Bulan Februari seringkali diasosiasikan dengan “bulan kasih sayang”. Akan tetapi, hubungan percintaan tidak selalu seindah kartu ucapan Valentine’s day dan seharum wangi bunga mawar. Dalam hubungan romantis, bisa saja terjadi perselingkuhan. Apa itu perselingkuhan? Apa saja batasannya? Bagaimana menanggapi kalau pasangan selingkuh? Berikut ini artikel yang pernah saya tuliskan untuk akun kumparan Cinta Setara (komunitas peduli relasi sehat). Selamat membaca!

3 Pertanyaan Umum tentang Selingkuh

Selingkuh adalah hal yang sering terjadi di sekitar kita. Coba saja ketik kata “selingkuh” di search engine, Anda akan menemukan paling tidak 27.100.000 hasil dalam 0.46 detik. Kata selingkuh berarti suka menyembunyikan sesuatu; tidak berterus terang; tidak jujur (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Dalam kehidupan sehari-hari, selingkuh identik dengan ketidakjujuran dalam hubungan romantis, baik pacaran maupun pernikahan. Kata selingkuh (infidelity/affair) biasanya mengingatkan kita dengan perilaku menjalin hubungan dengan ‘orang ketiga’, di luar relasi yang ‘resmi’.

Sebetulnya, apa batasan selingkuh? Lalu, mengapa seseorang sampai berselingkuh? Kalau pasangan berselingkuh, bagaimana harus bersikap?

Photo from pexels.

1. Apa batasan selingkuh?

Selingkuh adalah perilaku melanggar komitmen hubungan, yang akhirnya melukai rasa percaya dalam sebuah hubungan romantis. Oleh karena itu, batasan selingkuh tiap pasangan bisa berbeda, tergantung pada komitmen hubungan mereka masing-masing. Misalnya, Sinta bisa saja berpendapat bahwa jika Rama menonton film porno, ia telah berselingkuh.

Sementara menurut Budi, Ani berselingkuh jika melakukan hubungan seksual dengan lelaki lain. Makanya, penting sekali membicarakan batasan komitmen dalam hubungan masing-masing untuk menghindari rasa dikhianati karena ternyata perilaku kita melanggar batasan pasangan kita. Meskipun batasan tentang selingkuh bisa berbeda, ada tiga kriteria yang bisa dijadikan batasan selingkuh.

Pertama, ada ketertarikan fisik. Perselingkuhan biasanya diawali dengan ketertarikan fisik pada lawan jenis yang bukan pasangan resmi. Sebetulnya, wajar saja jika tertarik dengan seseorang yang ganteng/cantik. Baru menjadi “berbahaya” jika digabungkan dengan dua indikator lainnya, yaitu kedekatan emosional dan kerahasiaan!

Jika ketertarikan fisik ini berlanjut menjadi kedekatan emosional, dan kemudian dirahasiakan dengan pasangan, maka terjadilah perselingkuhan. Jadi, yang membedakan antara lawan jenis yang jadi sahabat dengan selingkuhan adalah kerahasiaan. Kalau memang sahabat, kenapa tidak cerita saja ke pasangan?

Tapi kan dia cuma TTM (teman tapi mesra), kita enggak pernah kontak fisik kok. Ini juga termasuk selingkuh?

Ya, selingkuh tidak harus melibatkan kontak fisik atau hubungan seksual. Pada zaman modern seperti ini, kita bisa dengan mudah mendapatkan “teman tapi mesra” di aplikasi online atau chat room internet.

Secara garis besar, terdapat dua jenis perselingkuhan yaitu selingkuh hati (emotional infidelity) dan selingkuh fisik (sexual infidelity). Contoh di atas (punya TTM online) termasuk dalam selingkuh hati. Sementara itu, selingkuh fisik tidak harus disertai dengan kedekatan emosional, misalnya berhubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK). Bisa juga terjadi, awalnya selingkuh hati, berujung menjadi selingkuh fisik. Atau sebaliknya, diawali hubungan seks tanpa hati, yang terbawa perasaan alias baper.

2. Kenapa pasangan saya selingkuh?

Ada beberapa alasan kenapa seseorang berselingkuh. Pertama, ia beranggapan bahwa berselingkuh adalah hal yang wajar. Andi hidup di lingkungan yang menganggap bahwa memiliki hubungan seks semalam dengan wanita yang bukan pasangannya adalah hal yang wajar. Ia mengamati bahwa ayahnya sendiri berselingkuh, sementara Ibunya tampak tidak acuh.

Demikian juga dengan teman-teman Andi, mereka punya pacar. Akan tetapi, masih mencari hiburan dengan kencan semalam bersama perempuan lain. Saat Lala, pacar Andi mengetahui hal ini, hati Lala pun hancur dan memutuskan Andi. Saat itulah, Andi sadar bahwa pemikirannya bahwa selingkuh itu wajar, ternyata salah. Setidaknya bagi Lala.

