Saya berkesempatan untuk magang selama 5 Bulan dan 7 hari di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) / Non Government Organization (NGO) bernama Yayasan Pulih. Yayasan Pulih terletak di Jalan Teluk Peleng no.63A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Yayasan Pulih adalah sebuah lembaga nonprofit tercetus dari pemikiran Dr. Kristi Poerwandari, Psi, M.Hum., Dr.Livia Istania Dea Flavia, Psi, M.Sc., dan Ali Aulia Ramly, S.Psi, M.A,  mengenai adanya ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan tenaga psikolog dalam situasi sosial masyarakat.
Terumuskan pembicaraan bahwa kebutuhan utama adalah psikolog dengan kepedulian pada masalah kemanusiaan tanpa berorientasi pada keuntungan material semata. Kebutuhan lain yang dipersepsikan di awal adalah banyaknya fenomena kekerasan dan konflik di daerah yang membutuhkan pencegahan serta penanganan psikologis. Berdirinya Yayasan Pulih diharapkan dapat memenuhi keinginan untuk memutus rantai kekerasan agar penyintas (survivor) kekerasan kelak tidak menjadi pelaku kekerasan berikutnya.
Perumusan dalam pembicaraan permulaan di atas kemudian berlanjut dengan mengajak tiga rekan lainnya disertai idealisme yang sama, yaitu Prof. Dr.  Saparinah Sadli, Dr. Karlina Leksono Supeli dan Prof. Irwanto, Doctor of Philosophy,  maka pada tanggal 24 Juli 2002 para pendiri menandatangani akte pendirian dihadapan notaris Eko Hari Poernomo, SH. Saat ini Yayasan Pulih telah memiliki dua kantor aktif, yaitu kantor Pusat yang berkedudukan di Jakarta dan kantor Area Aceh yang berkedudukan di Banda Aceh.
Yayasan Pulih berjalan dengan memiliki visi misi dan nilai dasar seperti layaknya suatu organisasi pada umumnya. Visi perusahaan adalah terwujudnya masyarakat sejahtera dan tangguh melalui penguatan psikososial yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan HAM. Misi perusahaan diantaranya adalah mengarusutamakan penguatan psikososial untuk rakyat dalam pelayanan publik,  menguatkan peran psikologi dalam proses hukum untuk mendukung tercapainya keadilan dalam penanganan kasus kekerasan, menguatkan kapasitas psikososial lembaga dan pekerja kemanusiaan, menjadikan Pulih lembaga acuan utama model penguatan psikososial bagi penanganan kekerasan pada kelompok rentan, menjadikan Pulih organisasi yang kompeten, terjangkau, terpercaya, mandiri dan terus berkembang. Nilai dasar perusahaan yaitu demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, keadilan sosial dan gender, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, damai dan anti kekerasan.

Keterkaitannya dengan Technical Competencies

Menurut Kristanto dan Saputra (2015), produktivitas sering diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan (input). Beberapa faktor yang menjadi masukan atau input dalam menentukan tingkat produktivitas adalah Tingkat pengetahuan (Degree of Knowledge) dan Kemampuan teknis (Technical Skill). Hal ini menjadi suatu pendukung bahwa tidak cukup hanya memiliki soft skill yang baik dalam dunia kerja ataupun organisasi, tetapi juga dibutuhkan kemampuan teknis atau hard skill saat berkecimplung di dalam dunia kerja ataupun organisasi. Kemampuan teknis yang sudah saya dapatkan terus berkembang semakin membaik dari hari ke harinya selama saya berkesampatan magang di Yayasan Pulih.
Selama periode magang di Yayasan Pulih saya mendapatkan kesempatan untuk turut serta melakukan perancangan bahan modul yang akan digunakan untuk kepentingan pelatihan (Pelatihan Penangan Kekerasan Seksual untuk Pekerja Sosial). Pelatihan tersebut dilaksanakan pada bulan November, di Hotel Dafam Teraskita Cawang. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pelatihan tersebut adalah untuk memberikan psikoedukasi kepada pekerja sosial bagaimana cara mereka mampu menangani kasus-kasus terkait kekerasan seksual dari sudut pandang psikologi, hal ini mengingat para peserta datang dari berbagai latar belakang di luar keilmuan psikologi.
Menurut Purba (2015), technical skills yaitu kemampuan teknik dalam menggunakan media. Artinya, seseorang mampu mengoperasikan media dan memahami semua jenis instruksi yang ada didalamnya. Technical skills ini mencakup beberapa kriteria, yaitu : 1) Kemampuan untuk menggunakan komputer dan internet 2) Kemampuan untuk menggunakan media secara aktif 3) Kemampuan menggunakan internet yang tinggi.
Saya selaku mahasiswa magang beberapa kali berhadapan dengan penggunaan teknologi yang saya tidak begitu kuasai. Tidak hanya penggunaan teknologi, tetapi juga alat tes psikologi dan sebagainya. Melakukan analisa entry data P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) secara kuantitatif, saya menggunakan software untuk menyelesaikannya dengan bantuan staff di Yayasan Pulih. Kemudian diajarkan scoring alat tes yang belum pernah saya temui sebelumnya, oleh psikolog yang membutuhkan hasilnya secepatnya (sambil ia konseling di ruangan dengan klien).

