Toxic Relationship atau hubungan yang penuh dengan kekerasan akan berdampak buruk bagi kedua pihak yang menjalani. Dalam hubungan yang toxic, seseorang lebih banyak merasakan sakit hati, lelah, tidak stabil, daripada merasa disayang dan diperhatikan.  Rasanya melelahkan sekali ya kalau kita berada dalam hubungan toxic! Tapi.. Bukankah tidak ada orang yang sempurna? Berarti, tidak ada hubungan yang sempurna juga bukan? Bukankah wajar kalau sepasang kekasih mengalami “ups and down”? Jadi wajar kah, kalau pasangan marah ke kita, atau kita marah ke pasangan? Apakah tiap kemarahan pasangan sama dengan toxic? Bagaimana cara membedakan toxic relationship dengan ekspresi emosi negatif yang wajar?

Nah, supaya kita bisa membedakan antara toxic relationship dan hubungan yang wajar, yuk isi kuis ini! Beri tanda centang (v) pada kotak Ya / Tidak, sesuai dengan pengalamanmu (atau pengalaman yang mirip).

 

No Pasangan saya.. Ya Tidak
1 Pasangan saya pernah membentak saya. Ini hanya terjadi sesekali saat ia sangat marah. Setelah ia mereda, kami membicarakan permasalahan dan mencari solusi dengan tenang.
2 Tiap kali kami bertengkar, pasangan selalu membentak saya dengan kata kasar. Ia bahkan sering menyebut saya “gila”.
3 Pasangan sering mengkritik saya, sampai ke hal kecil seperti pakaian. Menurutnya, gaya berpakaian saya tidak pantas dan berlebihan.
4 Pasangan pernah mengomentari cara saya memakai make up. Menurutnya, terlalu berlebihan memakai glitter untuk acara makan siang keluarga.
5 Pasangan saya marah kalau saya membalas whatsapp-nya lebih dari 1 menit. Sementara, dia sering sekali menjawab whatsapp lebih dari 1 jam tanpa merasa ada yang salah.
6 Pasangan saya mengajak saya berdiskusi tentang berapa lama waktu yang wajar untuk membalas whatsapp. Kita sepakat bahwa waktu yang wajar adalah 1 jam.
7 Pasangan saya sering bilang kalau dia “gak apa-apa”, tapi kemudian cuek dan menganggap saya tidak ada selama seminggu.
8 Jika sedang marah, pasangan saya akan diam dan meminta waktu sendiri sampai kemarahnya reda.
9 Saya sering sekali merasa tidak didengarkan oleh pasangan. Ia bilang saya tidak tahu apa-apa, jadi lebih baik diam.
10 Pasangan saya tidak mengakui kalau ia sering memanggil saya “bodoh” dan tidak tahu apa-apa. Menurutnya, saya yang gila karena salah ingat.

 

Kunci Jawaban:

  • Kalau kamu menjawab “Ya” untuk no 1, 4, 6, 8, maka yang dilakukan oleh pasanganmu masih wajar dan belum termasuk toxic relationship. Pasanganmu masih menujukkan emosi dan pendapatnya secara wajar. Ia juga masih bisa diajak berdiskusi dan mempertimbangkan pendapatmu.
  • Kalau kamu menjawab “Ya” untuk nomor 2, 3, 5, 7, 9, 10 maka pasanganmu menunjukkan tanda-tanda kekerasan emosional, alias tanda toxic relationship. Pasanganmu mungkin tidak sadar, tapi apa yang ia lakukan menunjukkan bahwa ia berusaha mengendalikan dan memanipulasi Wajar kalau kamu merasa lelah dan terbeban dalam hubungan ini. Kamu cinta padanya (bahkan mungkin cinta banget, bukan cinta aja!), tapi dia sering membuatmu merasa hampir gila. *virtual hugs!* Hang in there, dear! Saya ingin mengingatkan bahwa kamu berharga dan layak untuk merasakan cinta yang sehat. *hugs!*

 

Referensi:

https://www.psychologytoday.com/us/blog/traversing-the-inner-terrain/201609/when-is-it-emotional-abuse

https://www.psychologytoday.com/us/blog/toxic-relationships/201704/forms-emotional-and-verbal-abuse-you-may-be-overlooking

Penulis: Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi., Psikolog, dosen psikologi klinis di Universitas Bina Nusantara, mahasiswa S3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Praktek di Lab & Psychological Services, Universitas Bina Nusantara.