Kedua, seseorang berselingkuh karena serangkaian alasan. Awalnya, ia mulai merasa pasangan tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhannya. Mungkin saja ia pernah mencoba mengeluh, tetapi tidak merasa mendapatkan respon yang sesuai. Akibatnya, ia makin menjauhkan diri, bahkan mulai membandingkan pasangan dengan orang lain. Saat bertemu dengan orang lain yang bisa lebih memahami dirinya, maka perselingkuhan pun terjadi.

Seperti kisah Toni dan Tina. Saat ini, bisnis fashion Tina sedang menurun, sementara karir Toni sedang meningkat. Tina sudah berusaha mengeluh dan mencurahkan perasaan ke Toni. Namun, ia tidak mendengarkan keluhannya dan meminta Tina untuk berpikir positif dan terus berusaha. Tina menjadi kesal sendiri dan merasa lebih baik tidak cerita ke Toni.

Ia pun mulai membandingkan Toni dengan suami Arni, teman kerjanya. “Hmm, kayaknya suaminya Arni lebih perhatian ke istrinya deh!”. Suatu siang, Tina bertemu dengan Donny, teman SMA-nya. Tina menjadi sering curhat ke Donny tentang Toni dan Donny juga curhat tentang mantan istrinya. Hubungan mereka pun bersemi, dari kedekatan emosional berkembang menjadi aktivitas seksual.

Dalam contoh kasus di atas, Andi memilih untuk berselingkuh karena ia pikir hal itu wajar. Tina memilih berselingkuh karena lebih nyaman bersama dengan Donny daripada dengan suaminya. Meskipun perselingkuhan seolah terjadi “tiba-tiba”, perilaku selingkuh adalah keputusan yang diambil secara sadar. Jadi, sangat penting bagi seseorang yang berselingkuh untuk melihat dan mengakui hal ini.

Photo by burak kostak from Pexels

3. Apa yang harus dilakukan kalau pasangan saya selingkuh?

Sebagai pihak yang diselingkuhi, sangat wajar kalau Anda merasa kecewa, marah dan terluka. Rasa percaya Anda ke pasangan akan menurun. Sulit rasanya untuk bisa kembali percaya padanya. Dalam masa seperti ini, Anda sangat disarankan untuk menenangkan diri dan mencari dukungan sosial.

Misalnya, dari keluarga atau teman dekat. Setelah agak tenang, tuliskanlah bagaimana perasaan anda terkait perselingkuhan pasangan. Lalu, bicarakan perasaan anda dengannya. Hal ini akan sulit, tapi sangat diperlukan untuk mengetahui langkah selanjutnya. Seorang peneliti dan konselor pernikahan ternama, John Gottman menjelaskan bahwa perselingkuhan bukan untuk dilupakan, lalu move on begitu saja, kembali menjalani hubungan dengan pasangan seolah tak terjadi apa-apa.

Akan tetapi, justru perlu sekali membicarakan perasaan masing-masing terkait perselingkuhan. Penting sekali memahami: mengapa pasangan selingkuh? Apa yang ia pikirkan dan rasakan? Apa makna perselingkuhan baginya, juga bagi Anda? Apa yang membuatnya mau kembali atau pisah? Baru setelah itu, Anda dapat mengambil keputusan: lanjut bersama atau berpisah.

Jika pasangan yang selingkuh menujukkan indikasi meminta maaf, mampu melihat sisi positif dari pasangan, mau berubah, dan mau mencari bantuan (baca: konseling pasangan). Maka masih ada jalan terang untuk lanjut dan memperbaiki hubungan dengan pasangan.

Carilah psikolog/konselor yang terlatih menangani kasus perselingkuhan. Lalu, ikutilah proses tersebut berdua. Akan tetapi, jika salah satu pihak menolak untuk terbuka, maka sudah saatnya Anda memikirkan plan B, yaitu berpisah. Jika Anda memutuskan untuk berpisah, coba baca artikel berikut ini tentang pertanyaan yang sering ditanyakan tentang move on. Siapa tahu bisa menjawab pertanyaan yang ada di benak Anda.

Nah, setelah membaca tiga poin di atas apakah ada pelajaran baru mengenai “perselingkuhan” yang Anda dapatkan untuk diri Anda? Atau malah timbul pertanyaan baru tentang selingkuh? Yuk berbagi di kolom komentar!

 

Referensi:

Goodstone, E. (2018). Can Your Relationship Survive Cheating?. Psych Central. Retrieved on December 31, 2018, from PsychCentral

Gottman, J. G., Silver, N. (2012). What Make Love Last? How to Build Trust and Avoid Betrayal. New York: Simon & Schuster Paperbacks.

 

Penulis: Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi., Psikolog, dosen psikologi klinis di Universitas Bina Nusantara, mahasiswa S3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Praktek di Lab & Psychological Services, Universitas Bina Nusantara.

*tulisan ini pernah dipublikasikan di: https://kumparan.com/cinta-setara/3-pertanyaan-tentang-selingkuh-1546228021890716442