginan kita untuk mempertahankan self-image yang baik, sehingga ketika muncul disonansi kognitif, kita berusaha mengurangi atau menghilangkannya dengam tiga cara tersebut. Apabila bertentangan, maka dalam diri mereka, secara sederhananya akan muncul pertanyaan, bukankah aku munafik? Apakah kata-kataku tidak dapat dipercaya? Apakah kepercayaanku sesungguhnya tidak dapat diandalkan? Tiga cara diatas akan menghasilkan kesesuaian between what we think/believe and what we do, yang akan menghilangkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang akan mengembalikan self-image yang positif dan stabil.

3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
Kembali ke jawaban saya pada poin pertama, tergantung dengan situasinya. Mungkin saja situasinya membutuhkan lebih banyak informasi atau elemen baru untuk menjustifikasi, atau mungkin saja memang perilaku yang harus diubah.

4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
Tentu ada, ciri khas manusia adalah keunikannya. Perbedaannya memiliki sangat banyak faktor, upbringing,budaya, tradisi, kepercayaan, agama, gender, dan lain-lain.
Contoh paling simpel adalah pada tingkat disonansi kognitifnya. Seorang serial killer tidak ada merasakan disonansi kognitif pada saat berbohong dengan anak kecil yang masih polos yang berbohong kepada gurunya dan mengalami disonansi kognitif yang sangat besar.

GITA GLORIA KUMAAT
2301887484

Jawaban saya dari pertanyaan dosen tamu
* Menurut saya, cara yang lebih baik dilakukan adalah mengubah elemen perilaku atau mengubah ekspetasi saya terhadap seauatu. Contohnya jika saya berekspetasi situasi belajar dirumah adalah sesuatu yang mudah dan kenyataannya tidak semudah yang saya kira, akan lebih baik jika saya langsung mengubah ekspetasi saya dengan yang lain atau yang lebih rumit dan serius.
* Menurut saya karena disonansi mengakibatkan diri kita mengalami rasa yang tidak “enak” atau rasa yang canggung karena ekspetasi kita tidak sesuai dengan realita, kita secara tidak sadar akan mencari jalan keluar yang lain untuk bisa keluar dari rasa canggung atau ketidakenakan kita pada saat itu.
* Menurut saya mungkin karena ekspetasi kita kebanyakan adalah ekspetasi yang pada dasarnya baik atau menguntungkan buat diri kita sehingga kita akan merasa segan untuk mengubah ekspetasi kita menjadi sesuatu yang lain. Dan juga bisa dikarenakan ego kita yang tidak mau menerima kenyataan yang sudah terjadi.
* Tergantung kepada setiap individu yang mengalaminya. Apakah ia seseorang yang cepat menerima situasi yang telah terjadi atau mengakui realita yang telah terjadi berbeda dengan ekspetasinya atau seseorang yang sulit untuk menerima sebuah realita kemungkinan besar akan mengalami kesulitan akan menerima situasi atau disonansi yang dialami.

NAURA SYAFIQAH GAGARMAYANG
2301946884

1. Menjustifikasi realita. Menurut saya itu adalah cara yang Lebih baik dan juga lebih bisa masuk di akal saya. Karena disini kita tetap memiliki ekspektasi dan tidak mengubah ekspektasi tapi yang diubah adalah informasi yang bertentangan dengan ekspektasi. Jadi kita lebih menggunakan positif thinking kita.
Contohnya : Saat ulang tahun, pacar kita ga kasih kado. Tapi kita langsung mikir, oh bukan Karena dia ga sayang tapi Karena dia lagi gaada uang, mungkin besok-besok kalo udah ada uang dia bakal beliin kita kado.
2. Karena disonansi kognitif membuat diri kita tidak nyaman. Sebagai manusia kita pasti gamau punya perasaan ga naman kayak gitu.
Makanya, dengan adanya ketiga cara itu akan menghilangkan perasaan tidak naaman tersebut.
3. Karena sebagian orang akan tetap berpegang teguh dengan ekspektasinya, dan bekerja keras agar ekspektasinya tercapai.
4. Pasti ada, Karena setiap orang pasti berbeda-beda dalam menyelesaikan masalahnya.