Teamwork

Menurut Hughes (2011), kerja sama tim adalah suatu set keterampilan yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mendorong keberhasilan pencapaian sebuah kelompok. Hal ini sangat sesuai dengan realita aktivitas magang yang kami kerjakan selama bekerja di Yayasan Pulih, ini dikarenakan kami magang di Yayasan Pulih bertujuh membawa nama baik Universitas. Sehingga penilaian yang muncul secara tidak langsung adalah kami magang di Yayasan Pulih sebagai suatu kelompok. Sudah berkali-kali kami membuktikannya, bahwa keberhasilan pencapaian suatu tujuan bersama dengan dilatarbelakangi oleh adanya keterampilan-keterampilan kerja tim yang baik.
Keterampilan kerja sama tim termasuk campuran interaktif, interpersonal, pemecahan masalah dan keterampilan komunikasi yang diperlukan oleh sekelompok orang yang bekerja pada tugas bersama, dalam peran yang saling melengkapi, menuju tujuan bersama yang hasilnya lebih besar dari yang dimungkinkan oleh salah satu orang yang bekerja secara independen (Smith, 2011). Piket jaga klinik adalah salah satu job desc rutin yang mengasah kerja sama tim secara terus-menerus setiap bulannya. Kami berlatih untuk tidak egois sehingga harus menyelesaikan seluruh pekerjaan semaksimal mungkin pada saat kami piket jaga klinik agar siapapun yang berjaga di keesokan hari tidak memiliki tumpukan pekerjaan akibat keegoisan pribadi.
Yang kami lakukan di Yayasan Pulih sebagai tim lintas fungsi karena kami berkali-kali menjalankan job desc di luar fungsi utama demi membantu divisi lain mencapai tujuan akhir. Selain dari itu kami juga sebagai tim satuan tugas, dimana kami adalah kesatuan mahasiswa magang dari Universitas Bina Nusantara yang bertujuan magang di Yayasan Pulih dengan visi bersama.
Pada bulan Agustus kami berkali-kali melakukan kesalahan karena masih beradaptasi dan belum menemukan sebuah sistem yang paling baik mengerjakan tugas piket jaga klinik, menyebabkan banyak risiko yang kami terima karenanya. Pada bulan September dan Oktober kami berjuang membuat beberapa sistem untuk diujicobakan pada piket jaga klinik, agar memudahkan kami estafet tugas setiap harinya. Diperkuat dengan ide supervisor kami mengadakan pertemuan evaluasi bulanan di akhir bulan untuk kembali menyelaraskan tugas-tugas estafet tersebut. Hasilnya baru terasa signifikan di bulan November, Desember, dan Januari. Kami stabil mengerjakan tiap tugas piket jaga klinik setiap harinya dengan sistem estafet yang baik. Setiap dari kami selalu berusaha meringankan bebas satu sama lain, dan menawarkan bantuan kepada yang sedang piket jaga klinik jika tidak ada tugas yang sedang kami kerjakan pada jam-jam sibuk tertentu. Keberhasilan tersebut adalah atas pembelajaran teamwork yang tidak lelahnya terus kami evaluasi setiap bulannya.

