Tips menulis surat rekomendasi
Memiliki alumni yang bersemangat melanjutkan pendidikan ke jenjang magister merupakan suatu kebanggan bagi Program Studi. Sehingga, para dosen tentu ingin turut berperan mendukung mahasiswa dalam proses menempuh pendidikan lanjut tersebut. Selain menjadi kebanggan pribadi, semakin banyak alumni yang lanjut studi menggambarkan kesuksesan dari Program Studi tersebut dalam menstimulasi minat sang alumni untuk menekuni dan memperdalam bidangnya. Salah satu peran Program Studi, khususnya dosen, pada proses ini ialah memberikan surat rekomendasi. Bagi para dosen, khususnya dosen psikologi, berikut ini tips menulis surat rekomendasi:
- Fokus pada fakta.
Awali tulisan Anda dengan paragrapf singkat yang menggambarkan konteks interaksi dengan pelamar, serta sudah berapa lama Anda mengenal yang bersangkutan. Setelah itu, tulis apa yang Anda amati dari pelamar sesuai dengan konteks tersebut. Misalnya, saya mengenal mahasiswa A saat mengajar di kelas Psikologi Klinis. Sehingga saya bisa menggambarkan bagaimana performanya di kelas Psikologi Klinis, tetapi tidak mengetahui lebih jauh mengenai skill A di area lain, misalnya penelitian. Maka saya akan fokus menceritakan skill A di kelas, dan pengetahuan A untuk area Psikologi Klinis, tanpa menyinggung skill penelitiannya.
- Tulis cerita yang “hidup” tentang pelamar.
Agar rekomendasi Anda terasa nyata, berikan beberapa contoh situasi dimana Anda mengamati suatu kualitas positif dari pelamar. Dalam pengalaman saya, biasanya saya mengingat-ingat bagaimana ia mengikuti pelajaran, bekerjasama dalam tugas kelompok, dan pemahaman dalam mata kuliah tersebut. Lalu saya berikan contoh kejadian yang mengingatkan saya pada kualitas tersebut. Saya sendiri lebih menyukai memberikan rekomendasi pada mahasiswa yang saya kenal betul dan memang pernah saya ajar, bimbing, atau bekerja sama. Akan jauh lebih mudah bagi saya jika pelamar memang menunjukkan sifat dan sikap kerja positif selama bekerja sama atau berada di bawah bimbingan saya.
- Tulis secara bertanggung jawab.
Saat menulis surat rekomendasi, tentu saja saya ingin agar mantan mahasiswa saya tampil baik dan diterima di Universitas yang ia inginkan. Akan tetapi, Darin Arsenault, PhD, seorang psikolog Klinis di San Diego, menyarankan untuk menggambarkan juga keterbatasan atau area pengembangan untuk sang pelamar. Lebih baik lagi jika menyertakan saran spesifik mengenai apa yang bisa dilakukan Universitas tujuan untuk lebih mengembangkan kualitas sang pelamar. Informasi ini disukai oleh reviewer surat rekomendasi, selain mendapatkan informasi lebih mendalam tentang kandidat, mereka juga mendapatkan ide untuk mengolah area pengembangan, menjadi kekuatan.
Ada baiknya membicarakan secara terbuka dengan mantan mahasiswa mengenai area pengembangan atau keterbatasan yang Anda amati dari mereka. Diskusikan juga pendapat Anda mengenai rencananya melanjutkan studi, jika Anda mengamati keterbatasan yang betul-betul perlu diatasi. Informasikan bahwa Anda akan menulis apa adanya, sesuai fakta, termasuk mengenai keterbatasan tersebut. Surat rekomendasi ini merupakan salah satu alat untuk menilai kecocokan pelamar dengan posisi di Universitas/tempat kerja. Jika dari pengalaman mengerjakan skripsi atau magang, mahasiswa ini belum bisa mengerjakan dengan baik, bayangkan bagaimana ia akan bertahan untuk lanjut studi. Menurut saya, akan lebih baik jika ia menyadari dulu keterbatasannya, entah sikap kerja, skill, atau pengetahuan, lalu berusaha mengembangkannya, dan baru mendaftar untuk studi lanjut.
- Baca sekali lagi (proofread).
Surat rekomendasi yang Anda tulis, turut menentukan masa depan mantan mahasiswa Anda. Untuk itu, sebaiknya Anda membaca kembali tulisan Anda, untuk memastikan bahwa apa yang ditulis sudah benar adanya. Lakukan ini, demi kebaikan Anda dan mantan mahasiswa Anda.
Demikian tips menulis surat rekomendasi yang saya rangkum dari artikel “The Art of The Letter”, karya Amy Novotney di Monitor on Psychology, edisi Januari 2017. Semoga berguna!
Referensi:
http://www.apa.org/monitor/2017/01/letter-recommendation.aspx
Tentang penulis:
Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi., Psikolog ialah seorang psikolog klinis dewasa yang tertarik dengan isu hubungan romantis baik pacaran maupun pernikahan, serta trauma. Telah mengikuti workshop Couple and Family Therapy, serta sertifikasi terapis EMDR, dan sertifikasi alat ukur kepribadian Lumina. Bisa dihubungi di pingkan_rumondor@binus.ac.id.
Comments :