TATJANA PATITZ
2301881373

Pertanyaan Dosen tamu
– Mana di antara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh
= Menurut saya, mengubah ekspektasi adalah cara yang terbaik karena semakin lama kita memegang ekspektasi tersebut semakin sering juga kita akan mengalami disonansi. Contohnya seperti ekspektasi Tom terhadap Summer, jika dia menjustifikasi realita atau bahkan menolak realita, ia akan kecewa karena ekspektasinya sendiri. Jadi ekspektasinya lah yang harus diubah.
– Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
= Menurut saya, salah satu dari tiga cara itu harus dilakukan agar kita terhindar dari disonansi yang terus-menerus dan agar kita tidak memelihara ekspektasi kita.
– Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
= Menurut saya, alam bawah sadar ikut andil dalam berekspektasi tentang sesuatu. jadi, ekspektasi adalah hal yang sangat kita inginkan untuk terjadi kepada kita karena itu, jarang sekali orang mengubah ekpektasi karena sekali pun kita mengalami disonansi kita kerap berpikir bahwa ekspektasi tersebut masih bisa terwujud di kemudian hari.
– Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
= Menurut saya, ada perbedaan karena setiap individu pasti berbeda beda dalam melihat suatu kejadian dan setiap individu pun berbeda beda ekspektasinya.

AFIFA QONITA ROZAKIA
2301940893

Pertanyaan dari Dosen Tamu :
1. Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh
Jawab : Menurut saya, cara untuk mengubah disonansi yang lebih baik adalah menjustifikasi atau merasionalisasi realita. Karena dengan hal ini, lebih baik Tom menerima dengan realita bahwa Summer memang tidak suka atau tidak ada rasa dengannya, dan tidak perlu berekspetasi dengan bagaimana perasaan Summer yang sesungguhnya. Dengan demikian, maka Tom dapat mengubah disonansi yang dialaminya. Contohnya seperti disaat keadaan seperti saat ini, kita berusaha menerima realita bahwa virus corona memang sudah menyebar, dan agar mencegah penyebarannya, kita harus tetap tinggal dirumah dan mengurangi aktivitas diluar selama 14 hari.

2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
Jawab : Karena kita tidak bisa mengubah disonansi dengan ketiga cara tersebut sekaligus. Disonansi hanya dapat diubah dari salah satu cara tersebut, karena setiap orang pasti memiliki cara ataupun perspektif yang berbeda mengenai bagaimana ia harus menghadapi disonansinya. Masalah yang dihadapi tentu berbeda, dan setiap cara memiliki kadar sesuai bagaimana kondisi disonansi yang dialami.

3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekpetasi ketika mengalamin disonansi
Jawab : Karena mungkin dari bawah alam sadar kita masih berharap terhadap ekspetasi tersebut, sehingga untuk mengubahnya terkadang perlu pertimbangan didalam pikiran kita, apakah kita akan tetap berharap dengan ekspetasi, atau menerima realita. Seperti yang dialami Tom, ia mungkin sulit untuk menerima jika Summer tidak memiliki perasaan padanya, sehingga ia tetap pada ekspetasinya bahwa mungkin saja suatu saat seiring berjalannya waktu, Summer akan tertarik atau memiliki perasaan padanya.

4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
Jawab : Ya, pasti ada perbedaannya karena setiap orang pasti memiliki perbedaan perspektif juga bagaimana mereka berusaha menanggapi dan mengatasi disonansi kognitifnya. Hal tersebut juga terkait dengan pengalaman hidup seseorang dan tingkat pendidikan masing-masing individu.
Lalu untuk mengatasi hal apa yang perlu dilakukan terhadap keduanya dari cuplikan film tersebut adalah dengan sama sama mengintrospeksi diri. Mungkin Tom bisa menyatakan perasaannya kepada Summer sehingga dengan melakukan cara itu Tom bisa tahu bagaimana perasaan Summer kepadanya. Jika Summer mengatakan tidak, maka Tom bisa berhenti untuk berekspetasi terhadap perasaan Summer kepadanya.

