Tidur merupakan sebuah aktivitas yang menyenangkan, tetapi ternyata banyak orang yang mengalami masalah kurang tidur. Semakin lama semakin banyak orang yang kurang tidur. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa saat ini lamanya waktu tidur berkurang 1,5 sampai 2 jam dibandingkan 50 tahun yang lalu.

Biasanya kurang tidur terjadi disebabkan oleh stres. Stres memiliki dampak pada tidur dan juga mimpi, yaitu pada kualitas dan pola tidur serta mimpi buruk atau mimpi yang berulang. Stres membuat orang menjadi cemas, karena terdapat dorongan dalam dirinya untuk mengantisipasi atau memikirkan apa yang akan terjadi keesokan harisnya.

Namun, saat ini terdapat tren dimana jam tidur semakin berkurang karena disebabkan oleh tuntutan sosial, tuntutan pekerjaan, seperti mengejar deadline atau shift kerja di malam hari; dan meningkatnya penggunaan internet serta aktivitas menonton televisi. Kondisi tersebut tampaknya akan sering dihadapi dan sulit dihindari. Masalahnya kurangnya waktu tidur dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental.

Tidur merupakan proses fisiologis yang penting bagi manusia. Kurangnya tidur berdampak serius terhadap kesehatan. Secara fisik, kurang tidur berpotensi meningkatkan risiko pra hipertensi dan hipertensi pada remaja dan orang dewasa. Secara mental, kurang tidur dapat menyebkan stres. Dapat dikatakan terdapat hubungan timbal balik antara tidur dengan stres. Stres dapat menyebabkan kurang tidur, dan sebaliknya kurang tidur dapat menyebabkan stres. Hal ini terjadi karena pada dasarnya pengaturan tidur, perilaku, dan emosi saling berkaitan. Tidur yang singkat meningkatkan hormon stres, dan perubahan hormon tersebut menghambat tidur.

Tidur sendiri dijelaskan sebagai keadaan tidak bergerak yang terdiri dari berkurangnya respon secara fisik, yang memungkinkan pengorganisasian ulang aktivitas syaraf. Kualitas tidur dapat dilihat dapat dua aspek, yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Komponen kuantitatif meliputi durasi, sedangkan komponen kualitatif meliputi kedalaman tidur dan merasa segar setelah bangun.

Mengingat dampak kurang tidur terhadap kesehatan, maka sebaiknya orang mulai membiasan diri untuk menjalankan hidup secara teratur. Keteraturan tersebut terkait dengan jadwal yang relatif konsisten untuk tidur dan bangun. Idealnya orang tidur pada jam 9 atau 10 malam, dan bangun pada jam 4 atau 5 pagi. Orang dewasa dianjurkan untuk tidur sekitar 6 sampai 9 jam setiap malam. Apabila memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan dengan tengat waktu tertentu, maka sebaiknya memikirkan untuk mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak perlu begadang untuk menyelesaikannya.

Bagi orang yang harus bekerja di shift malam dapat mengatur waktu tidur sebaik-baiknya. Ketika harus bekerja malam, maka sebaiknya menggunakan waktu untuk tidur di siang hari. Tidur siang sendiri memiliki banyak manfaat, dimana berdasarkan penelitian tidur siang bermanfaat untuk kardiovaskular, karena membantu penyembuhan kardiovaskular setelah mengalami stres psikologis yang berat. Mengingat manfaat dari tidur siang tersebut, maka sebenarnya bukan hanya orang yang bekerja shift malam saja yang dianjurkan tidur siang. Hal tersebut mungkin sulit dilakukan oleh orang yang bekerja pagi. Namun apabila ada kesempatan maka ada baiknya jika menggunakan jam istirahat untuk tidur siang sejenak.

Apabila alasan tidur larut karena aktivitas berinternet atau menonton televisi, maka sebaiknya belajar untuk melakukan pengendalian diri. Berselancar di internet atau menonton televisi memang merupakan aktivitas yang menyenangkan, tetapi perlu diingat juga untuk tidak melakukannya secara berlebihan. Contoh sederhana adalah memaksakan diri untuk berselancar di internet atau menonton televisi meskipun sudah sangat mengantuk, berulang kali menguap, dan mata memerah. Pengendalian diri diperlukan agar dalam melakukan aktivitas yang menyenangkan tidak menjadi berlebihan dan menimbulkan dampak negatif, seperti kurang tidur. Sebagai upaya pengendalian diri maka orang dapat menekankan pada diri sendiri tentang adanya dampak buruk dari kurang tidur dan pemikiran bahwa berselancar di internet serta menonton televisi bukanlah hal yang sangat penting sekali untuk dilakukan saat itu.

 

Referensi

 

Brindle, R. C., & Conklin, S. M. 2012. Daytime sleep accelerates cardiovascular recovery after psychological stress. International Journal Behav Med, 19(1), 111-114.

Giese, M., dkk. 2013. The interplay of stress and sleep impacts BDNF level. Plos One, 8(10), 1-6.

Lemma, S., Gelaye, B., Berhane, Y., Worku, A., & Williams, M. A. 2012. Sleep quality and its psychological correlates among university students in Ethiopia : A cross sectional study. BMC Psychiatry, 12(237), 1-7.

Litwiller, B., Snyder, L. A., Taylor, W. D., & Steele, L. M. 2017. The relationship between sleep and work : A meta analysis. Journal of Applied Psychology, 102(4), 682-699.

Michels, dkk. 2015. Longitudinal association between child stress and lifestyle. Health Psychology, 34(1), 40-50.

Soffer-Dudek, N. & Shahar, G. 2011. Daily stress interacts with trait dissociation to predict sleep related experiences in young adults. Journal of Abnormal Psychology, 120(3), 719-729.