Multisensory Teaching: An angel’s hand for student with learning disability
Dalam sejarah pedagogi , multisensory teaching dilihat sebagai sebuah pendekatan pengajaran yang percaya bahwa semua sensori yang dimiliki manusia dapat membantu proses penerimaan informasi saat belajar karena dapat menguatkan memori (Obaid, 2013). Lalu apa sebenarnya definisi dari multisensori itu? Berdasarkan terminologinya, multisensori berarti menggunakan lebih dari satu sensori/indera misalnya indera penglihatan, pendengaran dan peraba , terkadang dalam waktu yang bersamaan. Kalau begitu, ada apa dengan sensori? Mengapa begitu berperan dalam proses pembelajaran? Alasan pertama, perkembangan kognitif pertama pada individu adalah sensori-motor (Teori Perkembangan Piaget). Alasan kedua adalah bahwa pengalaman manusia “tertanam” atau ada di dalam peristiwa sensori dalam kehidupan sehari-hari (Dunn, 2001). Adapun hasil penelitian yang mendukung adalah: a) Proses pembelajaran melalui sensori lebih mungkin bertahan lama dalam sistem memori (Jensen, 1998), b) Pendekatan multisensory lebih signifikan mendukung pencapaian hasil belajar karena informasi sensori lebih mudah tersimpan dan bertahan dalam ingatan permanen (Ewy, 2003), c) Metode multisensori meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa di dalam kelas (Stoffers, 2011). Nah, sekarang mengapa metode, pendekatan, strategi pembelajaran multisensori ini begitu signifikan sampai penulis menulis judul sebagai “an angel’s hand” bagi siswa/mahasiswa dengan kesulitan belajar? Sebelum membahas ini, ada baiknya kita perlu tahu apa itu kesulitan belajar.
Anak dengan kesulitan belajar memiliki fungsi inteligensi normal, namun mengalami kesulitan yang signifikan yang menyebabkan mereka gagal dalam proses pendidikan (mencapai tujuan belajarnya), . Ada dua jenis kesulitan belajar, yaitu a) bersifat developmental, kesulitan yang berkaitan erat dengan perhatian, emosi, persepsi dan motorik, bahasa dan komunikasi, dan penyesuaian perilaku sosial, b) bersifat akademik, yakni mengalami kegagalan-kegagalan menyangkut keterampilan dalam membaca, menulis, membaca, mengeja, dan berhitung (Mangunsong, 2014). Menurut penelitan yang dilakukan oleh Obaid (2013), para guru yang memiliki siswa/i disleksia (kesulitan belajar membaca) menganggap bahwa pendekatan multisensori sangat penting dan membantu mereka, terutama ketika menggunakan sensori kinestetik yakni indra peraba dan kesadaran gerak tubuh- mengingat para guru harus membantu siswa-I memahami informasi dengan berbagai cara. Penemuan ini didukung dengan pendapat Frieda Mangunsong, seorang pakar dalam bidang Pendidikan Khusus dalam workshopnya (Gambaran Mahasiswa Berkebutuhan Khusus di Perguruan Tinggi) bahwa anak disleksia sangat terbantu dalam aktivitas membaca jika mereka menulis di atas pasir. Ada bagian otak tertentu yang akan merekam dalam mental image-nya, bagaimana bentuk huruf demi huruf yang ditulis. Adapun beberapa penelitian lain yang terkait adalah penelitian dari Kast, Meyer, Vogeli, Gross, & Jancke (2007). Penelitian ini mengatakan bahwa metode multisensori berkontribusi besar dalam meningkatkan ketrampilan menulis dan kemampuan menulis kata dengan tepat pada siswa disleksia. Andriany (2016) juga mendukung dan menguatkan hasil penelitian ini dengan keberhasilan beliau dalam melakukan treatment multisensori sehingga dapat membantu siswa/i disleksia untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan. Lalu, bagaimana menjalankan/mengaplikasikan metode ini dengan baik? Siapa saja yang terlibat? Bagaimana merancang pogram pembelajaran dan menerjemahkannya ke dalam aktivitas di dalam kelas? Nampaknya tidak mungkin di sini ya. So, this article will be continued to another page.
Tentang Penulis
Febriani Priskila, seorang ilmuwan psikologi khususnya psikologi pendidikan. Berpengalaman sebagai akademisi baik pada pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi. Tertarik mempelajari dan pernah meneliti topik-topik terkait pendidikan anak berkebutuhan khusus dan academic engagement.
Referensi
Obaid, M. A.S. (2013). The impact of using multi-sensory approach for teaching students with learning disabilities. Journal of International Education Research, 9(1), 72-85. DOI 10.19030/jier.v9i1.7502
Mangunsong, Frieda. (2014). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid Kesatu. Depok: LPSP3 UI.
Comments :