RAYHAN POETRA SIREGAR
2301925601

1.saya memilih mengubah ekspetasi diri karena lebih baik dan efisien.
contoh: saat saya berada di lingkungan yang baru sebaiknya saya mengubah ekspetasi saya agar saya dapat lebig mengenal dan menerima lingkungan tersebut

2. disonansi kognitif mengahsilkan ketidaknyamanan serta mengganggu kita secara karakter dan mental yang tidak sesuai dengan diri kita sendiri.

3. dikarenakan orang cenderung mengalami disonansi mereka tidak nyaman dengan merubah ekspetasinya, karena seorang individu lebih percaya dan nyaman terhadap perspektif eksoetasinya masing – masing

4. ada, dikarenakan setiap kognisi yang dimiliki setiap individu akan berteegantungan dengan setiap lingkungan yang mereka hadapi.

sekian jawaban dari saya terima kasih.

ADDINDA ZEIRABANU KHAIRANI
2301954116

Pertanyaan-pertanyaan dari dosen tamu :
1. Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh.
Menurut saya, dari ketiga cara tersebut. saya memilih cara mengubah ekspektasi. karena kita harus selalu beradaptasi dengan keadaan/realita yang terjadi pada saat
itu.
Contoh : seorang pria mendekati wanita yang ia sukai, pria itu melakukan segala upaya agar mendapatkan wanita itu. pada kenyataannya, sang wanita merasa
risih dengan yang dilakukan oleh sang pria. akhirnya sang pria mendekati wanita lain yang kepribadiannya lebih cocok dengannya.

2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
Rasa disonansi yang berarti perasaan tidak nyaman yang dirasakan apabila ekspektasi yang dimiliki bertolak belakang atau tidak seimbang dengan realita, maka dari
itu cara yang telah disebutkan diatas adalah cara untuk mengurangi, menyeimbangi, serta menghilangkan rasa ketidaknyamanan tersebut.

3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
Karena biasanya kita terlalu tinggi dalam berekspektasi dan selalu mempertahankan ekspektasi yang kita miliki. padahal kita juga harus melihat terhadap realita yang
ada.

4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
Ya, setiap orang pasti memiliki pengalaman disonansi kognitif yang berbeda-beda. Serta setiap orang pun memiliki ekspektasi yang berbeda. tentunya juga cara
dimana mereka menanggulangi disonansi tersebut.

YOVITA DHEA NATASHA
2301950875

1. Menurut saya, cara mengurangi disonansi yang lebih baik itu adalah dengan menjustifikasi realita dibanding kita mengubah ekspektasi dan menolak realita yang terkesan menyakitkan. Contoh: adik saya terlihat tidak senang ketika melihat saya pulang, mungkin pada saat itu ia sedang ada masalah baik di sekolah ataupun dengan temannya sehingga ia tidak senang dengan kepulangan saya.
2. Karena kita pasti akan kecewa dan tidak nyaman ketika sesuatu tidak sesuai dengan yang kita harapkan, dan untuk menghilangkan atau mengurangi perasaan tersebut kita perlu melakukan sesuatu agar kita dapat merasa lebih baik.
3. Menurut saya, kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi karena kita percaya dalam lubuk hati kita yang terdalam kita masih mengharapkan ekspektasi itu menjadi kenyataan suatu saat.
4. Jelas ada perbedaan di setiap individu dan perbedaan itu terletak pada pemilihan cara mengurangi disonansi kognisinya, sesuai dengan masalah dan situasi yang dialami.

CISILIA CISILIA
2301873011
S1 Reguler

1. Mana diantara ketiga contoh itu yang lebih baik? Berikan contoh.
Mengubah ekspetasi. Karena dua contoh lainnya, menjustifikasi dan menolak realita yang ada sesuai dengan apa yang kita inginkan. Hal ini sangatlah tidak baik karena ini membuat persepsi kita pada orang lain atau sesuatu itu salah dan melenceng dari kenyataannya. Jadi menurut saya mengubah ekspetasi adalah cara yang lebih baik.
Seperti dalam contoh yang diberikan dosen tamu. Jika tom melakukan salah satu dari dua contoh lainnya yaitu menjustifikasi realita atau menolak realita maka dia akan selalu berpikir bahwa summer mempunyai perasaan yang sama akan dirinya yang dimana hal ini tidaklah benar dan jika summer tau akan hal ini maka berkemungkinan akan merenggangkan hubungan yang mereka punya.