 

Pengalaman Magang Satu Semester Mahasiswa Psikologi BINUS di Yayasan PULIH
Pengalaman Magang Satu Semester Mahasiswa Psikologi BINUS di Yayasan PULIH

 

Communication

Kemampuan soft skill saya juga terlatih dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Yayasan Pulih membuka layanan konseling dengan psikolog, tetapi seluruh jadwal konseling diatur dan dijadwalkan paling cepat H-1. Sedangkan banyak klien yang datang tidak mengetahui sistem tersebut, sehingga memaksakan diri untuk bertemu salah satu psikolog pada saat kedatangan. Maka kemampuan berkomunikasi secara lisan yang baik sangat diperlukan pada saat-saat tersebut. Mampu mendengarkan keluh kesah calon klien yang datang, menampungnya terlebih dahulu lalu kemudian memberikan penjelasan secara jelas mengenai sistem yang harus membuat jadwal pertemuan sebelumnya dahulu. Penjelasan terkadang tidak diterima oleh klien, sehingga harus mengatakan bahwa tidak ada psikolog yang berjaga hari itu, karena semua datang sesuai penjadwalan.
Nelson (2012) mengungkapkan, aspek-aspek keterampilan komunikasi ada tiga, antara lain: keterampilan verbal, meliputi bahasa formal, bahasa informal, isi materi. Sesuai dari hal tersebut, maka pada tiap kesempatan yang kami temui di tempat magang saya merasa keterampilan-keterampilan yang disebutkan di atas terus-menerus terasah setiap harinya.
Pada lain kesempatan, kemampuan komunikasi secara tulisan juga dibutuhkan selama saya praktek magang. Salah satu rutinitas kami sebagai mahasiswa magang di Yayasan Pulih adalah memenuhi undangan yang masuk. Kehadiran kami adalah untuk mewakili nama Yayasan Pulih di banyak kesempatan. Maka dibuatlah sebuah sistem oleh perusahaan terkait perwakilan tersebut, salah satunya adalah dengan menuliskan laporan perjalanan.
Selain laporan perjalanan, Yayasan Pulih juga memiliki sebuah kebijakan untuk mahasiswa magang. Ada tiga hal yang harus kami kumpulkan per tiga bulan kerja, yaitu analisa kasus (memilih salah satu kasus yang konseling di Yayasan Pulih dan mendiskusikannya dengan psikolog yang menangani kasus klien tersebut, lalu membuat analisa dengan ilmu dan teori yang sudah didapatkan selama berkuliah sebagai mahasiswa psikologi), artikel bebas mengenai isu-isu yang ditangani oleh Yayasan Pulih, serta membuat psikoedukasi (untuk periode pertama saya membuat gelang kulit dengan quotes-quotes psikoedukasi, untuk periode kedua saya akan menyerahkan leaflet psikoedukasi). Ketiga tugas tersebut saya kerjakan secara langsung mengasah kemampuan penulisan yang efektif.
Planning and Organizing, menurut Kauffmann (dalam Nanang Fattah, 2004: 49), “Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefektif mungkin”. Mengenai hal tersebut diketeahui bahwa tindakan membuat suatu tujuan yang ingin dicapai sampai dengan penetapan penggunaan sumber serta jalan yang harus dilalui dalam usaha mencapai tujuan tersebut dengan efektif disebut sebagai sebuah perencanaan (planning).
Menurut Amirullah (2002: 9), “pengorganisasian merupakan proses pemberian perintah, pengalokasian sumber daya serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok untuk menerapkan rencana”. Mengenai pengalaman pengorganisasian (organizing) saya pada bulan Desember- Januari tidak seperti pengalaman saya pada bulan-bulan sebelumnya, dimana saya mendapat kesempatan mengorganisir suatu kegiatan dalam sebuah kelompok acara.
Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, maka kemampuan organizing saya cukup meningkat menilik pengalaman saya melihat kelompok pelaksanaan project melakukannya dengan sangat profesional. Salah satu anggota kelompok tersebut, selalu menyiapkan bahan sangat rapi untuk didiskusikan dalam forum besar kelompok. Bahan tersebut salah satunya berisi jadwal kegiatan safety audit project  selama bulan Desember – Januari untuk kami ikuti; tetapi yang menarik di dalam setiap kegiatan disediakan satu atau dua orang anggota yang lebih senior (diharapkan dapat membimbing selama proses kegiatan berlangsung) dan slot-slot kosong untuk diisi oleh relawan dan mahasiswa magang. Menyandingkan anggota senior dengan relawan dan mahasiswa magang pada setiap kegiatan adalah solusi yang baik agar kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien. Dari briefing-briefing sejenislah, saya belajar banyak melihat cara kerja pada profesional dalam meng-organizing suatu kelompok dan kegiatan di dalamnya.

