INOVASI ITU FENOMENA, BUKAN INVENSI
Siapa yang pernah membaca artikel saya yang bertajuk “Pendidikan Tinggi untuk Anak Berkebutuhan Khusus” di website ini? Nah, saya menuliskan bahwa tidak sedikit anak-anak berkebutuhan khusus yang berusaha untuk mengenyam pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi. Ternyata fenomena ini dialami oleh Binus University, yakni anak berkebutuhan khusus telah masuk dan mengikuti proses belajar mengajar di Binus University. Berdasarkan data dari Student Advisory Development Center (SADC), ada 19 orang mahasiswa/I berkebutuhan khusus yang menempuh kuliah di BINUS University hingga saat ini. Jenis-jenisnya adalah Autism, Attention-Deficit Disorder (ADD), Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), dan Kesulitan Belajar Spesifik (Learning Disabilities). Keterbatasan seperti apakah semuanya itu? Mari kita lihat satu-satu!
- Autism adalah gangguan perkembangan yang kompleks, meliputi gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinatif.
- Attention-Deficit Disorder adalah gangguan pemusatan perhatian dan kesulitan untuk fokus atau mudah terdistraksi.
- Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder adalah gangguan pemusatan perhatian dan kesulitan untuk fokus, kesulitan mengontrol perilaku, dan hiperaktif.
- Learning Disabilities adalah kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus, terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis, dan berhitung atau matematika yang disebabkan oleh faktor disfungsi neurologis, bukan faktor inteligensi.
Dengan beragamnya jenis-jenis kebutuhan khusus mahasiswa/I, Binus University perlu mempersiapkan akomodasi yang tepat untuk masing-masing peserta didik. Dalam UU No.4/1997 pasal 1 ayat 4 menjelaskan bahwa peserta didik berkebutuhan khusus membutuhkan aksesibilitas belajar yaitu kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan. Salah satu upaya adalah perguruan tinggi yang menerima mahasiswa/I berkebutuhan khusus perlu mengembangkan program pendidikan inklusi seperti halnya jenjang pendidikan sebelumnya. DIKTI bahkan menganjurkan program kejuruan adalah usaha yang dapat ditempuh untuk membantu anak berkebutuhan khusus karena program tersebut anak dilatih, dididik, dibekali sehingga dapat menguasai bidang tertentu sesuai kemampuan dan minat mereka.
Indonesia sendiri belum banyak perguruan tinggi yang ramah untuk anak berkebutuhan khusus. Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) membuka program inklusi untuk warna Negara berkebutuhan khusus. Program ini adalah Diploma III dengan konsentrasi Manajemen Pemasaran. Program pendidikan ini dilaksanakan secara individu berdasarkan kurikulum yang telah diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa. Program ini biasanya disebut sebagai IEP (Individualized Education Program) atau Program Pembelajaran Individual. Output yang didapatkan dari program pendidikan untuk mahasiswa berkebutuhan khusus adalah kemampuan praktis atau keterampilan sesuai dengan minat dan kemampuannya dan menyiapkan mereka untuk berkarya di masyarakat dengan mandiri dan percaya diri.
Bagaimana dengan Binus University sendiri?
Fenomena di atas yang menginspirasi saya dan rekan-rekan saya (Tim Laboratorium Psikologi dan Student Advisory Development Center) untuk mengusulkan kepada Binus University dalam upayanya mengembangkan Program Pembelajaran Individual. Kami menuangkan ide ke dalam sebuah proposal yang bertajuk “Special Assistance Program: Program untuk Aksesibilitas Mahasiswa Berkebutuhan Khusus” . Proposal ini kami ajukan untuk mengikuti Inovation Award 2016 dan berhasil menjadi Top 15 Finalis!
Program ini berupaya untuk dapat sejalan dengan misi BINUS yang berkomitmen untuk menyelenggarakan pendidikan yang dapat berkontribusi secara positif terhadap kualitas hidup dan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari, yakni Psikologi. Untuk saat ini, program tersebut masih diperuntukan bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan. Namun tidak menutup kemungkinan untuk yang akan datang dapat diberlakukan untuk calon mahasiswa/I berkebutuhan khusus yang ingin menempuh pendidikan di Binus University.
Inovasi yang kami coba tawarkan ini bukanlah sebuah temuan yang baru, yang sebelumnya tidak ada, melainkan sebuah fenomena yang tidak dapat terelakkan, yang ditemui di lingkungan kerja kami. Dengan demikian, kita semua berpeluang menciptakan inovasi. Dimulai dari masalah atau fenomena yang ditemui di sekitar kita.
Referensi
Hallahan & Kauffman. (2006). Exceptional Lives: introduction to special education. USA: Pearson.
Humas Universitas Indonesia. (2009). Mengantar Anak Masuk Universitas. (2 September 2016). Diunduh dari http://www.ui.ac.id/download/kliping/mengantar-anak-spesial-masuk-kampus.pdf
Miftakhul , J & Ira, D. (2004) Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Deteksi Dini Pada Anak Berkebutuhan Khusus, Surabaya: Insight Indonesia.
Tentang Penulis
Febriani Priskila, seorang ilmuwan psikologi khususnya psikologi pendidikan. Berpengalaman sebagai akademisi baik pada pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi. Tertarik mempelajari dan pernah meneliti topik-topik terkait pendidikan anak berkebutuhan khusus dan academic engagement.
Comments :