2. Mengapa ketika kita mengalami disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
Disonansi kognitif berarti adanya kontradiksi antara ekspetasi yang kita miliki dan realita yang sebenarnya dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi diri diri kita. Karena kita mengalami ketidaknyamanan ini tentu kita ingin menghilangkannya bukan? Maka dari itu kita melakukan salah satu dari tiga contoh yang sudah disebutkan agar ketidaknyamanan kita hilang dan agar merasakan konsonansi.

3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspetasi ketika mengalami disonansi?
Karena mengubah ekspetasi agar sesuai realita yang ada merupakan hal yang sulit. Karena bisa saja mereka makin merasa ketidaknyamanan dengan ekspetasi mereka yang sesuai dengan realita yang tidak dia inginkan dan dia sudah terlalu nyaman dengan ekspetasinya yang tidak selaras dengan realita itu. Juga melakukan dua contoh lainnya adalah solusi yang lebih cepat dan efektif karena mereka menghilangkan ketidaknyamanan mereka dan merasa nyaman dengan realita yang mereka telah ubah.

4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
Tentu ada karena setiap orang memiliki pemikirannya masing-masing tentu saja sikap yang diambil dalam menangani pengalaman disonansi kognitif pun pasti berbeda. Salah contoh perbedaannya bisa dari lingkungan sosial individu itu atau kepribadian individu itu sendiri.

CLARA VERENA
2301868756

1) Menurut saya cara yang lebih baik antara 3 cara tersebut adalah untuk mengubah ekspektasi, karena jika seperti dalam contoh film video tersebut kemungkinan Summers tidak menyukainya secara romantic, lebih baik Tom mengubah ekspetasinya antara hubungan mereka menjadi hubungan teman. Dengan itu jika Tom masih mempunyai perasaan untuk Summer setidaknya mereka masih mempunyai hubungan persahabatan.
2) Agar tidak merasa ketidaknyamanan atas disonansi tersebut.
3) Menurut saya orang yang mengalami disonansi tidak selalu mengubah ekspektasi mereka karena ketidakinginan mereka untuk mengubah/ berhenti perilaku mereka dalam disonansi tersebut. Sehingga mereka melakukan denial dan menjustifikasi realita.
4) Tentu ada, perbedaannya adalah perilaku mereka atas disonansi tersebut.

RAIHANADIN MAHASANI TAQWIM
2301932525

Pertanyaan dosen tamu:
1. mana di antara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh
Menurut saya adalah dengan mengubah ekspetasi karena kita tetap berpegang pada tujuan awal kita namun hanya perlu mengubah cara menggapainya. Contoh: gagal menjadi seorang chef di restoran terkenal, kemudian membuat katering yang berbasis di rumah.
2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
Agar tidak terjebak dalam perasaan tidak nyaman dan sekaligus mengasah kita untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.
3. mengapa kita tidak selalu mengubah ekspetasi ketika mengalami disonansi?
Karena kita cenderung tidak ingin berpaling dari ekspetasi awal dan cenderung berusaha mempertahankan ekspetasi tersebut secara maksimal.
4. lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jka ada, bagaimana perbedaannya?
Tentu ada, setiap orang memiliki perbedaan dalam menghadapi setiap masalah. Otomatis, pengalaman disonansi kognitifnya juga berbeda. Ada orang yang menganggap suatu masalah biasa saja (merasionalisasi) namun ada juga yang menanggapi suatu masalah (yang sama) secara menggebu-gebu (menolak realita/mengubah ekspetasi).

FIRWANDA SANDI PRADIPTA
2301913892

1.menurut saya cara terbaiknya lebih mengubah ekspetasinya diri sendiri dibandingkan lainnya.
Contohnya: anak itu tidak biasa belajar dilingkungannya yang sangat ramai sehingga membuat dia susah untuk memasuki pelajaran di setiap lingkup keramaian.

