Pelecehan seksual banyak terjadi di sekitar kita, tetapi tidak banyak orang yang menyadarinya. Kurangnya kesadaran tentang pelecehan seksual ini dapat terjadi karena kurang dimilikinya pemahaman tentang pelecehan seksual. Pada ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang pengertian dari pelecehan seksual. Secara umum pelecehan seksual dilihat sebagai bentuk viktimisasi seksual dan bentuk dari agresivitas. Pelecehan seksual merupakan perilaku seksual yang tidak diharapkan. Terdapat tiga bentuk dari pelecehan seksual, yaitu verbal (misal: komentar tentang penampilan fisik, bercanda tentang hal seksual), non verbal (misal: siulan, tatapan tajam yang penuh gairah), dan fisik (misal: meraba-raba di area sensitif). Dulunya pelecehan seksual ini selalu diasosiasikan dengan tempat kerja, karena begitu seringnya pelecehan seksual terjadi di tempat kerja. Meskipun demikian sejatinya pelecehan seksual ini dapat terjadi dimana saja, yaitu: sekolah, kampus, mall, jalan.

Pelecehan seksual dapat terjadi ketika terdapat perbedaan power di situ dan ketika masih kuatnya budaya patrilianisme yang dipegang. Biasanya pelecehan seksual dilakukan oleh orang yang lebih memiliki power kepada orang yang kurang memiliki power, seperti atasan ke bawahan, guru ke murid. Pelecehan seksual juga biasanya dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan, karena pada budaya patrilianisme laki-laki dianggap lebih memiliki otoritas daripada perempuan. Meskipun demikian pelecehan seksual juga dapat dilakukan oleh orang yang kurang memiliki power terhadap orang yang memiliki power atau oleh perempuan kepada laki-laki. Hal yang mendasari dari pelecehan seksual adalah ketika merasa bahwa status sosialnya terancam.

Pelecehan seksual memberikan dampak langsung maupun tidak langsung pada korban. Dampak langsung berupa marah, cemas, mudah marah, malu, frustasi, depresi, kehilangan self-esteem, dan rasa percaya diri. Dampak tidak langsung berupa menurunnya nilai akademik atau kinerja, gangguan makan, penyalahgunaan zat terlarang, usaha bunuh diri, hubungan sosial yang bermasalah.

Pelecehan seksual memang telah memberikan dampak psikologis bagi korban, tetapi tidak semua korban melaporkan hal ini kepada pihak yang berwenang. Terdapat beberapa alasan mengapa korban tidak melaporkan, yaitu adanya rasa bersalah karena menggap dirinya yang menyebabkan pelecehan seksual itu terjadi, tingkat pelecehan yang dianggap tidak parah, takut tidak dipercaya, takut laporan tidak akan efektif, takut akan adanya balas dendam dari pelaku, mengenal pelaku.

 

 

Sumber:

Braine, J. D., Bless, C., & Fox, P. M. C. 1995. How do students perceive sexual harassment? An investigating on the University of Natal, Pietermaritzburg campus. South African Journal of Psychology, 25(3), 140-149.

Clodfelter, T. A., Turner, M.  G., Hartman, J. L., & Kuhns, J. B. 2010. Sexual harassment victimization during emerging adulthood. Crime & Delinquency, 56(3), 455-481.

DeSouza, E. R. 2011. Frequency rates and correlates of contrapower harassment in higher education. Journal of Interpersonal Violence, 26(1), 158-188.

Tora, A. 2015. A assessment of sexual violence against female students in Wolaita Sodo University, Southern Ethiopia. Journal of Interpersonal Violence, 28(11), 2351-2367.

Pina, A., & Gannon, T. A. 2012. An overview of the literature on antecedents, perceptions, and behavioral sequences of sexual harassment. Journal of Sexual Aggression, 18(2), 209-232.