Problem Solving and Decision Making

Permasalahan-permasalahan kerap kali bermunculan selama saya magang dari tanggal 1 Agustus sampai 13 Januari. Problem  yang beberapa kali harus saya hadapi beberapa kali dibutuhkan kemampuan pengambilan keputusan yang cepat dan lugas. Sehingga tekanan yang ada justru saya jadikan motivasi untuk memecahkan permasalahan bukan membuat saya berhenti dan menyerah.
Pada bulan Agustus, permasalahan terberat yang saya hadapi justru datang dari diri saya sendiri. Terkaget-kaget dengan struggle para klien yang melakukan konseling di Yayasan Pulih, terutama karena isu utama Yayasan Pulih adalah penanganan kasus kekerasan perempuan dan anak serta kasus berbasis gender. Saya memutuskan untuk mencari pertolongan dengan cara membaca banyak buku dan berkonsultasi pada dosen-dosen klinik di jurusan bagaimana cara mengatasinya.
Pada bulan September lebih banyak permasalahan muncul selama piket jaga klinik, tetapi semua dapat dilewati dengan baik dan sudah dijelaskan pada poin teamwork. Sedangkan bulan Oktober dan November saya disibukkan dengan perancangan modul pelatihan kekerasan seksual untuk pekerja sosial, terutama selama pelatihan saya menemukan banyak sekali tantangan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya panitia koordinator acara yang ikut menginap di hotel selama 4 hari pelatihan. Hanya saya dan Citra (mahasiswa magang) yang dipercayai dengan seluruh kegiatan di luar sesi acara, seperti keuangan peserta, pembagian kamar, pengumpulan struk dan bukti bayar, sertifikat, dll. Segalanya hanya dikerjakan oleh kami berdua sebagai panitia acara, termasuk notulensi selama sesi dan record (video dan suara). Maka kami berdua mendiskusikannya untuk menyelesaikan setiap tugas dengan efektif dan efisien, segala pengaturan waktu, pembagian tugas, dan perencanaan komunikasi kami rumuskan bersama.

Initiative and Enterprise

Skill atau ketrampilan yang memberikan konstribusi pada relasi/hubungan yang produktif untuk mendapatkan hasil-hasil inovatif. Skill initiative and enterprise terkait dengan kepentingan pegawai/karyawan untuk mendapatkan hasil/kinerja terbaik tanpa bantuan atau supervisi rinci. Skill Initiative and enterprise berhubungan dengan: Manajemen Perubahan, Identifikasi peluang-peluang, Refleksi praktik-praktik yang dilakukan untuk perbaikan, Membangun persahabatan.
Jika sedang tidak memiliki tugas apapun dalam satu hari, kami belajar untuk mengulurkan tangan untuk pekerja lainnya yang terlihat sibuk dan dirasa membutuhkan bantuan. Hal ini dilakukan dalam rangka meringankan beban pekerja lainnya yang mungkin untuk meminta bantuan saja tidak memiliki waktu, karena pekerjaan yang begitu banyak. Sehingga berinisiatif membantu menjadi salah satu solusi yang baik untuk dilakukan di tempat magang sejenis.