2.karena kita hidup sesuai lingkungannnya
Jangan di paksakan jika tidak nyaman di suatu lingkungan, sesuakan sesuai realita hidup kedepannya yang apa adanya.

3.menurut saya, manusia sebagian besar pasti memiliki ego sebaiknya dia intropeksi dirinya sendiri bagaimana menghadapi hidup yang sebenarnya yang terjadi(realita) jangan di paksakan jika itu tidak mampu di lakukannya karena akan merugikan dirinya sendiri di dalam lingkungan mana pun.

4.ada, karena manusia memiliki kognisi yang berbeda di setiap di lingkungan manapun.

KYNAN PUTERA VERDI
2301939935

1. Menurut saya cara yang lebih baik adalah dengan dengan mengubah ekspektasi diri sendiri karena cara tersebut menurut saya identik dengan adaptasi. Misalkan saya berada dalam lingkungan sosial baru dan ekspektasi saya adalah “dapat menjadi dekat dengan semua orang”, namun jika kenyataannya tidak sesuai maka saya mengubah ekspektasi saya menjadi “hanya dengan beberapa orang yang saya ternyata nyaman” saja.

2. Dikarenakan disonansi kognitif membuat diri kita merasakan ketidaknyamanan secara mental, kita pun melakukan berbagai hal untuk menyeimbangi ataupun menghilangkan rasa ketidaknyamanan tersebut.

3. Menurut saya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya, dimana salah satunya adalah jika ego seorang individu besar maka kemungkinan besar ia akan melakukan denial dengan upaya agar ia tidak menurunkan kualitas ekspektasi yang ia pikir dapat dicapai, misalkan dengan contoh no.1 ia dapat melihat situasinya sebagai “lingkungan ini sombong terhadap saya” walaupun mungkin faktanya adalah ia sendirilah yang tidak mahir dalam bersosialisasi.

4. Perbedaan kognisi disonansi yang dialami individu terpengaruh oleh kebiasaannya dalam menangani masalah yang mirip dengan hal tersebut, dimana yang sudah mahir akan lebih cepat mencari solusi untuk menyeimbangi kognisinya, serta neurotisismenya dimana dengan yang tinggi, mereka yang mengalami hal yang tidak sesuai dengan ekspektasinya akan lebih cepat panik dan stress dibandingkan yang memiliki skor neurosis kecil.

THERESIA THERESIA
2301887194

Soal-soal dari dosen tamu:

a. Mana diantara ke tiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh!
Jawab: menurut saya cara menjustifikasi realita lebih baik, karena terasa lebih netral, dengan mengubah informasi yang bertentangan dengan ekspetasi, namun ekspetasi tidak diubah dan tidak menolak realita yang ada. Contoh: teman saya sedang marah bukan karena saya menyebalkan melainkan ada hal lain. Beberapa saat setelahnya pasti ia tidak marah lagi setelah saya menghiburnya.

b. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif kita harus melakukan salah satu dari 3 cara yang sudah disebutkan?
Jawab: agar diri kita kembali ke dalam keadaan konsonan dan agar kita merasa nyaman terhadap ekspetasi dan realita yang ada.

c. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspetasi ketika menjalani disonansi?
Jawab: karena kita kerap menginginkan hal-hal yang menjadi ekspetasi kita terjadi secara nyata dan memiliki harapan yang tinggi kepada ekspetasi tersebut untuk terjadi. Oleh karenanya biasanya banyak orang yang tetap memasang ekspetasi tinggi-tinggi dan ketika realita berbeda dari ekspetasi akan menolaknya atau sulit mengubah ekspetasinya.

d. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaiman perbedaannya?
Jawab: ada, keputusan yang dibuat oleh individu yang mengalami disonansi kognitif belum tentu sama.

BUNGA NATALIA SIHITE
230194836

Menjawab pertanyaan dari dosen tamu
1. Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh!
• Setelah melihat video dari dosen tamu, menurut saya cara yang lebih baik adalah mengubah ekspektasi karena dua cara lainnya terasa terlalu memaksakan. Contoh: saya berekspektasi bahwa dengan belajar sungguh-sungguh saya akan mendapat nilai sempurna, namun kenyataannya nilai saya masih belum sempurna. Akan lebih mudah jika saya mengubah ekspektasi saya sendiri bahwa dengan belajar sungguh-sungguh saya akan menguasai pelajaran itu.
2. Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
• Untuk membuat diri kita kembali ke keadaan nyaman (konsonan) dimana tidak ada gagasan yang saling bertentangan.
3. Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
• Hal ini bisa saja karena kita terlalu nyaman dengan ekspektasi kita, namun di sisi lain bisa saja karena kita percaya bahwa pada kesempatan lain ekspektasi kita bisa terwujud sehingga kita kembali memperjuangkan ekspektasi kita
4. Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam mengurangi disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
• Ada, karena berbeda individu maka akan berbeda juga gagasan atau keyakinan yang dimiliki, sehingga perbedaan ini akan mempengaruhi keputusan yang diambil untuk mengurangi disonansi yang dialami.

ANNISA RAMADANI
2301962263

– dari ketiga cara yang sudah disebutkan, menurut saya mengubah ekspetasi adaah cara yang lebih baik dibandingkan kedua cara lainnya. ketika hal yg kita tidak mau terjadi, hal terbaik yg bisa kita lakukan adalah menerima realita tersebut dan mengubah ekspetasi kita tanpa merugikan orang lain. Contoh ketika seseorang berekpetasi nilai nya tinggi tapi ternyata realita bertolak belakng dengan ekspetasinya ternyata nilainya rendah lalu untuk mengurangi disonasi sosial itu ia mengubah ekspetasi bahwa nilai yang tinggi bukanlah hal penting
– Tentunya ketika ekspetasi tidak sesuai dengan realita akan timbul discomfort,ketika kita melakukan hal seperti diatas itu akan mengurangi atau menghilangkan perasaan discomfort yang muncul akibat disonasi sosial dan supaya kita konsonan
– Karena kita cenderung tidak bisa menerima realita aplagi ketika ekspetasi atau keyakinan itu sudah dibangun.Dan hal termudah untuk dilakukan adalah denial dan reality justification.menurut saya cara ini mudah dilakukan karena kita tidak perlu menerima realita.
– Tentunya ada karena setiap org memiliki kognisi yang berbeda2 dan mental stage yg berbeda juga

AQILA DHIYA RATU HAFISHINA
2301946833

Pertanyaan beserta jawaban dari soal-soal yang diberikan dosen tamu:
– Mana diantara ketiga cara itu yang lebih baik? Berikan contoh.
Jawaban: Saya pribadi beranggapan bahwa cara yang terbaik adalah menjustifikasi realita, karena telah mengubah informasi yang bertentangan dengan ekspektasi yang kita miliki sehingga lebih cocok dalam mengubah disonansi menjadi konsonan. Contoh: teman saya tidak tersenyum saat tidak sengaja berpapasan dengan saya di sebuah tempat. Bukan karena tidak senang melihat saya, tetapi mungkin pada saat itu dia sedang ada masalah sehingga ada yang sedang dipikirkan olehnya.

– Mengapa ketika terjadi disonansi kognitif, kita harus melakukan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan?
Jawaban: Karena cara tersebut membantu kita dalam mengubah disonan menjadi konsonan, yaitu di mana kondisi tidak nyaman yang dikarenakan oleh ketidakseimbangan berubah menjadi kondisi seimbang.

– Mengapa kita tidak selalu mengubah ekspektasi ketika mengalami disonansi?
Jawaban: Karena akan lebih sulit kedepannya jika kita sudah menjalani realita yang ada. Sebagian orang pasti memiliki ekspektasi yang sangat baik agar kedepannya mudah dalam menjalankan realita dalam keadaan yang nyaman dan sesuai harapan.

– Lalu apakah ada perbedaan antar individu dalam pengalaman disonansi kognitif? Jika ada, bagaimana perbedaannya?
Jawaban: Ya, pastinya ada perbedaan dalam pengalaman disonansi kognitif. Perbedaannya terletak di pemilihan cara untuk mengubah disonansi tersebut