Kesulitan / Hambatan

Hambatan yang saya temui terkait aktivitas magang selama saya di perusahaan tidak jauh dari hal-hal teknis. Paling pertama adalah hambatan terkait jarak dan kawasan, jarak yang cukup jauh dari rumah serta kawasan yang dikelilingi oleh daerah rutin macet menjadikan aktivitas magang yang saya lalui terasa lebih menyulitkan. Walaupun area tempat magang sudah saya ketahui dan saya pertimbangkan saat saya secara sadar memilih perusahaan tersebut menjadi tempat magang yang saya inginkan, tetapi kesulitan tersebut tetap saja memperhambat aktivitas saya dalam banyak hal.
Seiring berjalannya waktu, adaptasi terhadap sebuah permasalahan menjadikan saya lihai mencari cara untuk mengatasinya. Saya mencoba berbagai alternatif pilihan kendaraan, pilihan rute, bahkan pilihan untuk menginap di rumah kolega yang dekat dengan perusahaan. Sampai saya paham apa yang harus saya lakukan untuk ke depannya. Saya membuat jadwal perencanaan mingguan, dan tidak lagi merasa terganggu dengan hambatan tersebut.
Kesulitan lainnya saya temui lebih banyak pada aktivitas magang selama di perusahaan (Yayasan Pulih). Adaptasi kerja menjadi proses tersulit pertama pada minggu awal magang di Yayasan Pulih. Mahasiswa-mahasiswa magang pada periode sebelumnya yang masih menyelesaikan beberapa minggu di Yayasan Pulih, menjadi sumber informasi terbaik kami untuk dapat beradaptasi di permulaan kami bekerja. Seperti letak alat tes milik perusahaan, pengerjaan tiap job desk, bagaimana menghadiri undangan, pola kerja dan sistem klinik yang baik, dll.
Terakhir, hambatan paling berat di ujung periode magang adalah membagi waktu. Tugas-tugas magang yang sangat padat mengingat sudah akhir tahun (bulan desember lalu), bentrok dengan kewajiban saya sebagai mahasiswa semester akhir yang harus mengerjakan serta mengumpulkan berkas-berkas persiapan menuju semester berikutnya (proses skripsi). Hari berlalu dengan malam-malam panjang yang sangat melelahkan. Rumah saya yang terletak di Bekasi, perusahaan tempat magang yang terletak di Pasar Minggu, dan kampus yang terletak di Kemanggisan membuat saya jatuh sakit berkali-kali karena mobilitas tinggi tersebut.
Saya ingat bagaimana struggle tersebut saya lalui. Saya selaku pekerja di sebuah perusahaan tidak mungkin meninggalkan kerjaan saya, tetapi saya selaku mahasiswi aktif Universitas juga tidak mungkin meninggalkan kewajiban saya memenuhi kebijakan jurusan terkait skripsi dan sebagainya. Bahkan jadwal pertemuan dengan dosen pembimbing magang jurusan juga jadi kacau karenanya.
Saya mengatasinya dengan menginap seminggu penuh di apartemen milik salah satu teman magang di perusahaan yang sama dekat dengan Yayasan Pulih. Membuat jadwal ketat harian pengerjaan tiap tuntutan tugas sejak jauh-jauh hari juga menjadi salah satu upaya saya mengatasi kesulitan tersebut. Terakhir dengan menjaga pola hidup (makan teratur bergizi, tetap membuat jadwal tidur sebaik mungkin, mengkonsumsi vitamin, dan banyak minum air putih), walaupun tetap jatuh sakit setelahnya tetapi saya cukup puas dengan apa yang sudah saya perjuangkan. Supervisor sedikit banyak juga memberikan kelonggaran beberapa deadline untuk kami yang magang di Yayasan Pulih, serta mengijinkan kami beberapa kali pergi ke kampus memenuhi undangan jurusan.

Kesimpulan

Saya mengapresiasi Universitas, fakultas, dan jurusan yang telah bersusah payah merancang program intentrnship 3+1 ini dengan segala jerih payah. Saya bersyukur mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga selama saya magang di Yayasan Pulih lebih dari 5 bulan. Hard skills dan juga soft skills saya terasah dengan sangat baik selama saya menjalani proses magang di Yayasan Pulih.
Tidak hanya kemampuan-kemampuan saya yang terasah dengan sangat baik, tetapi juga pengetahuan saya semakin bertambah setiap harinya. Banyak sekali informasi yang sebelumnya tidak saya ketahui menjadi saya pahami dengan cukup baik, walaupun masih tetap harus saya gali lebih dalam. Mata saya menjadi terbuka lebar mengingat isu-isu yang tangani oleh Yayasan Pulih selalu berbau psikososial.
Keilmuan selama saya berkuliah psikologi, sangat bermanfaat untuk digunakan dalam ranah magang yang saya tempati. Teori, sistematika, cara-cara mengatasi dan merencanakan sesuatu semua dapat saya implikasikan secara nyata dalam kehidupan magang saya di Yayasan Pulih. Tidak hanya pembelajaran, sistem yang diterapkan oleh Universitas seperti kedisiplinan juga sangat berguna di dunia kerja (terbiasa untuk tepat waktu di setiap kesempatan). Kebijakan Universitas mengarahkan tiap mahasiswanya untuk aktif berorganisasi minimal di tahun pertama juga cukup membantu perjuangan saya melewati proses magang di semester 7 ini, berada di luar comfort zone melatih saya untuk survive dan tidak manja pada keadaan.

Ditulis oleh: Hanina Arfiati (1701328670)